Sejumlah maskapai banting setir agar tetap memperoleh pemasukan. Pihak maskapai banting setir dengan melakoni bisnis lain.
JEDA.ID– Sepinya penerbangan lintas negara memaksa maskapai banting setir menggarap bisnis lain demi mendapat pemasukan. Aneka bisnis yang digarap pihak maskapai yang banting setir ini pun sangat beragam dan tidak selalu berhubungan dengan industri penerbangan.
Ya! Industri penerbangan menjadi salah satu yang paling terdampak pandemi Covid-19. Tak sedikit maskapai mengajukan kebangkrutannya hingga ada yang banting setir. Bahkan diperkirakan ada 43 maskapai di ambang kebangkrutan dan masih banyak lainnya bakal menyusul. Waduh.
Berikut daftar maskapai yang banting setir karena Covid-19 seperti dikutip dari detikcom, Senin (12/10/2020):
1. AirAsia
AirAsia baru-baru ini melakukan ekspansi bisnis yakni dengan membuka layanan akikah digital. Maskapai asal Negeri Jiran itu menyediakan layanan tersebut melalui platform yang memenuhi keperluan gaya hidup muslim di bawah naungan airasia.com.
Diversifikasi usaha ini dilakukan maskapai bernuansa merah itu di tengah terpuruknya bisnis penerbangan akibat pandemi Covid-19.
“Selaras dengan pengembangan bisnis digital Grup AirAsia, Ikhlas, hari ini melancarkan satu lagi layanan baru yaitu akikah,” ujar Direktur Ikhlas, Ikhlas Kamarudin kepada media di Kuala Lumpur, seperti dikutip Antara, Selasa (29/9/2020).
Layanan baru ini terdiri dari akikah luar negeri yang mencakup lebih dari 35 negara di seluruh dunia termasuk Thailand, Kemboja, Vietnam, Laos, Myanmar, Filipina, Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, India, Palestina, Pakistan dan banyak lagi dengan harga terendah RM 580 atau Rp2 juta lebih untuk seekor kambing.
Kemudian Akikah Makkah di mana penyembelihan akan dilakukan di Kota Suci Mekkah dengan harga terendah RM499 atau Rp1,7 juta untuk seekor kambing.
“Daging sembelihan tersebut akan dibagikan kepada komunitas yang memerlukan di negara-negara tersebut,” katanya.
Ikhlas mengatakan AirAsia bangga memperkenalkan layanan akikah sebagai satu lagi produk mudah dengan harga yang pantas di platform perusahaan dimulai dengan paket akikah luar negeri dan akan disusul dengan paket di dalam negeri tidak lama lagi.
“Melaksanakan akikah adalah digalakkan bagi umat Islam sebagai tanda syukur untuk bayi yang baru lahir, dan di antara manfaat lain termasuk mengumumkan kelahiran bayi, merayakan bersama keluarga dan rakan-rakan, selain membantu golongan miskin,” katanya.
2. Thai Airways
Thai Airways yang bangkrut kini banting setir menjadi penjual gorengan olahan sendiri. Gorengan itu adalah patong-go sejenis roti goreng atau cakwe yang per bulannya bisa menghasilkan omzet sekitar 10 juta baht setara Rp 4,7 miliar (kurs Rp 473,9/baht).
Presiden Thai Airways, Chansin Treenuchagron, mengatakan gorengan itu sangat populer sampai orang-orang rela antre panjang membelinya tiap pagi.
Dikutip dari Bangkok Post, Sabtu (10/10/2020), setiap kotak patong-go dihargai sebesar 50 baht (Rp 23.695) berisi 3 gorengan dan sebungkus saus celup yang terbuat dari ubi ungu dan telur custard.
Atas popularitas dan kesuksesan tersebut, mereka berencana membuat franchise atas produk gorengan tersebut.
