Biaya persalinan dengan menggunakan layanan BPJS termasuk di antaranya untuk operasi caesar lebih dominan di beberapa kalangan.
JEDA.ID–Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyindir para dokter yang melakukan tindakan terhadap pasien secara berlebihan yang berujung membengkaknya klaim BPJS Kesehatan, termasuk banyaknya operasi sectio caesarea atau caesar saat persalinan.
Menkes menyatakan biaya klaim tersebut bisa terlihat dari data BPJS Kesehatan pada pembiayaan penyakit jantung pada 2018 yang mencapai Rp10,5 triliun dan tindakan operasi caesar yang terlalu banyak.
Terawan mengatakan data BPJS Kesehatan tentang perbandingan kelahiran operasi caesar dengan kelahiran normal sebesar 45 persen. Padahal menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) idealnya perbandingan tersebut sebesar 20 persen.
”Kalau memang tidak perlu dikerjakan, jangan dikerjakan, kalau itu maksa dikerjakan artinya membahayakan pasien. Setiap tindakan punya konsekuensi risiko pada pasien, dan itu sebenarnya bisa mencelakakan pasien untuk tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar,” kata Terawan, beberapa waktu lalu sebagaimana dikutip dari laman jpp.go.id, Rabu (27/11/2019).
BPJS Kesehatan dalam laporan mereka pada 2018 menyebutkan ada kajian untuk beberapa pelayanan kesehatan yang berpotensi moral hazard seperti pelayanan katarak, fisioterapi, dan operasi caesar saat persalinan.
Dalam laporan keuangan BPJS Kesehatan 2018 disebutkan operasi pembedahan caesar (ringan) berada di urutan teratas dalam pelayanan rawat inap tingkat lanjut (RITL).
Layanan operasi pembedahan caesar yang diklaim ke BPJS Kesehatan mencapai 651.610 kasus dengan nilai Rp3,57 triliun. Bila dirata-rata artinya klaim per orangnya adalah Rp5,4 juta.
Jumlah kasus dan nilai yang dikeluarkan dalam klaim BPJS untuk operasi caesar dalam layanan RITL itu juga lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan vaginal atau normal ringan dan sedang.
Persalinan vaginal (ringan) di RITL sebanyak 304.261 kasus dengan nilai klaim Rp534,66 miliar, sedangkan persalinan vaginal sedang 167.205 kasus dengan nilai Rp342,78 miliar.
BPJS Kesehatan beberapa waktu lalu memang pernah berupaya mengefisienkan tindakan seperti pelayanan katarak, fisioterapi, dan operasi sectio caesarea.
Namun, hal itu ramai menjadi permasalahan karena ditentang oleh rumah sakit maupun kalangan dokter dari organisasi profesi sehingga batal dilaksanakan.
3 Jenis Persalinan
Bagaimana sebenarnya potret operasi caesar di Indonesia? Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 disebutkan ada tiga jenis persalinan yaitu normal, operasi, dan lainnya yang meliputi vakum, forsep, dan lainnya.
Hasilnya, sebagian besar persalinan di Indonesia adalah normal yaitu 81,5%. Kemudian yang melalui persalinan dengan operasi caesar sebanyak 17,6%, dan lainnya 0,9%.
Namun, angka operasi caesar itu jauh melonjak dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Operasi caesar di Indonesia dari 1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8%.
Kasus operasi caesar ini sebagian besar terjadi di kota dan masyarakat berpendidikan tinggi. Berikut proporsi tindakan operasi caesar bila dilihat dari latar belakang mereka.
Pekerjaan
- PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD 33,6%
- Pegawai swasta 27,7%
- Wiraswasta 20,7%
- Tidak bekerja 16,8%
- Sekolah 16,4%
- Buruh/sopir/pembantu 14,3%
- Nelayan 14%
- Petani 7,2%
- Lainnya 17,4%
Pendidikan
- Tamat pendidikan tinggi 33,2%
- Tamat SMA 21,3%
- Tamat SMP 13,5%
- Tamat SD 10,6%
- Tidak pernah sekolah 10%
- Tidak tamat SD 8,9%
Meningkatnya operasi caesar dengan tingginya klaim BPJS bisa terlihat dari sumber pembiayaan persalinan. Dalam Riskesdas 2018 disebutkan 41,2% sumber pembiayaan persalinan adalah BPJS Kesehatan.
Paling tinggi pembiayaan persalinan adalah biaya sendiri yaitu 53,3%. Sisanya ada yang menggunakan asuransi swasta, biaya kantor, sampai gratis.
Namun, bila dilihat dari latar belakangnya, sumber pembiayaan persalinan dengan menggunakan layanan BPJS Kesehatan lebih dominan di beberapa kalangan.
Untuk kalangan PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD yang proporsi operasi caesar paling tinggi, mayoritas menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan yaitu 58,9%.
Kian bertambahnya operasi caesar dalam persalinan di Indonesia juga terjadi di berbagai negara lainnya. Data WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health di 23 negara, menunjukkan tingkat kelahiran caesar tanpa indikasi medis berkisar 0,01%–2,10%, bahkan di China mencapai 11,6%.
Bedah caesar sepatutnya disarankan ketika proses kelahiran melalui vagina berpotensi menyebabkan risiko bagi sang ibu atau si bayi. Hal ini yang ditekankan Menkes Terawan agar pelayanan operasi caesar ke depannya tidak membebani klaim BPJS Kesehatan.