Lima klaster Museum Sangiran semuanya memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing.
JEDA.ID–Datang ke Museum Sangiran seperti membawa kita kembali ke jutaan tahun silam. Selama ini, banyak orang mengira Museum Sangiran hanya ada di Krikilan, Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah. Padahal, di situs Sangiran terdapat 5 museum yang semuanya sama-sama menarik dikunjungi.
Museum Sangiran bisa dibilang menjadi potret situs Sangiran yang terkenal seantero dunia. Mungkin yang terbayang dalam pikiran kita saat berbicara tentang Sangiran adalah “fosil dan fosil”. Namun, kekayaan arkeologis yang ada di situs Sangiran tidak hanya fosil.
Ada juga alat-alat batu hasil budaya manusia purba serta lapisan tanah purba yang dapat menunjukkan perubahan lingkungan alam sejak dua juta tahun lalu sampai sekarang tanpa terputus.
Jadi tidak ada salahnya kita menjelajah semua klaster di situs Sangiran karena semuanya memiliki keunikan masing-masing dan pastinya menambah pengetahuan. Berikut lima klaster Museum Sangiran.
Museum Sangiran Klaster Krikilan
Museum di klaster Krikilan inilah yang paling besar. Klaster ini berfungsi sebagai pusat kunjungan atau visitor center yang memberikan informasi secara lengkap tentang situs Sangiran.
Berdasarkan data di laman sangiran.kemdikbud.go.id, Sabtu (10/8/2019), museum ini memiliki ratusan 331 koleksi yang masuk kategori cagar budaya dan 207 koleksi noncagar budaya. Selama 2019, Museum Sangiran Klaster Krikilan ini telah dikunjungi lebih dari 157.000 orang.
Museum Sangiran Klaster Krikilan memiliki 3 buah ruang display, yaitu “Kekayaan Situs Sangiran”, “Langkah-langkah Kemanusiaan”, dan “Masa Keemasan Homo erectus 500.000 tahun yang lalu”.
Ruang display pertama menampil kan temuan-temuan fosil terbaik dari Situs Sangiran baik fosil-fosil fauna maupun sisa-sisa manusia jenis Homo erectus. Fosil fauna yang dimaksud adalah berbagai jenis binatang yang pernah hidup di Sangiran seiring dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
Tiga jenis binatang yang menjadi primadona Sangiran ditampilkan secara khusus dalam sebuah mini diorama. Hewan-hewan tersebut adalah gajah (Mastodon, Stegodon, dan Elephas), hewan bertanduk (kerbau, banteng, dan rusa), serta Kuda sungai.
Tidak kalah pentingnya adalah disajikan juga temuan-temuan sisa manusia berupa cetakan jenis Homo erectus dari Sangiran dan sekitarnya, serta alat-alat batu hasil budayanya. Rekonstruksi manusia jenis Homo erectus dari Sangiran serta informasi tentang evolusi Homo erectus di Indonesia.
Display ruang kedua bertema “Langkah-langkah Kemanusiaan” disajikan secara kronologis, di mana dikisahkan terbentuknya alam semesta dengan peristiwa Big Bang kemudian awal mula adanya kehidupan berbagai jenis baik yang telah punah maupun yang masih bertahan.
Display ketiga adalah ruangan diorama tentang kehidupan Homo erectus pada 500.000 tahun silam. Pada saat itu di Sangiran mencapai puncak kejayaan kehidupan. Sisa-sisa Homo erectus tipik menjadi jenis yang paling banyak ditemukan.
Selain itu, dua buah patung rekonstruksi manusia purba, yaitu Homo erectus dan temuan Manusia Flores menghiasi sudut sudut ruangan. Patung Homo erectus merupakan hasil rekonstruksi dari temuan Sangiran 17 (S17), sementara Manusia Flores merupakan rekonstruksi dari temuan Leang Bua.
Museum Sangiran Klaster Dayu
Klaster Dayu sebagai salah satu bagian dari Museum Sangiran yang terletak di Desa Dayu, Gondangrejo, Karanganyar. Situs ini banyak menyimpan kekayaan memori kehidupan sejak jutaan tahun silam, baik itu kehidupan flora, fauna, maupun manusia dan budayanya, serta merekam perubahan lingkungan yang pernah terjadi di Sangiran jutaan tahun silam.
Di Museum Sangiran Klaster Dayu ini berbagai informasi yang terpendam dalam lapisan-lapisan tanah purba. Museum ini dibangun sejak 2013 lalu. Di tempat ini terdapat 45 koleksi cagar budaya dan 62 koleksi noncagar budaya. Jumlah pengunjung di Museum Sangiran Klaster Dayu sepanjang 2019 mencapai lebih dari 7.000 orang
Museum Sangiran Klaster Dayu ini memiliki keunikan yaitu topografinya.Berdiri di atas lahan yang khusus dipilih dan dirancang sebagai sajian contoh lapisan tanah dari 4 zaman dalam rentang masa 100.000 hingga 1,8 juta tahun silam. Museum ini menjelma menjadi pusat informasi tentang perlapisan tanh purba dan budaya manusia jenis Homo erectus terlengkap.
Museum Sangiran Klaster Dayu hadir dengan informasi yang populer disertai tata pamer dan display menarik, serta sentuhan teknologi terkini. Museum ini layak menjadi tujuan wisata edukasi dan sumber ilmu pengetahuan karena pengunjung akan diajak berjalan menuruni tangga menuju masa jutaan tahun silam.
