Sebelum keputusan ini diambil, megaproyek kereta cepat ini telah berulang kali mengalami penundaan konstruksi.
JEDA.ID-Proyek kereta cepat Singapura-Malaysia resmi batal. Megaproyek kereta cepat Singapura-Malaysia ini sebelumnya mangkrak 8 tahun.
Pemerintah Singapura dan Malaysia resmi membatalkan megaproyek kereta cepat Kuala Lumpur-Singapura setelah menemukan jalan buntu dari pembahasan keduanya.
Dikutip dari Bloomberg, pengumuman pembatalan itu datang tepat setelah batas waktu yang ditetapkan pada 31 Desember 2020 untuk perpanjangan kedua dan terakhir dari penangguhan proyek kereta cepat tersebut.
7 Buah Ini Sebaiknya Tidak Dibekukan Agar Kualitasnya Terjaga
“Kedua negara akan mematuhi kewajiban masing-masing, dan sekarang akan melanjutkan tindakan yang diperlukan, akibat penghentian perjanjian kereta cepat ini,” ungkap kedua pemerintah dalam pernyataan bersama, Jumat (31/12/2020).
Sebelum keputusan ini diambil, megaproyek kereta cepat ini telah berulang kali mengalami penundaan konstruksi. Bahkan, Malaysia ketika dipimpin oleh Mahatir Mohamad sempat mengungkapkan akan membatalkan proyek ini, sebelum akhirnya memutuskan menundanya. Adapun, alasan Mahatir ingin membatalkan proyek tersebut terkait dengan beban utang yang dialami Negeri Jiran tersebut.
Alih-alih, alasan pembatalan yang diputuskan sebelum pergantian tahun tersebut diambil setelah menilai ekonomi Malaysia yang tertekan akibat pandemi. Pihak Singapura sendiri meminta Malaysia membayar kompensasi atas sejumlah kegiatan konstruksi yang telah berjalan.
Berikut ini adalah fakta-fakta dari megaproyek kereta cepat tersebut seperti dikutip dari Bisnis.com, belum lama ini:
1. Gambaran Proyek
Kereta cepat ini memiliki jarak tempuh 350 km. Jalur kereta cepat ini direncanakan memiliki delapan pemberhentian, yaitu Singapura, Iskandar Puteri, Batu Pahat, Muar, Melaka, Seremban, Sepang-Putrajaya dan Kuala Lumpur. Sementara itu, stasiun pemberhentian akhir direncanakan terletak di Bandar Malaysia, Kuala Lumpur dan Jurong, East Singapura.
Alien Tidak Datang ke Bumi Mungkin Ini Penyebabnya
Selain itu, stasiun kereta cepat ini akan memiliki fasilitas bea cukai, imigrasi, dan karantina dari Singapura dan Malaysia yang berlokasi di Bandar Malaysia, Iskandar Puteri, dan Jurong East – yang berarti bahwa pelancong di terminal Jurong East dapat menyelesaikan imigrasi Singapura dan kemudian berpindah ke imigrasi Malaysia hanya dalam beberapa langkah, sebelum naik kereta dan turun di Kuala Lumpur.
Di Singapura, Raffles Country Club dan Jurong Country Club bahkan telah diakuisisi oleh otoritas pemerintah untuk pembangunan proyek tersebut, dengan Jurong Country Club dimaksudkan sebagai tempat terminal kereta cepat tersebut.
2. Awal Mula
Jalur kereta cepat sepanjang 350 km yang diusulkan bertujuan untuk mengurangi waktu perjalanan antara Singapura dan Kuala Lumpur menjadi sekitar 90 menit dengan kereta api, dari 11 jam saat ini mengunakan layanan kereta yang ada.
Proyek ini diresmikan pada Februari 2013 oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan mantan perdana menteri Malaysia Najib. Kedua negara menandatangani perjanjian bilateral yang mengikat secara hukum tentang proyek tersebut pada tahun 2016, membuka jalan bagi implementasinya.
Hasil Tes Covid-19 Sering Beda-Beda, Idealnya Swab Hari Keberapa?
Dikutip dari Channel News Asia, Konstruksi proyek ini diperkirakan menelan biaya sekitar RM50 miliar hingga RM60 miliar atau sekitar Rp174 triliun – Rp209 triliun sebenarnya akan dimulai tahun ini dan diharapkan mulai beroperasi pada 2026.
3. Manfaat Proyek
Selain memangkas waktu perjalanan antara Singapura dan Kuala Lumpur, proyek ini diharapkan menyumbang RM21 miliar (S$6,7 miliar) atau sekitar Rp73,33 triliun dalam produk domestik bruto ke Malaysia dan Singapura, serta menciptakan 111.000 pekerjaan pada tahun 2060.
Secara terpisah, laporan penilaian dampak lingkungan pada tahun 2017 mengatakan bahwa kereta cepat ini memberikan manfaat jangka panjang untuk keselamatan komuter dan mengurangi emisi karbon.
Meskipun dibatalkan, menurut Channel News Asia, media Malaysia memberitakan bahwa Putrajaya akan melanjutkan proyek tersebut tanpa keterlibatan Singapura. Oleh karena itu, jalur – yang dimulai di Kuala Lumpur – dapat berakhir di Johor, Malaysia, bukan di Jurong East, Singapura.