Oligarki dalam sistem pemerintahan memungkinkan segelintir orang menguasai kebijakan strategis negara.
JEDA.ID – Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Veronica Koman mengeluarkan pernyataan kontroversial dengan menyebut patung Jenderal Sudirman yang ada di belakang Jokowi sebagai simbol oligarki. Belakangan Veronika menyatakan permintaan maaf.
Veronica melalui akun Twitter miliknya @veronicakoman mengunggah foto Joko Widodo saat memperkenalkan Staff Khusus Presiden, Jumat (22/11/2019). Veronica melingkari sosok hitam di belakang Presiden Jokowi.
“Sosok misterius siapa ini di belakang Pak Jokowi? Oligarki?” cuit Veronica seperti dilihat, Sabtu (23/11/2019).
Cuitan tersebut langsung menuai kontroversi. Banyak warganet yang tidak terima dengan pernyataan Veronica yang menyebut Jenderal Sudirman sebagai oligarki.
Kolom komentar unggahan Veronica dibanjiri serangan dari warganet. Selang beberapa hari, Veronica memberikan klarifikasi dan meminta maaf.
Oligarki Jokowi
Oligarki menjadi salah satu kata yang cukup populer di periode kedua kepemimpinan Jokowi ini. Direktur Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (Pusham UII), Eko Riyadi, mencium gelagat dibangunnya oligarki oleh rezim saat ini. Hal itu terlihat dari sistem kekuasaan tambun yang sedang dirancang.
“Saya mencium gelagat dibangunnya sistem kekuasaan tambun dalam rangka membangun oligarki,” kata Eko sebagaimana dilansir Detik.com, Selasa (22/10/2019).
Menurutnya, kekuasaan tambun yang sedang dirancang saat ini hanya tampak manis di depan. Namun sebenarnya hal itu menyimpan potensi bahaya besar, lantaran tiadanya kekuatan penyeimbang kritis dari luar pemerintahan.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Lucius Karus menyatakan hampir serupa. Dilansir Tirto.id, Sabtu (23/11/2019), Lucius mengatakan, melalui tujuh staf khusus milenial, ditambah menteri-menteri dan wakil menterinya ini, Jokowi berupaya menutupi lingkaran oligarki dalam pemerintahannya.
Menurut Lucius, Jokowi terlihat hanya menyenangkan lingkaran oligarki yang telah berjasa memenangkan Jokowi dua periode. “Jokowi sulit untuk melepaskan dirinya dari oligarki di belakangnya dan ini yang nampaknya lebih berperan dalam menentukan para pembantunya,” kata Lucius.
Menurut Lucius, dengan memilih staf khusus milenial, Jokowi pun sedang membuat citra bahwa dirinya adalah sosok yang dekat dengan milenial. Padahal, kata Lucius, mantan Wali Kota Solo itu hanya menutupi lingkaran oligarki di pemerintahannya.
Alih-alih staf khusus milenial ini bisa memberikan masukan kepada Jokowi, yang ada bisikan-bisikan mereka nanti hanya akan terhalang oleh elite-elite politik atau orang-orang yang lebih tua yang ada di lingkaran dekat Jokowi.
Pengertian Oligarki
Oligarki berasal dari bahasa Yunani Oligarkhía. Oligarki merupakan bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat.
KBBI lewat mengartikan Oligarki sebagai pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu
Oligarki merupakan tipe klasik suatu bentuk kekuasaan. Filsuf Yunani Aristoteles menyebut Oligarki dengan istilah kekuasaan oleh segelintir orang.
Lebih lanjut Aristoteles menggambarkan oligarki di masa Yunani kuno sebagai bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok cendekiawan demi kepentingan kelompoknya.
Oligarki adalah sebuah struktur pemerintahan dimana kekuasaan berpusat hanya pada sekelompok orang. Seringkali golongan ini mengendalikan kekuasaan sesuai dengan kepentingan mereka sendiri.
Di Indonesia Oligarki sudah ada sejak masa Orde Baru lewat kepemimpinan Soeharto. Meski Soeharto turun, kekuasaan berbau Oligarki politik masih terasa.
Richard Robison serta Vedi R. Hadiz menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Reorganizing Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in an Age of Market”. Mereka menjelaskan jika oligarki yang terjadi di Indonesia tidak hilang pasca reformasi.
Justru oligarki terus bertransformasi dengan cara menyesuaikan konteks politik di Indonesia yang didorong oleh Neoliberalisme.
Setelah kejadian krisis ekonomi pada tahun 1998, oligarki bisa bertahan dan menjadi tokoh utama di dalam dunia bisnis di Indonesia.