• Mon, 14 October 2024

Breaking News :

Remaja Suka Motor Bising dan Balap Liar, Ada yang Salah Secara Psikologis?

Meski sering ditertibkan, remaja masih sering menggeber motor bising dan balap motor tetap ada. Sebenarnya apa yang terjadi pada diri mereka?

JEDA.ID – Pernahkah Anda merasa terganggu oleh aksi balap motor liar atau trek-trekan beberapa remaja di jalanan? Jika ya, sebernarnya Anda dapat melaporkannya pada pihak berwenang karena telah menyebabkan kegaduhan serta ketidaknyamanan lingkungan.

Aksi balap motor liar sebenarnya sudah marak terjadi sejak lama hingga saat ini.  Yang lebih menggangu bila aksi itu dilakukan di jalan raya.  Polisi telah mengupayakan penertiban.  Namun seolah tak jera,  balap motor liar tetap ada.

Balap motor liar termasuk dalam aksi kenakalan remaja. Menurut ilmu psikologi, kenakalan remaja disebut dengan juvenile delinquency, yakni suatu perbuatan yang melangar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau pada transisi masa anak-anak menuju dewasa.

Lalu dari segi psikologi bagaimana aksi balap liar ini dapat terjadi?

Melansir dari Liputan6, Selasa (28/4/2020) menurut Psikolog Adelina Syarief, SE, Mpsi remaja yang melakukan perilaku menyimpang dalam hal ini yaitu kenakalan remaja disebabkan dari diri sendiri atau lingkungan. Berikut beberapa faktor yang mendasari kenakalan remaja terlebih aksi balap motor liar menurut dunia psikologi:

Penyebab dari Diri Sendiri (Subjektif)

Sayang Kalau Batal, Ini Tata Cara Menikah Saat Pandemi Corona

Krisis identitas

Perubahan yang dirasakan remaja baik fisik maupun sosiologi memunculkan dua hal, yakni timbulnya perasaan terhadap konsistensi pada kehidupan mereka serta tercapainya identitas peran. Ketika remaja tidak mempu menyeimbangkan antara konsistensi kehidupan dan identitas perannya, maka yang terjadi adalah pemberontakan.

Kontrol diri yang lemah

Setiap remaja membutuhkan kontrol dalam mengatur perilakunya. Ketika mereka memiliki kontrol atas dirinya sendiri, mereka dapat menilai tindakan mana yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Kontrol diri pada remaja sangat penting, ini berguna untuk mencegah meraka melakukan perilaku menyimpang yang dipengaruhi diri sendiri, orang lain, maupun lingkungannya.

Penyebab dari Lingkungan (Objektif)

Neglectful parenting

Menurut Santrock (2007) neglectful parenting merupakan gaya asuh dimana orang tua tidak terlalu aktif dalam kehidupan dan tumbuh kembang anaknya. Alhasil ketika remaja tumbuh dalam pola asuh yang demikian, mereka akan menunjukkan pengendalian diri yang buruk dan dan tidak bisa mengontrol kebebasannya dengan baik.

Teman sebaya yang kurang baik

Tidak hanya diri sendiri dan orang tua, teman sebaya juga mendominasi perilaku teman sebayanya yang lain. Ketika remaja memiliki teman sebaya yang kurang baik, mereka akan terpengaruh pada perilaku yang menyimpang.

Disini, teman sebaya dapat menjadi tolak ukur apakah remaja dapat diterima dalam lingkungannya atau tidak. Tak jarang remaja rela melakukan apa saja demi diterima oleh teman pergaulannya.

Konformitas

Melansir dari Wikipedia, konformitas merupakan pengaruh sosial yang terjadi ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Dalam kasus ini, seorang remaja yang terlibat dalam geng bermotor atau aksi balap liar, mereka akan cenderung menyamakan tingkah lakunya seperti teman seperkumpulannya.

Kuatnya konformitas pada beberapa remaja dibuktikan secara ilmiah dalam penelitian yang dilakukan oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat, Solomon Asch pada 1951. Menurut penelitian yang ia lakukan, orang-orang yang cenderung melakukan konformitas selalu mengikuti penilaian orang lain karena tekanan kelompok yang dirasakan.

Kesadaran Pentingnya Vitamin dan Beragam Makanan Sumber Energi

Pola pendidikan yang tidak sesuai

Sistem pendidikan yang kurang memadai juga menjadi faktor penentu terjadinya kenakalan remaja. Seperti alokasi waktu Pendidikan agama maupun PPKN yang relatif sedikit, tetapi nilai yang dihasilkan dalam dua mata pelajaran tersebut justru yang paling tinggi. Hal ini sengaja dilakukan untuk mendongkrak agar para murid tidak dicap tidak agamis dan tidak bermoral.

Alhasil hal ini menyebabkan kasus-kasus kenakalan remaja sangat rentan terjadi pada siswa. Tak hanya itu, pola pendidikan otoriter yang cenderung menggunakan kekerasan dalam proses belajar mengajar dapat menjadi faktor timbulnya agresifitas remaja yang tinggi. Remaja akan cenderung melampiaskan tekanan yang dialami di sekolah dalam bentuk kenakalan.

Selain penyebab di atas, beberapa remaja yang ikut dalam aksi balap motor liar juga memiliki beberapa pandangan tersendiri mengenai hal tersebut. Balap motor liar dapat dianggap sebagai olahraga. Tetapi, juga dapat dianggap sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah. Ketika remaja mengalami masalah, ia akan berusaha untuk menceritakan masalah tersebut pada orang terdekatnya yaitu orang tua dan teman.

Karena figur orang tua tidak mereka temukan, akhirnya remaja beralih pada teman. Bagi mereka balap motor memiliki segi menarik tersendiri karena remaja yang melakukan hal tersebut merasakan ketegangan sendiri dan mendapatkan uang taruhan. Hal inilah yang menjadi faktor tambahan penyebab remaja ikut serta dalam balap motor liar.

Ditulis oleh : Ria Sari Febrianti

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.