• Sat, 5 October 2024

Breaking News :

5 Tempat Ikonik di Lagu Didi Kempot

Didi Kempot yang jadi Bapak Patah Hati Nasional ini meninggalkan jejak kenangan tentang Stasiun Balapan, Malioboro, Jembatan Suramadu, Teluk Penyu, hingga Suriname. Tentu sebagian besar lagu itu tidak lepas dari urusan patah hati.

JEDA.ID–Musisi pop Jawa Didi Prasetyo alias Didi Kempot termasuk musisi produktif. Musisi yang sudah 23 tahun bergelut di industri musik ini mengaku sudah melahirkan 700 lagu. Menariknya sebagian judul lagu karya Didi Kempot adalah nama suatu tempat, sebagian di antaranya tempat ikonik.

Didi Kempot yang kini dijuluki Bapak Patah Hati Nasional atau God Father of Broken Heart meninggalkan jejak kenangan tentang Stasiun Balapan, Malioboro, Jembatan Suramadu, Teluk Penyu, hingga Suriname. Tentu sebagian besar lagu itu tidak lepas dari urusan patah hati.

Didi Kempot atau sebagian penggemarnya menyebutnya sebagai Lord Didi lahir di Solo, 31 Desember 1966. Tidak mengherankan banyak tempat di Kota Solo dan sekitarnya yang menjadi judul lagu buatan Didi Kempot.

didi kempot

Didi Kempot (Solopos)

Ada Kreteg Bacem (Jembatan Bacem yang menghubungkan Solo dengan Sukoharjo), Terminal Tirtonadi, Pasar Klewer, Tragedi Tawangmangu, dan tentu yang paling legendaris adalah Stasiun Balapan. Berikut lima tempat ikonik yang menjadi judul lagu Didi Kempot.

Parangtritis

Pembukaan lirik lagu Parangtritis langsung menyayat-nyayat hati. Didi Kempor langsung bercerita tentang hati yang terluka. “Rasane kepengin nangis. Yen kelingan Parangtritis. Neng ati kaya diiris. Nalika udan gerimis. Rabu wengi malam Kamis. Ra nyana ra ngira. Janjimu jebul mung lamis,” dendang Didi.

Lirik berikutnya tentu Lord Didi begitu fasih membuat kalimat yang mengiris-iris hati saat dia berkata, “Parangtritis…Neng kana ana wong manis…Yen eling aku kepengin nangis.”  Lewat lagu itu, Didi juga mengisahkan tentang besarnya gulungan ombak pantai selatan jawa itu. Terakhir, lagu ini dirilis ulang pada 2015 lalu lewat album Super Hits Campursari.

Pasar Klewer

Lirik lagu Pasar Klewer karya Didi Kempot ini tergolong “minoritas” karena tidak menyinggung urusan patah hati. Lirik lagu Pasar Klewer berkisah tentang keramaian pasar konfeksi terbesar di Jawa Tengah itu.

Laki-laki asal Solo itu juga bercerita tentang keramaian di Coyudan, Solo, hingga tren warga. “Ning Pasar Klewer Kutha Solo. Jare blanja pamite kok ngumbah mata. Pasare rame tenan. Desek desekan nanging jo nganti grayangan.”

Malioboro

didi kempot malioboro

Jalan Malioboro (JIBI)

Lewat lagu Bangjo Malioboro ini, Didi Kempot kembali ke khittahnya yaitu lagu-lagu patah hati. Lagu ini berkisah tentang penantian panjang kekasih hati yang tak kunjung datang. Namun, pada saat bersamaan ada kabar kekasih hati menjalin hubungan asmara dengan orang lain.

Lewat lagu ini, Didi Kempot meminta Malioboro menjadi saksi perjuangan asmara. “Malioboro seksenana lelakonku…Nganti sprene tresnaku mung ngga sliramu. Tansah tak siram tetesing eluhku. Nganti suk kapan sliramu eling aku.”

Jembatan Suramadu

Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan Madura yang dikisahkan Didi Kempot tidak lepas dari lagu melow. Lagu ini berkisah tentang sulitnya hubungan long distance relationship (LDR).

Suromadu aduh dhik – nyabrang segara…Yen kowe sayang senajan adoh entenana. Suromadu aduh dhik – kretege dawa…Suromadu – Suroboyo Meduro.”

Stasiun Balapan

Lagu Stasiun Balapan inilah yang melambungkan nama Didi Kempot. Lagu ini mengisahkan tentang perpisahan sepasang kekasih di Stasiun Balapan Solo. Lirik lagu ini menjadi legendaris karena mengisahkan kekasih yang tak juga kembali tanpa kabar.

Jare lunga mung sedela. Malah tanpa kirim warta. Lali apa pancen nglali. Yen eling mbok enggal bali. Ning Stasiun Balapan. Kutha Sala sing dadi kenangan.”

Ditulis oleh : Danang Nur Ihsan

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.