• Mon, 14 October 2024

Breaking News :

GDSA, Pengganti Play Store di Smartphone China

Aliansi Huawei, Vivo, Oppo, dan Xiaomi bakal membuat platform belanja aplikasi bernama GDSA.

JEDA.ID – Raksasa teknologi China mulai memutar otak untuk menghadirkan ekosistem perangkat lunak sendiri. China, Huawei, Oppo, Vivo, dan Xiaomi bahkan menggagas platform toko aplikasi bernama Global Developer Service Alliance (GDSA) pesaing Google Play Store.

GDSA sebelumnya direncanakan bakal meluncur Maret mendatang. Tapi mewabahnya virus Corona dari Wuhan membuat peluncuran ini sepertinya bakal tertunda. Kekinian, purwarupa website untuk GDSA akan mencakup sembilan wilayah, termasuk di dalamnya India, Indonesia, dan Rusia.

Menurut firma riset pasar IDC, Xiaomi, Huawei, Oppo, dan Vivo menguasai 40 persen pasar ponsel dunia pada triwulan keempat 2019. Dari ketiga perusahaan itu, hanya Huawei yang kini dilarang oleh pemerintah AS untuk mengakses Google Play Store dan layanan Google lainnya.

Tomtom, Alternatif Huawei Gantikan Google Maps

Inisiatif Huawei

Hal ini membuat Huawei berpikir keras untuk menjadi yang terdepan merancang basis aplikasi untuk menghindari ketergantungan terhadap Google. Salah satu upaya Huawei adalah sistem operasi bernama Hongmeng atau OS Harmony. OS ini telah diperkenalkan pada 9 Agustus 2019 lalu.

OS ini diperkenalkan CEO Divisi Konsumer Huawei Richard Yu dalam acara Huawei Developer Conference di Dongguan. Richard Yu mengatakan sistem operasi ini dapat digunakan di berbagai perangkat mulai dari smartphone, speaker pintar bahkan sensor.

Hal ini merupakan strategi baru Huawei dalam bisnis Internet of Things, yang merujuk pada perangkat yang terhubung ke internet.

Produk pertama yang akan menikmati OS ini adalah screen smart seperti televisi pada akhir tahun ini. Selama tiga tahun ke depan, sistem operasi akan digunakan pada perangkat lain, termasuk perangkat yang dapat dikenakan dan unit kepala mobil.

Huawei mengatakan OS pada awalnya akan diluncurkan di China dengan rencana untuk memperluasnya secara global.

Raksasa teknologi China mempercepat peluncuran Hongmeng setelah AS memasukkan Huawei dalam daftar hitam (blacklist) karena dianggap bisa mengancam keamanan nasional.

Merespons kebijakan ini Google memutuskan untuk tidak melisensi perangkat Huawei dan tidak mengirimkan update terbaru. Kebijakan ini akan berlaku efektif pada 17 Agustus 2019.

Di China, Google diblokir sehingga Huawei memodifikasi versi Android agar bisa dipakai di pasar domestik. Kebijakan Google tidak masalah bagi China tetapi bermasalah untuk perangkat Huawei yang dijual di pasar luar China.

Selain Hongmeng Huawei terlebih dulu menciptakan prosesor bernama Kirin. Prosesor ini telah rilis beberapa generasi dan menjadi pesaing Exynos milik Samsung dan Snapdragon milik Qualcomm.

Jaringan 5G, Meretas Mimpi Internet Supercepat

Ekosistem Xiaomi

Selain Huawei, Xiaomi diketahui juga ingin “mandiri.” Xiaomi telah menciptakan ekosistem aplikasi sendiri dengan beragam kegunaan. Smartphone Xiaomi juga memiliki keunikan dibanding ponsel-ponsel Android lain.

Selain punya tampilan antarmuka dan tema bernama MIUI, Xiaomi juga mengembangkan fitur-fitur eksklusif.

Cuma di smartphone Xiaomi Anda bisa menjalankan dua akun sekaligus. Menggunakan fitur Second Space, pengguna smartphone Xiaomi diklaim bisa membuat ruang lain dalam satu perangkat yang pengaturannya bisa disesuaikan dengan keinginan pengguna.

Dengan mengaktifkan fitur ini, pengguna kabarnya bisa menyembunyikan data penting hingga tidak bisa diakses oleh orang lain.

Fitur spesial kedua yang cuma bisa dinikmati pengguna Xiaomi adalah Dual Apps. Aplikasi ini cara kerjanya cukup unik yakni dengan menggandakan setiap aplikasi yang terdapat di dalamnya.

Dengan fitur ini pengguna Xiaomi bisa membuat dua akun Whatsapp misalnya dalam satu perangkat yang sama. Begitu juga dengan akun aplikasi sosial media lainnya.

Selain itu ada sederet fitur ekslusif lain yang tak kalah penting. Fitur-fitur itu dirancang untuk menjadi pembeda gadget Xiaomi dibanding yang lain. Meski begitu, Xiaomi tetap bergantung pada Google dalam hal aplikasi-aplikasi dari pihak ketiga.

Google sendiri diketahui meraup 8,8 miliar dolar Amerika Serikat dari Play Store pada 2019 kemarin. Di platform itu, selain aplikasi dan game, Google juga menjual film, buku, dan musik. Google menarik 30 persen komisi dari setiap produk yang terjual.

Bisnis Kandas, Blackberry Bikin Teknologi Sepeda Motor Listrik

Ditulis oleh : Jafar Sodiq Assegaf

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.