• Thu, 21 November 2024

Breaking News :

Dilarang Makan Jengkol Sebelum Pakai GeNose, Simak Penjelasannya

GeNose merupakan alat deteksi Covid-19 karya UGM.

JEDA.ID-Dilarang makan jengkol sebelum melakukan tes corona dengan GeNose. Selain dilarang makan jengkol, pasien juga dilarang makan durian.

Loh kok bisa? Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini. Alat deteksi Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose, bekerja dengan mendeteksi senyawa tertentu dari embusan napas. Karenanya, makan jengkol sebelum tes bisa mengacaukan hasil pemeriksaan.

Ini disampaikan oleh Kuwat Triyana, profesor fisika yang juga ketua tim pengembang GeNose, dalam diskusi online baru-baru ini. Menurutnya, akan ada kemungkinan bau jengkol membuat pemeriksaan tidak akurat.

Memelihara Ikan Cupang Ternyata Ada Manfaatnya Loh, Apa Saja Ya?

“Satu jam atau terpaksanya itu 30 menit sebelum dites itu jangan makan makanan yang aromanya itu keras. Seperti misalnya jengkol, pete, durian, kopi, ngerokok,” pesan Prof Kuwat.

“Orang-orang yang melanggar aturan itu, nggak jujur, biasanya ketemunya positif. Bukan negatif, positif. Ini menarik menurut saya, biar orang nggak main-main,” tegasnyan seperti dikutip dari detikcom, Senin (4/1/2021).

GeNose merupakan alat deteksi Covid-19 yang belakangan ini banyak dibicarakan. Tidak seperti tes pada umumnya yang mendeteksi antibodi dalam darah atau material virus dalam sampel lendir pernapasan, alat ini mendeteksi volatile organic compound (VOC) dalam napas pasien dengan sensor tertentu.

“Dengan sensor tersebut dengan pendekatan Artificial Intelligence (AI) akan dideteksi partikel atau VOC (Volatile Organic Compound) yang dikeluarkan spesifik oleh pengidap Covid-19,” kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro, Senin (28/12/2020).

6 Tren Smartphone yang Mungkin Redup Tahun Ini

Ditegaskan, alat yang cukup praktis dan nyaman digunakan ini berfungsi untuk screening. Meski telah mendapat izin edar dari kemenkes, GeNose juga masih akan menjalani uji validasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Bagaimana cara kerja tes Corona GeNose ini?

Beberapa waktu lalu, Prof Kuwat menjelaskan alat tes Corona GeNose tak langsung mengidentifikasi virus, melainkan partikel senyawa tertentu yang dihembuskan seseorang saat bernapas.

Ia mencontohkan seperti seseorang yang terinfeksi Corona, memiliki karakteristik menghembuskan lebih banyak senyawa ethyl butanoate, dibandingkan orang sehat pada umumnya.

“Jadi pembedanya bukan munculnya senyawa baru tapi senyawa yang sudah ada itu lebih tinggi atau rendah,” kata Prof Kuwat dalam konferensi pers sata itu.

“Yang dideteksi adalah pattern atau pola senyawa kompleks yang keluar dari napas kita,” lanjutnya.

Tes Corona GeNose juga ditargetkan tersedia di beberapa fasilitas umum yang rawan penularan Covid-19, termasuk terminal. Orang-orang yang ingin bepergian bisa menghembuskan napasnya di kantong plastik khusus untuk kemudian diperiksa dengan GeNose sebagai langkah screening.

2021 Tahun Kerbau Logam, Bisnis Apa yang Bakal Cuan?

Terkait cara kerjanya, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menjelaskan mulai dari pengumpulan sampelnya. Sampel napas dikumpulkan pada plastik atau balon yang kemudian akan dimasukkan ke dalam sensing unit, yang memiliki puluhan sensor udara.

Tidak Mendeteksi Virus Corona

Berbeda dengan alat tes Corona yang sudah lebih dulu digunakan, GeNose ini tidak mendeteksi keberadaan virus Corona baru penyebab Covid-19 di dalam tubuh. Alat ini hanya mendeteksi partikel atau senyawa yang memang secara spesifik dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi Covid-19.

“Jadi yang dideteksi di sini bukan virusnya, bukan virus Covid-19. Tapi, yang dideteksi di sini adalah partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda jika terjadi atau dikeluarkan oleh orang yang mengidap Covid-19,” jelas Bambang.

Bambang mengatakan, senyawa yang ada di dalam tubuh orang yang positif dan negatif Covid-19 memiliki perbedaan. Dari partikel atau senyawa itulah yang akan dianalisa oleh AI hingga hasil skriningnya muncul, baik positif maupun negatif.

“Jadi akan ada bedanya antara orang yang positif Covid-19 dan negatif Covid-19. Maka AI itulah yang melakukan upaya untuk melakukan analisa dan kemudian memberikan hasil skriningnya, positif atau negatif,” terangnya.

Ditulis oleh : Astrid Prihatini WD

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.