Baru-baru ini media sosial viral adanya seorang selebgram yang memberikan tips mencegah persebaran virus corona dengan diffuser buatan yang menuai pro dan kontra.
JEDA.ID – Baru-baru ini media sosial ramai membahas selebgram yang memberikan tips mencegah persebaran virus corona di udara dengan menggunakan cairan diffuser buatan.
Hal tersebut menuai protes dari netizen karena dinilai tidak sesuai dengan kaidah kesehatan atau standar ilmiah. Selebgram tersebut mengunggah cara membuat cairan pengisi diffuser lewat akun Instagramnya. Dia mencampurkan cairan antiseptik merk Dettol dengan air mineral.
Seperti yang Anda ketahui diffuser adalah alat untuk mengubah cairan minyak esensial menjadi uap dan menyebarkannya ke udara.
Fungsi utamanya adalah menjadikan udara di sekeliling menjadi terasa nyaman dan mudah untuk dihirup. Efek uap diffuser pada tubuh berbeda-beda tergantung campurannya, lalu bagaimana jika cairan minyak esensial itu diganti dengan cairan antiseptik yang dinyatakan dapat membunuh virus corona? Apakah berdampak bagi kesehatan? Berikut ulasannya:
Mengandung bahan berbahaya
Alasan utama tidak diperbolehkannya penggunaan cairan antiseptik sebagi bahan diffuser karena mengandung bahan berbahaya.
Melansir dari salah satu media online, Sabtu (28/4/2020) Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia, Prof. dr. Zubairi Djoerban, menjelaskan hal tersebut. Menurutnya cairan antiseptik Dettol memiliki kandungan berbahaya apabila tidak dipergunakan dengan semestinya.
“Dettol memiliki tiga bahan utama chloroxylenol, pine oil, dan castor oil, tapi chloroxylenol merupakan bahan beracun dan tidak boleh dicerna. Jangan kena mata, jangan sampai tertelan,” terangnya.
Merujuk pada Medicines.ie, Dettol tidak dapat digunakan di sekitar mata, telinga, hidung, atau mulut. Padahal, bila digunakan sebagai isian air diffuser, cairannya dapat menjangkau ke seluruh bagian permukaan yang ada di ruangan tersebut, termasuk permukaan tubuh orang-orang di sekitarnya.
Bisa Bikin Sinyal Internet Lemot, Jauhkan 5 Benda Ini dari Router Wifi
Tidak untuk kulit sensitif
Penggunaan Dettol atau antiseptik sejenisnya sebagai pertolongan pertama atau pembersih luka merupakan cara yang tepat. Karena didasarkan pada beberapa senyawa yang dapat membersihkan luka dari kuman atau bakteri dan juga mencegah infeksi. Namun penggunaan untuk kulit yang sensitif tidak diperbolehkan, hal ini tercantum pada keterangan luar kemasannya.
Kandungan chloroxylenol yang ada pada cairan antiseptik ini dilaporkan dapat menyebabkan hipersensitif, perubahan warna kulit, ruam, iritasi, dan kulit terbakar. Untuk itu, tidak dibenarkan menggunakan cairan antiseptik tersebut sebagai isian air diffuser meskipun dilarutkan dengan air mineral.
Bahaya bagi penderita asma
Selain untuk mengatur tingkat kelembapan udara di ruangan, diffuser juga bermanfaat bagi para penderita asma dan alergi tertentu yang disebabkan oleh udara. Namun hal ini bertolak belakang jika menggunakan cairan antiseptik untuk isian diffuser. Hal tersebut disampaikan oleh Dokter spesialis paru RS Umum Pusat (RSUP) Persahabatan dr. Erlina Burhan.
“Sekiranya disemprotkan ke udara antiseptik tadi dan kebetulan ada pasien-pasien yang alergi terhadap zat yang dikandungnya, contohnya pasien-pasien asma, itu bisa juga men-trigger terjadinya serangan,” kata dr. Erlina seperti dilansir sebuah media online.
Dr. Erlina Burhan juga menambahkan cara tersebut membuang waktu karena virus corona tidak melayang di udara tapi dari droplet (partikel ludah) yang dikeluarkan dari mulut atau hidung sesorang yang terjangkit virus dan menyebar langsung ke orang di dekatnya.
“Membuang energi kalau membersihkan udara dari virus itu dengan menyemprot antispetik karena virus tidak melayang di udara, tapi virus itu ada di droplet yang dikeluarkan dari mulut atau hidung pasien yang terinfeksi,” ucap dr. Erlina.
Antiseptik seperti itu seharusnya digunakan untuk membersihkan jaringan hidup seperti luka pada tubuh bukan menjadi pembersih udara. Jika droplet tersebut berada di permukaan benda-benda mati, maka membersihkannya dengan disenfektan bukan antiseptik.
Sengitnya Perdebatan Asal-Usul Virus Corona, Alami atau Buatan Manusia?
Bahaya bagi hewan
Selain berbahaya bagi manusia, kloroxilenol juga beracun pada banyak hewan terutama kucing. Melansir dari Wikipedia, senyawa fenolik menjadi perhatian khusus karena kucing tidak dapat sepenuhnya memetabolisme fenol. Seekor kucing dapat menelan produk dengan menjilati cakarnya setelah menyentuhnya.
Di Australia, semprotan kloroxilenol telah terbukti mematikan cane toad atau kodok tebu sejenis spesies invasif yang berasal dari Hawaii sebagai akibat dari keputusan buruk pada tahun 1935. Hal ini didasarkan agar amfibi mampu memakan cane beetle atau kumbang yang meyerang tebu-tebu berkualitas di sana. Namun hal ini justru merusak ekosistem, akhrinya dilakukan penyemprotan disinfektan mengandung kloroxilenol dalam jarak dekat yang terbukti menyebabkan kematian katak dengan cepat.
Tidak diketahui apakah racunnya bertahan atau apakah membahayakan flora dan fauna Australia lainnya. Akhirnya penggunaan kloroxilenol sebagai bahan pengendalian hama dilarang di Australia Barat oleh Departemen Lingkungan dan Konservasi pada 2011, karena mengingat kekhawatiran akan potensi bahaya bagi spesies satwa liar di sana