Para orang tua rela nginap di depan sekolah agar anak mereka tidak kehabisan kuota dalam PPDB 2019 yang menerapkan sistem zonasi itu.
JEDA.ID–Azan Subuh baru berkumandang. Suasana depan SMPN 2 Karanganyar kian padat. Puluhan orang tua calon siswa menyemut di depan pagar sekolah sejak pukul 03.00 WIB. Semakin pagi, kerumunan orang tua tidak terbendung.
“Saya tidur di sekolah, kami pantau mereka dari kamera CCTV. Saya tempel pengumuman tulisan kertas dengan spidol,” ujar anggota satuan pengamanan SMPN 2 Karanganyar, Supadi, Kamis (13/6/2019).
Para orang tua calon siswa yang berlomba-lomba datang paling awal agar anak mereka diterima di sekolah itu pulang dengan kecewa. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar menunda pendaftaran peserta didik baru (PPDB) SMP.
PPDB SMP di Karanganyar awalnya dijadwalkan 13-18 Juni 2019. Kamis dini hari, Bupati Karanganyar Juliyatmono mengeluarkan keputusan yang dikirim melalui Whatsapp. PPDB SMP di kabupaten itu diubah menjadi 1-4 Juli 2019.
Keputusan itu diambil karena terjadi kekacauan jelang PPDB. Para orang tua hingga calon siswa di berbagai kecamatan seperti Tawangmangu, Karangpandan, dan Mojogedang, menginap di depan sekolah.
Di SMPN 1 Tawangmangu, para orang tua menginap di depan sekolah agar anak mereka tidak kehabisan kuota dalam PPDB yang menerapkan sistem zonasi itu. Mereka menunggui kursi bernomor yang disediakan panitia sekolah.
Rata-rata mereka menduduki kursi sejak Rabu (12/6/2019) siang dan bertahan hingga Kamis (13/6/2019) dini hari. Keluarga mereka bergantian mengirim makanan dan menjaga kursi yang berhasil diduduki.
Pasangan suami istri, Partini dan Supri, datang bersama dua anaknya yang akan mendaftar di SMP N 1 Tawangmangu. Kedua bocah itu menunggu sembari tidur di tikar milik salah satu warga. “Kecewa [PPDB ditunda], kenapa tidak disampaikan lebih awal supaya kami tidak perlu menunggu begitu lama. Anak-anak pulang sekolah langsung ke sini. Enggak mau pulang ke rumah. Katanya mau ikut menunggu pendaftaran. Tapi ya mau bagaimana. Kalau online bisa bisa daftar dari rumah, enggak perlu antre,” tutur Partini.
Uji Coba PPDB SMA/SMK
Cerita berbeda datang dari Kota Solo dalam uji coba PPDB SMA/SMK. Banyak orang tua calon siswa yang melanggar aturan zonasi. Mindset orang tua masih membedakan sekolah dengan label favorit dan pinggiran.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 4 Solo, Nanang Inwanto mengaku masih banyak orang tua yang belum paham mengenai zonasi. Ada beberapa orang tua siswa yang nekat melanggar zonasi dengan alasan alamat rumahnya dekat dengan sekolah yakni Colomadu, Karanganyar.
Dia mengaku sulit menghapus label sekolah favorit di stigma orang tua. “Diharapkan adanya zonasi, sekolah maupun orangtua mampu melihat dan mengembangkan potensi anak di mana pun mereka bersekolah. Sistem zonasi ini juga bertujuan mengurangi jumlah siswa yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah,” ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui masih adanya celah masalah sistem zonasi dalam PPDB SMA/SMK 2019. Dengan sistem zonasi, kuota sesuai zona yaitu 90%, siswa berprestasi 5%, dan 5% untuk penugasan orang tua.
“Dengan sistem zonasi ini kan pendaftarannya cepat-cepatan. Saya yakin kalau sistemnya enggak diubah, sekolah seperti SMAN 3 [Semarang] itu enggak sampai satu jam kuotanya sudah penuh. Makanya itu perlu sedikit kita ubah,” jelas Ganjar.
Dia menyebut kuota 5% untuk siswa berprestasi terlalu sedikit. Dia mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar kuota siswa berprestasi pada PPDB SMA 2019 menjadi 20%. “Sudah saya sampaikan ke Pak Menteri. Alhamdulillah, respons Pak Menteri juga cepat dan nanti akan dirakorkan se-Indonesia,” imbuh Ganjar.