Musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan sama sekali. Beberapa daerah diprediksikan masih berpeluang mendapatkan curah hujan.
JEDA.ID–Badan Meteorolog Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan lima daerah di Indonesia berstatus awas dan mengalami kekeringan ekstrem karena tidak mengalami hujan lebih dari 61 hari atau dua bulan.
Lima daerah itu adalah sebagian besar DI Yogyakarta, Sampang dan Malang di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Indramayu di Jawa Barat, dan Buleleng di Bali.
”Status awas atau telah mengalami HTH [hari tanpa hujan] lebih dari 61 hari. Dan prospek peluang curah hujan rendah yaitu kurang dari 20mm per dasarian pada 20 hari mendatang,” sebut Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal dalam siaran pers sebagaimana jeda.id dikutip dari laman BMKG, Senin (1/7/2019).
Selain itu, empat daerah dinyatakan berstatus siaga karena tidak mengalami hujan lebih dari 31 hari. Kemudian dan peluang hujan rendah pada 20 hari mendatang. Empat daerah itu adalah Jakarta Utara, Lebak dan Tangerang di Banten, Nusa Tenggara Barat, dan sebagian besar Jawa Tengah.
BMKG membagi enam kelompok hari tanpa hujan yaitu 1-5 hari sangat pendek. Kemudian 6-10 hari pendek, 11-20 hari menengah, 21-30 hari termasuk hari tanpa hujan panjang, 31-60 hari kriteria hari tanpa hujan panjang, dan di atas 61 hari sebagai kekeringan ekstrem.
Herizal menyebut berdasarkan pemantauan terhadap perkembangan musim kemarau, 35% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan 65% wilayah masih mengalami musim hujan.
Wilayah yang telah memasuki musim kemarau meliputi pesisir utara dan timur Aceh, Sumatra Utara bagian utara, Sumatra bagian selatan. Kemudian Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bagian tenggara, pesisir barat Sulawesi Selatan. Selanjutnya pesisir utara Sulawesi Utara, pesisir dalam perairan Sulawesi Tengah, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.
”Musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan sama sekali. Beberapa daerah diprediksikan masih berpeluang mendapatkan curah hujan. Pada umumnya prospek akumulasi curah hujan 10 harian ke depan, berada pada kategori rendah di bawah 50 mm dalam 10 hari,” sebut dia.
Meski demikian beberapa daerah masih berpeluang mendapatkan curah hujan kategori memengah dan tinggi. Curah hujan kriteria menengah (50 – 150 mm dalam 10 hari) diperkirakan dapat terjadi di pesisir Aceh, Sumatra Barat, Bengkulu. Sumatra Selatan bagian barat, Jambi bagian barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah bagian utara. Kemudian Sulawesi bagian tengah, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian utara.
Curah hujan kriteria tinggi ( di atas 150 mm dalam 10 hari) diperkirakan dapat terjadi di pesisir timur Sulawesi Tengah dan Papua bagian tengah.
Puncak Kemarau
BMKG menyebut puncak musim kemarau 2019 di 342 zona musim (Zom) umumnya terjadi pada Agustus 2019 yaitu sebanyak 233 Zom (68.1%).
BMKG mengingatkan agar masyarakat waspada dan berhati-hati terhadap kekeringan. Kondisi ini bisa berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. Kemudian kelangkaan air bersih dan peningkatan potensi kemudahan terjadinya kebakaran.
Pengamat lingkungan hidup dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Suprihatin mengatakan pemerintah perlu melakukan upaya konservasi sumber air untuk mencegah kekurangan air bersih pada musim kemarau.
Penerapan konsep tersebut merupakan beberapa upaya yang bisa dilakukan agar air lebih lama mengendap atau tersimpan di tanah. Namun, selama ini pemerintah maupun masyarakat masih mengabaikan hal itu.
Akibatnya, lanjut dia, saat musim hujan potensi banjir akan lebih tinggi dan saat musim kemarau masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih. “Karena sumber utama air itu dari hujan,” kata dia sebagaimana dikutip dari Antara.