Sejauh ini, Thai Airways baru punya lima gerai patong-go yang tersebar di seluruh Bangkok. Kelima gerai itu berlokasi di toko roti Puff & Pie di pasar Or Tor Kor, di kantor pusatnya di distrik Chatuchak, gedung Rak Khun Tao Fa, gedung Thai Catering di distrik Don Muang, serta kantor cabang Thai Airways di Silom.
Jajanan gorengan itu juga dijual di dua gerai di provinsi Chiang Mai. Thai Airways rutin menjualnya di pagi hari, tapi beberapa outlet tidak setiap hari buka.
Selain jualan gorengan, Thai Airways juga membuka restoran bernuansa kabin pesawat dan menyewakan simulator pesawat.
Untuk diketahui, Thai Airways bangkrut setelah bertahun-tahun mismanagement keuangan dan diperparah oleh pandemi virus Corona (Covid-19).
Maskapai ini dinyatakan bangkrut dengan total utang 332,2 miliar baht (Rp 160,2 triliun). Pengadilan Kebangkrutan Sentral kemudian memberikan persetujuan untuk restrukturisasi utang.
3. Japan Airlines
Demi bertahan dari penurunan permintaan akibat Covid-19, Japan Airlines berupaya mencari sumber pendapatan baru dari bisnis non-maskapai. Seperti bisnis pengiriman paket menggunakan drone.
Pada September lalu, Japan Airlines mengumumkan kerja sama dengan Matternet untuk meluncurkan bisnis logistik drone perkotaan di Jepang. Tahun ini, pihaknya juga berinvestasi untuk mengembangkan taksi udara.
“Penerbangan saat ini tidak akan kembali seperti semula, dan permintaan perjalanan bisnis bahkan bisa menyusut lebih jauh akibat pembatasan pergerakan selama pandemi. Salah satu target kami adalah penerbangan pariwisata,” ujar Akasaka dilansir dari Reuters.
Japan Airlines (JAL) seperti maskapai lain telah terpukul oleh jatuhnya permintaan perjalanan udara internasional maupun domestik. Trafik perjalanan menyusut menjadi sekitar sepersepuluhnya dari sebelum wabah virus Corona.
Akan tetapi, maskapai tersebut perlahan mulai mencatat permintaan penerbangan domestik, yang dibantu oleh kampanye pemerintah untuk mempromosikan pariwisata.
“Dampak dari kampanye itu sangat signifikan, dan pada akhir September hingga Oktober kami melihat jumlah wisatawan yang melakukan penerbangan domestik meningkat menjadi sekitar 50% dari tahun lalu,” kata Akasaka.
4. Qantas Airways
Qantas Airways Ltd. yang ikut terimbas Corona kini malah menjual biskuit dan teh yang biasa mereka suguhkan dalam penerbangan.
Dilansir Bloomberg, dengan semua penerbangan luar negeri dan sebagian besar domestik dihentikan selama pandemi. Maskapai Australia ini sekarang memiliki ribuan stok piyama kualitas premium, pelembab, dan makanan ringan yang menganggur.
Para pelancong yang sekarang masih tertahan di rumah dapat membeli sebanyak 10 bungkus makanan yang biasa disuguhkan dalam penerbangan termasuk 12 biskuit cokelat, piyama, dan kacang almond asap yang biasanya hanya dapat dicicipi oleh penumpang kelas satu.
“Paket tersebut, tersedia untuk pengiriman ke rumah di toko online Qantas, terjual habis dalam beberapa jam,” ujar juru bicara maskapai tersebut, Jumat (14/8).
Qantas mengatakan pada bulan Juni pihaknya berencana mengumpulkan 1,9 miliar dolar Australia dari investor dan memangkas 6.000 pekerja untuk mengatasi krisis industri terburuk yang pernah ada.
“Menjual fasilitas on-board lebih tentang memulihkan operasional daripada menghasilkan uang,” kata juru bicara maskapai itu.