Indonesia memilih nonblok alih-alih membicarakan wacana perang dunia ketiga lantaran lebih memilih untuk menjaga stabilitas keamanan di Timur Tengah.
JEDA.ID – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran memanas usai terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani. Seiring dengan mencuatnya rumor Perang Dunia Ketiga, di mana posisi Indonesia?
Jumat (3/1/2019) pagi waktu setempat, Soleimani tewas dalam serangan di area dekat kargo Bandara Baghdad. Soleimani adalah Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran.
Serangan udara AS itu, menurut para pejabat Irak, juga menewaskan seorang pria bernama Abu Mahdi al-Muhandis yang menjabat wakil komandan dari kelompok milisi pro-Iran di Irak bernama Pasukan Mobilisasi Populer (PMF). PMF menyebut ada tujuh orang tewas akibat serangan udara AS tersebut.
Pentagon mengatakan serangan tersebut atas arahan Presiden AS. Soleimani dianggap membahayakan keberadaan warga AS di Timur Tengah. Ia dianggap memiliki andil saat Hizbullah menyerang kontraktor AS Desember lalu.
Ogah Picu Perang
Setelah penyerangan itu, Donald Trump, Presiden AS mengobarkan propaganda dengan menyebut Soleimani sudah seharusnya dibunuh sejak lama. Dia bahkan melabeli Soleimani sebagai teroris.
“Militer AS melakukan serangan presisi tanpa cacat yang menewaskan teroris nomor satu di dunia, Qassem Soleimani. Apa yang dilakukan AS kemarin seharusnya sudah dilakukan sejak lama. Banyak nyawa akan diselamatkan,” kata Trump sebagaimana dimuat di situs resmi Gedung Putih, whitehouse.gov.
Namun Trump mengaku tidak ingin memicu peperangan. Kami mengambil tindakan semalam untuk menghentikan perang. Kami tidak mengambil tindakan untuk memulai perang,” katanya sambil menambahkan bahwa AS tidak mencari perubahan rezim di Iran.
Setelahnya pada Minggu (5/1/2019) dua peluru mortir menghantam Zona Hijau di ibu kota Irak dan dua roket menghantam pangkalan yang menampung pasukan AS. Serangan itu terjadi sehari setelah serangan mematikan pada Soleimani.
Zona Hijau merupakan daerah kantong berkeamanan tinggi tempat kedutaan besar AS. Militer Irak mengatakan bahwa satu proyektil menghantam zona itu, sementara yang lain mendarat dekat dengan daerah itu.
Sepasang roket Katyusha kemudian menghantam pangkalan udara Balad di utara Baghdad, tempat pasukan AS berpangkalan. Sumber keamanan di sana melaporkan sirene menggelegar dan mengatakan pesawat pengintai dikirim di atas pangkalan untuk menemukan sumber roket.
Serangan juga hadir lewat dunia maya. Sebuah situs milik pemerintah AS, Federal Depository Library Program (FDLP), diretas oleh kelompok hacker yang mengaku mewakili pemerintahan Iran.
Situs tersebut diubah tampilannya (deface) dan kemudian dibuat tak bisa diakses oleh publik. Si hacker meninggalkan pesan di situs tersebut, yang kurang lebih isi pesannya berisikan pernyataan yang menyebut situs tersebut diretas oleh Iran Cyber Security Group Hacker. Mereka pun menyebutkan kalau ini hanyalah sebagian kecil dari kemampuan perang siber Iran.
Trump langsung bereaksi. Trump mengatakan, beberapa dari situs tersebut “pada tingkat yang sangat tinggi dan penting bagi Iran dan budaya Iran dan target-target itu dan Iran itu sendiri. [kalian] AKAN DIHANTAM SANGAT CEPAT DAN SANGAT KERAS. AS tidak menginginkan ancaman lagi!”
Jenuh Debat Kaum Datar vs Bulat, Bagaimana Kalau Bumi Kotak?
Posisi Indonesia
Menanggapi situasi ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi menggelar pertemuan dengan Dubes Iran dan Dubes AS dalam waktu terpisah. Retno menyampaikan sikap Indonesia.
Retno meminta AS dan Iran menahan diri. Dia menyebut eskalasi dalam hubungan antara Iran dan AS tidak akan bermanfaat bagi siapapun malahan bakal memberi dampak pada ekonomi dunia.
Pertemuan itu dilakukan pada Senin (6/1/2020). Retno mengatakan pertemuan digelar untuk menyampaikan sikap Indonesia terkait hubungan Iran dan AS usai pembunuhan Mayor Jenderal Qasem Soleimani.
“Met the Ambassador of Iran and Ambassador of the US separately this afternoon (06/01). Indonesia conveyed concerns on the latest development in US – Iran relations,” tulis Retno dalam akun Twitter @Menlu_RI.
“Indonesia hopes that all related parties exercise maximum restraint so as to prevent further escalation. Escalation will benefit no one. Furthermore, it may lead to potential repercussions on the global economy,” tulis Retno.
Met the Ambassador of Iran and Ambassador of the US separately this afternoon (06/01)
Indonesia conveyed concerns on the latest development in US – Iran relations. pic.twitter.com/IVeI3MUn0j
— Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI) January 6, 2020
Selain itu, Kemlu membuat imbauan kepada WNI di Irak, mengingat pembunuhan terhadap Soleimani terjadi di Irak. Kemlu meminta WNI selalu waspada dan segera menghubungi KBRI jika membutuhkan bantuan.
“Kami mengimbau WNI di Irak untuk selalu meningkatkan kewaspadaan. Segera hubungi KBRI jika memerlukan informasi/bantuan. Hotline KBRI Baghdad +9647500365228,” tulis Kemlu dalam situs resminya.
Gencar World War 3 dan Kilap Investasi Emas