• Mon, 14 October 2024

Breaking News :

Hitung-Hitungan Menggelar Formula E, Jakarta akan Untung atau Buntung?

Balapan berkelas internasional, Formula E yang tak lama lagi akan digelar di Ibu Kota Jakarta memberi berbagai dampak bagi ibu kota.

JEDA.ID— Balapan berkelas internasional, Formula E tak lama lagi akan digelar di Ibu Kota Jakarta. Gubernur DKI, Anies Baswedan, secara resmi sudah mengajukan layout trek balapan mobil listrik itu bakal melewati area Monas. Seperti dilansir detikoto, Jumat (14/2/2020), belum disebutkan di mana letak garis start/finis, namun dijelaskan lintasan total sepanjang 2,6 km.

Disebutkan kalau sirkuit jalanan tersebut akan berputar searah jarum jam dan memiliki 11 tikungan. Digambarkan dalam surat tersebut, lintasan Formula E akan melewati sepanjang Jalan Merdeka Selatan, untuk kemudian belok kanan masuk ke area Monas dari dekat patung Arjuna Wijaya. Trek berlanjut menyusuri sisi selatan Silang Monas, lalu belok kanan kembali ke Jalan Merdeka Selatan.

Sebelumnya, rencana menggelar Formula E di sekitar Monas menjadi perdebatan. Hal ini karena Kementerian Sekretaris Negara (Kemensetneg) tidak menyetujui rencana Anies Baswedan menggelar Formula E di kawasan Monas.

Energi Listrik

Formula E atau nama resminya FIA Formula E Championship, adalah balap mobil kursi tunggal yang menggunakan energi listrik. Kejuaraan ini digagas pada 2012, dan musim perdananya dimulai di Beijing pada September 2014. Seperti dilansir Wikipedia, kejuaraan ini disetujui oleh Federasi Otomotif Internasional (FIA). Alejandro Agag adalah pendiri dan CEO Formula E Holdings.

Kejuaraan Formula E saat ini diperebutkan oleh 11 tim dengan masing-masing dua pembalap. Olahraga yang berkembang pesat ini menampilkan mobil balap bertenaga listrik yang memiliki kemiripan dengan mobil non-listrik Formula 1. Balapan berlangsung di sirkuit jalan raya yang panjangnya 1,9 kilometer (km) hingga 3,4 km.

Balapan berdurasi 45 menit dengan tambahan 1 putaran. Sampai musim keempat, pembalap wajib melakukan pit stop. Dua kru pit membantu pembalap untuk mengenakan sabuk pengaman dan untuk alasan keselamatan, ada waktu minimun yang diperlukan untuk setiap pit stop. Pergantian ban tidak diizinkan selama pit stop, kecuali rusak atau terkena hantaman.

Pergantian ini normalnya tidak dilakukan karena Formula E menggunakan set ban untuk semua kondisi cuaca. Dalam balapan, daya maksimal dibatasi menjadi 200 kW (268bhp).

Poin diberikan kepada 10 pembalap yang finis menggunakan sistem standar FIA (25-18-15-12-10-8-6-4-2-1). Tiga poin juga diberikan kepada pembalap yang berhasil meraih pole position, sedangkan pembalap yang mencetak putaran tercepat (jika mereka berhasil finis 10 besar) mendapatkan satu poin.

Untuk empat musim pertama, Formula E menggunakan mobil balap listrik yang dibuat oleh Spark Racing Technology dan dinamakan Spark-Renault SRT 01E. Sasis didesain oleh Dallara, sistem baterai dibuat oleh Williams Advanced Engineering dan girboks dibuat oleh Hewland. Michelin adalah pemasok ban resmi untuk kejuaraan ini.

Anggaran Besar

Anggaran total perhelatan balap mobil Formula E yang diajukan Pemprov DKI Jakarta senilai Rp1,3 triliun, disebut oleh Anies Baswedan untuk menggerakan perekonomian.  DKI Jakarta sudah mengusulkan anggaran sebanyak 20,79 juta poundsterling atau sebesar Rp360 miliar dalam rancangan APBD-P 2019 yang telah disepakati sejak Selasa (13/8/2019) lalu bersama Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI Jakarta.

