Dari beberapa penelitian, aktivitas seksual dari remaja berpacaran adalah petting. Mengkhawatirkannya banyak remaja yang belum memahami risiko petting.
JEDA.ID–Pendidikan dan pengetahuan seksual di kalangan remaja dinilai penting karena banyak mitos tidak tepat yang berkembang. Salah satu mitos yang banyak berkembang di kalangan remaja adalah aktivitas petting yang dinilai tidak akan menyebabkan kehamilan.
Penelitian yang dilakukan Desi Rusmiati dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra RIA Husada dan Sutanto Priyo Hastono dari Universitas Indonesia menyebutkan satu dari empat remaja di Indonesia memiliki perilaku seksual berisiko dalam berpacaran.
Penelitian mereka yang berjudul Sikap Remaja terhadap Keperawanan dan Perilaku Seksual dalam Berpacaran dimuat di Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015.
Dari penelitian itu diketahui ada 3.645 responden atau sekitar 25,2% remaja di Indonesia yang memiliki perilaku berisiko dalam pacaran. Perilaku yang berisiko itu adalah adanya aktivitas petting sampai melakukan hubungan seksual.
Sisanya ada 9.368 responden atau 74,8% remaja yang pacarannya belum berisiko yaitu pegangan tangan dan atau berciuman bibir. Penelitian lain yang dilakukan Jusuf Blegur dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang menunjukkan tingginya aktivitas berupa petting di kalangan remaja.
Hal-Hal yang Bikin Wanita Susah Orgasme Saat Berhubungan Intim
Dari 135 remaja yang diteliti ada 99 orang (73,3%) remaja telah melakukan praktik perilaku petting. Mutiara, Komariah, & Karwati (2004) menemukan tujuh perilaku seksual yang dilakukan kalangan remaja seperti berpegangan tangan 100% berpelukan 90%, necking 82%, meraba bagian tubuh yang sensitif 56%, petting 52%, oral sex 33%, dan sexual intercrouse 34%.
Mengkhawatirkannya banyak remaja yang tidak menyadari risiko dari perilaku petting. Das Salirawati, Kartika Ratna, dan M. Lies Endarwati, ketiganya dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), menyebutkan banyak remaja yang gagal paham mengenai petting.
Hasil penelitian mereka yang berjudul Survei terhadap Pemahaman Pendidikan Seks dan Sikap/Perilaku Seks di Kalangan Remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta dimuat dalam Jurnal Penelitian Humaniora.
Saat ditanya apakah petting tidak dapat menyebabkan kehamilan, ternyata sebagian besar peserta didik SMA menyatakan benar. Ada 60,3% yang menyatakan hal itu benar. Padahal, aktivitas petting selama ini diyakini bisa menyebabkan kehamilan.
Perilaku Lebih Mendalam
Petting dapat disebut dengan istilah making out atau rounding the bases. Petting sebenarnya adalah sebuah istilah yang mencakup berbagai perilaku seksual, termasuk memberikan atau mendapatkan ciuman dalam dan menyentuh organ seksual pasangan. Perilaku seksual ini sebagai manifestasi hasrat seksual yang kian meningkat pada diri individu.
(Wahyuningsih, 2008) yang mengutip pendapat Masland menjelaskan bahwa petting sebagai langkah yang lebih mendalam dari ciuman dan pelukan yang berupa merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, dan kadang-kadang daerah kemaluan dari dalam atau dari luar pakaian.
Dokter Yohana Margarita sebagaimana dikutip dari laman Suara.com, menyebutkan petting adalah pergesekan alat kelamin untuk memuaskan hasrat seksual.
Hubungan seksual jenis ini biasanya masih mengenakan pakaian lengkap. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada yang melakukannya tanpa mengenakan sehelai benangpun.
Kontroversi Seks Tanpa Nikah dan Potret Seks Pranikah
”Bagimanapun caranya tetap saja petting ini sangat berisiko menimbulkan kehamilan. Meskipun tidak melakukan penetrasi, risiko kehamilan tetap besar. Ini dikarenakan sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim.”
Kehamilan bisa terjadi bila sperma bertemu dengan sel telur dan hasil pertemuan tersebut dapat menempel di dinding rahim. Dalam satu kali ejakulasi dapat dikeluarkan sperma sebanyak lebih kurang 250 juta. Pada dasarnya hanya satu yang diperlukan untuk terjadinya kehamilan.
”Jadi, petting tetap saja bisa menimbulkan risiko kehamilan, walaupun kemungkinannya kecil dibandingkan penetrasi langsung,” kata dia.
Das Salirawati dan kawan-kawan mengingatkan tentangnya pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja. Rendahnya pendidikan seks menjadikan mereka lebih rentan terhadap aktivitas seksual sebelum menikah.