Arief menutup kompetisi Pilpres 2019 dengan elegan dan lapang dada.
JEDA.ID–Hanya dalam hitungan menit setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Arief Poyuono langsung memberikan ucapan selamat kepada Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin sebagai capres-cawapres terpilih.
”Selamat ya Kangmas Joko Widodo yang terpilih kembali dalam Pilpres 2019 secara demokratis. Selamat bekerja dan tuntaskan janji-janji kampanye Kangmas untuk rakyat,” ucap Arief dalam keterangannya, Kamis (27/6/2019), sebagaimana dikutip dari Liputan6.com.
Sikap Wakil Ketua Umum Bidang Buruh dan Ketenagakerjaan DPP Partai Gerindra ini berbalik 360 derajat bila dibandingkan beberapa hari setelah pemungutan suara pada 17 April 2019. Kala itu, Arief kukuh pemenang Pilpres 2019 adalah Prabowo-Sandi.
”Lho kita tidak siap kalah, kita menang. Kita menang kok. Kok Anda menunjukkan seperti itu. Jokowi belum mengklaim, karena belum yakin [menang],” kata Arief Poyuono saat acara Mata Najwa.
Selama masa kampanye Pilpres 2019, nama Arief meroket salah satunya lewat tayangan Mata Najwa. Presenter kondang Najwa Shihab mempertemukan Arief Poyuono dengan politikus PDIP Adian Napitupulu lewat debat tanpa baper. Dua politikus itu tidak hanya berdebat sengit, namun kadang adu kocak.
Arief memang kerap melontarkan pernyataan kontroversi. Setelah pemungutan suara, dia sempat menyerukan kepada pendukung Prabowo-Sandi untuk boikot pajak. Sontak pernyataan itu memantik pro dan kontra.
Dia juga beberapa kali berselisih pendapat dengan para elite Partai Demokrat. Arief Poyuono pernah menyebut Ketua Kogasma Partai Demokrat yang juga putra sulung SBY, Agus Harimutri Yudhoyono, dengan sebutan anak boncel. Meski banjir kecaman dari kolega di Gerindra dan dari Demokrat, Arief menolak meminta maaf atas pernyataan itu.
Paling akhir, Arief terang-terangan meminta Demokrat angkat kaki dari Koalisi Indonesia Adil Makmur. Hal tersebut disampaikannya setelah muncul sinyal Demokrat akan merapat ke koalisi Jokowi-Ma’ruf seusai pemilu.
Serikat Pekerja BUMN
Jauh sebelum Arief Puyuono melontarkan berbagai kontroversi, laki-laki kelahiran 4 Februari 1971 ini banyak muncul di media dengan membawa bendera Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu. Arief yang menjadi Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu itu mencuat pada 2006 lalu.
Kala itu Arief mengaku diancam karena kerap mengkritik BUMN. Dia dikirimi paket berisi bangkai ayam dan kain berlumuran darah.Paket itu kirim di Sekretariat FSP BUMN. ”Paket itu bertuliskan jangan ganggu Kementerian BUMN jika tidak ingin berakhir seperti ini,” kata Arief saat jumpa pers di Kafe Venesia, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya, Jakarta, Rabu (31/5/2006), sebagaimana dikutip dari Detikcom.
Arief kala itu rajin melontarkan kritik ke BUMN dan Kementerian BUMN. Dia juga beberapa kali mendatangi KPK untuk melaporkan dugaan korupsi di BUMN.
”Sebenarnya akan memberikan keterangan tambahan [kepada KPK] bahwa kasus suap tidak hanya terjadi di Astro saja. Tapi juga pada kasus dugaan monopoli Temasek dan pengerukan Pelabuhan Belawan,” kata dia pada 19 September 2008 sebagaimana dikutip dari Detikcom.
Arief yang bergabung dengan Partai Gerindra kemudian menjadi caleg partai itu melalui daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Barat dalam Pemilu 2014. Saat itu, dalam biodata yang disetor ke KPU, Arief mencantumkan sebagai lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya.
Dia mengaku mengikuti sejumlah kursus seperti pelatihan flight attendant, pelatihan flight safety instructor, penataran P4, coaching and counseling, dan training for trainer.
Dia juga mencantumkan sejumlah prestasi pernah diraihnya seperti Pokjasus Dewan Ketahanan Nasional, pembicara di SP Percetakan Negara, advokasi serikat pekerja d PT DKB, melepaskan Indosat dari St Telemedia, menolak pembangunan Gedung DPR, hingga pemogokan buruh nasional.
Gagal di Pemilu 2014
Arief Poyuono yang merupakan mantan karyawan Merpati Airlines ini menuliskan pengalaman organisasinya kala itu yaitu sebagai Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN, Ketua Umum Forum Pegawai Merpati Airlines, Lembaga Bantuan Hukum BUMN, hingga Sentra Gerakan Buruh Indonesia Raya.
Sayang perjuangan politik Arief dalam Pemilu 2014 lalu kandas. Dia gagal menjadi anggota DPR karena kalah suara di Kalimantan Barat pada 2014 lalu. Di provinsi ini, Gerindra hanya menempatkan satu kadernya di Senayan yaitu Katherina Angela Oendoen.
Tidak lolos ke parlemen tidak membuat Arief meredup. Posisinya sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra cukup strategis. Selain itu, dia kerap melontarkan kritikan termasuk yang berhubungan dengan BUMN dengan membawa bendera Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu.
Meski kerap membuat kontroversi, Arief menutup kompetisi Pilpres 2019 dengan elegan dan lapang dada. ”Hati kita Indonesia pemenangnya adalah Indonesia. Mari bersatu kembali membangun bangsa dan negara. Kita punya hati yang sama. Hatiku, hatimu, Indonesia,” ujar Arief.