Setelah diselingi dengan Ruang Diorama tentang kehidupan Homo erectus jenis arkaik dan Ruang Galeri Pameran, pengunjung diajak menuju masa 1,2 juta tahun silam pada lapisan Pucangan.
Museum Sangiran Klaster Bukuran
Museum Sangiran Klaster Bukuran berada di Desa Bukuran, Kalijambe, Sragen. Tema dari museum dua lantai ini adalah evolusi manusia. Hal ini tidak dapat lepas dari kenyataan bahwa Bukuran menjadi lokasi penting di Situs Sangiran karena potensi Desa Bukuran akan temuan sisa-sisa manusia purba relatif besar.
Hal-hal yang berkaitan dengan evolusi disajikan di museum ini. Konsep dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan terhadap spesies disajikan secara ilmiah. Bukti-bukti berupa temuan tengkorak dari situs situs paleoanthropologi dunia ditampilkan sebagai gambaran mengenai posisi Situs Sangiran dalam peta evolusi manusia di dunia.
Lantai bawah Klaster Bukuran menjabarkaan bukti bukti peninggalan fosil manusia purba (replika) yang pernah ditemukan Tidak hanya fosil yang berasal dari Situs Sangiran saja, melainkan fosil fosil manusia purba dari situs-situs paleoantropologi di seluruh dunia.
Situs Sangiran mampu berkontribusi kepada dunia untuk memberikan pemahaman pemahaman tentang bagaimana kehidupan Homo erectus, spesies yang pernah hidup sebelum spesies manusia modern saat ini, Homo sapiens.
Sekitar 12 cetakan fosil tengkorak manusia disajikan agar pengunjung dapat mengenali dan pembandingkan tahap-tahap perkembangan fisik manusia. Setelah kepunahan Homo erectus, penghunian kepulauan nusantara selanjutnya diwarnal dengan sejarah yang sangat panjang.
Museum ini memiliki beragam koleksi yang terdiri atas 73 koleksi cagar budaya dan 241 koleksi noncagar budaya. Sepanjang 2019, Museum Sangiran Klaster Bukuran sudah dikunjungi lebih dari 13.000 orang.
Museum Sangiran Klaster Ngebung
Museum Sangiran Klaster Ngebung terletak kurang lebih 3 km di sebelah utara Museum Klaster Krikilan. Sebagai situs yang pertama kali dilakukan penelitian secara sistematis, Ngebung menjadi lokasi bernilai historis tinggi. Kedatangan para peneliti dari Eropa hingga pengakuan dunia menjadi tema Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung.
Di Klaster Ngebung ini, ditampilkan para peneliti dalam upaya mengeksplorasi potensi Situs Sangiran. Kegiatan tokoh-tokoh seperti Raden Saleh, J.C. van Es, Eugene Dubois, G.H.R. von Konigswald, disajikan dengan informasi yang lengkap baik secara visual maupun digital interaktif.
Penemuan jejak manusia purba berikut mitos yang berkembang di masyarakat dijelaskan dengan lengkap, disertai display koleksi temuan-temuan fosil dari Situs Ngebung. Sebagai ladang penelitian mengenai manusia purba Situs Ngebung menjadi tempat yang produktif menghasilkan temuan fosil binatang, artefak, dan sisa-sisa manusia.
Berbagai teori telah berkembang sejalan dengan temuan-temuan di Situs Ngebung. Beberapa teknik analisis untuk menjawab persoalan tersebut disajikan dalam bentuk visual dan interaktif. Pada bagian akhir digambarkan perjalanan Situs Sangiran menuju Warisan Dunia dalam bentuk display, poster, dan digital interaktif.
Di Museum Sangiran Klaster Ngebung ini terdapat 123 koleksi cagar budaya dan 47 koleksi noncagar budaya. Lebih dari 13.000 orang telah mengunjungi museum ini selama 2019.
Museum Sangiran Klaster Manyarejo
Klaster Manyarejo berada di Desa Manyarejo, Plupuh, Sragen. Museum ini didirikan sebagai bentuk apresiasi terhadap para peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan kepada warga masyarakat Sangiran yang telah melakukan pekerjaan besar penelitian dan menghasilkan berbagai penemuan penting untuk situs Sangiran.
Memasuki Klaster Manyarejo seperti pulang ke rumah sendiri. Interior kayu dan gebyog bambu tradisional menggambarkan rumah warga Sangiran yang siap menerima siapa saja tamu yang ingin berkunjung ke Sangiran.
Audio visual yang berisi ungkapan warga Sangiran sebagai penemu-penemu fosil sekaligus pengawal tugas yang handal bagi para peneliti menyambut kedatangan pengunjung Museum Manyarejo.
Linimasa penelitian di Sangiran diceritakan menurut perspektif masyarakat menanggapi kedatangan para peneliti asing dan dalam negeri. Peningkatan pemahaman masyarakat akan potensi dan nilai Situs Sangiran sebagai situs arkeologi meningkat seiring dengan makin eratnya hubungan mereka dengan para peneliti.
Di museum ini ada 298 koleksi cagar budaya dan dan 31 koleksi noncagar budaya. Sayang, dengan keunikannya, museum ini baru dikunjungi sekitar 2.000 orang pada 2019.
Itulah lima klaster Museum Sangiran. Semuanya memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing. Tak ada salahnya bila punya waktu luang bisa mengunjungi lima museum itu.