Uang tersebut, dinyatakan oleh Pemprov DKI Jakarta sebagai commitmen fee penyelenggaraan Formula E yang akan dibayarkan pada FIA sebagai pemegang merk Formula E. Seperti dilansir bisnis.com, Pemprov DKI Jakarta kemudian juga mengajukan Rp900 miliar sebagai dana tambahan untuk menggelar Formula E dalam pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) untuk Rancangan APBD tahun 2020.

Adapun pengajuan anggaran Rp900 miliar tersebut dengan perincian biaya untuk penyelenggaraan sebesar 22 juta poundsterling atau sekitar RP378 miliar dan biaya asuransi 35 juta euro atau sekitar Rp556 miliar. Dinas juga menyiapkan anggaran Rp600 juta untuk sosialisasi pra Formula E dalam kegiatan Jakarta Fun Race 2019. Dengan demikian total rencana anggaran untuk penyelenggaraan balapan ini adalah senilai Rp1,3 triliun.

Dampak Virus Corona

Prediksi efek balap Formula E disebut Anies Baswedan mencapai Rp1,2 triliun. Kendati demikian, Anies mengatakan nanti pihaknya juga mencari sponsor dan membuat perencanaan keuangannya. Namun dengan mewabahnya virus corona di China menjadikan target potensi wisatawan dari luar negeri saat Formula E berlangsung berkurang. Jika tidak ada wabah Corona, target wisatawan asing saat balapan ini ditarget sekitar 10.000 wisatawan.

“Ya mungkin hitung-hitungannya sekitar 10.000. Kalau demamnya seperti ini ya kita geser ke angka 5.000-an,” ucap Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) DKI Jakarta, Cucu Ahmad Kurnia, seperti dilansir detikcom, Kamis (13/2/2020) seperti dilansir detikcom. Dengan perubahan kondisi ini target perputaran uang dalam ajang ini bisa mungkin juga berubah.

Kemacetan

Selama ini Jakarta dikenal sebagai salah satu kota yang paling macet. Dengan digelarnya ajang Formula E di kawasan Monas bukan tak mungkin juga akan menambah keruwetan dan kemacetan di jalanan ibu kota.  Kemacetan tidak hanya merugikan dari segi waktu saja, melainkan juga dari segi materi. Bank Dunia memperkirakan kerugian akibat kemacetan mencapai Rp56 triliun dalam satu tahun.

Dalam laporannya, Bank Dunia menjelasakan kemacetan timbul akibat laju urbanisasi yang belum merata. Seperti dilansir Liputan6.com, Global Director for Urban and Territorial Development, Disaster Risk Management and Resilience Bank Dunia, Sameh Wahba dalam laporan Bank Dunia berjudul Mewujudkan Potensi Perkotaan Indonesia, menyebutkan bahwa total biaya yang hilang akibat kemacetan lalu lintas untuk 28 wilayah metro di Indonesia sebesar USD4 miliar per tahun atau sekitar Rp 56,7 triliun (kurs Rp 14.188 per USD). Angka ini setara dengan 0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Bank Dunia mengungkapkan untuk DKI Jakarta saja, total kerugian yang hilang akibat kemacetan lalu-lintas mencapai USD2,6 miliar atau sekitar Rp 36,8 triliun. Jakarta juga masuk dalam daftar sepuluh kota dengan kemacetan lalu-lintas tertinggi di dunia. Bahkan berdasarkan Indeks Kemacetan Lalu-lintas TomTom, Jakarta adalah kota dengan kemacetan tertinggi di antara 18 kota besar di seluruh dunia. “Dengan estimasi tambahan waktu sebesar 58 persen yang diperlukan untuk setiap perjalanan, ke manapun dan kapanpun di Jakarta,” ujarnya.

Jadi bagaimana menurut Anda, ajang Formula E di Jakarta, akan lebih menguntungkan atau sebaliknya?

Ditulis oleh : Anik Sulistyawati

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.