Pandemi Covid-19 meningkatkan kekhawatiran warga dunia mengingat penyakit itu bisa menyerang siapa saja dengan tidak pandang bulu termasuk wanita hamil.
JEDA.ID – Pandemi Covid-19 meningkatkan kekhawatiran warga dunia mengingat penyakit itu bisa menyerang siapa saja dengan tidak pandang bulu termasuk wanita hamil.
Melihat data infeksinya di China–negara pertama yang melaporkan epidemi –Covid-19 diberi label pembunuh yang tidak adil. Virus corona jenis baru ini diketahui mematikan hanya untuk orang tua dan telah memiliki riwayat penyakit lain sebelumnya. Covid-19 juga disebutkan lebih berbahaya bagi laki-laki daripada perempuan.
Virus ini juga diperhitungkan menginfeksi tak pandang gaya hidup atau faktor biologis. Tapi lebih kepada riwayat perjalanan dan dengan siapa saja si pasien melakukan kontak sebelumnya.
Berikut ini data yang telah dikumpulkan oleh sejumlah riset sepanjang 3 bulan terhadap virus berselubung lemak penyebab pneumonia akut ini seperti dilansir dari Bisnis.com, Senin (23/3/2020):
1. Tua dan Muda
Sebagian besar atau sekitar 87% dari 72.314 kasus Covid-19 di China per pertengahan Februari lalu dialami oleh mereka yang berusia 30 tahun-79 tahun. Hanya 8,1 persen yang berusia 20-an tahun, 1,2 persen yang remaja, dan 0,9 persen yang berusia kurang dari 10 tahun. Data dari WHO, sebanyak 78 persen kasus di China untuk periode yang sama dialami mereka yang berusia 30 tahun-69 tahun.
Pemerintah China menemukan sebanyak 2,3 persen dari jumlah kasus terkonfirmasi itu berujung fatal atau pasien meninggal. Angka kematiannya sampai 14 persen di antara pasien yang berusia lebih dari 80 tahun.
Angka kematian drop menjadi 1,3 persen saja untuk para pasien yang berusia 50-an tahun, 0,4 persen untuk pasien rentang usia 40an tahun, dan 0,2 persen untuk 10 tahun -39 tahun. Angka 2,3 persen itu belakangan diperbarui oleh WHO berdasarkan data pasien global pada 3 Maret lalu. Saat itu WHO mengumumkan, angka kematian akibat infeksi virus itu sebesar 3,4 persen.
Mereka memperbarui angka kematian karena virus corona yang sebelumnya dinyatakan bervariasi dari 0,7 sampai 4,0 persen, bergantung kualitas sistem kesehatan masyarakat di mana pasien itu dirawat.
4 Anak Miliarder Ini Tak Melulu Andalkan Harta Ortu
2. Laki-laki dan Perempuan
Efek penularan berdasarkan gender tak sejelas yang berdasarkan usia, tapi data awal menunjukkan laki lebih rentan daripada perempuan. Pemerintah China menemukan perbandingan kasus infeksi 106:100 antara laki dan perempuan.
Sedang data WHO menunjukkan 51 persen kasus dialami laki-laki. Yang berbeda nyata adalah angka kematian akibat infeksi. Pemerintah China mengumumkan angka kematian di antara pasien perempuan sebesar 1,7 persen sedang pada pasien laki 2,8 persen.
3. Sakit atau Sehat
Studi yang pernah dilakukan terhadap 1.590 pasien positif Covid-19 di China menemukan 399 pasien yang memiliki sedikitnya satu penyakit tambahan di tubuhnya (termasuk jantung, diabetes, Hepatitis B, paru-paru, gijal, dan kanker) berpeluang 79 persen lebih besar untuk mendapat perawatan intensif atau meninggal. Sedang 130 pasien dengan dua penyakit komplikasi atau lebih memiliki risiko 2,5 kali lebih besar.
Bila memerincinya lebih jauh, para peneliti menemukan kanker menambah risiko Covid-19 menjadi 3,5 kali lipat, diabetes dan hipertensi malah sampai 60 persen. Adanya penyakit lain yang bersemayam dalam tubuh kemungkinan telah mengubah karakter Covid-19.
Sebagai gambaran, di puncak epidemi di Wuhan, sebanyak 37 dari 230 pasien gagal ginjal di RS Renmin terdeteksi mengidap infeksi virus itu. Meski tidak ada yang sampai dirawat intensif dan mendapat alat bantu pernapasan, enam di antara 37 pasien itu meninggal. Uniknya pula, tidak satupun dari enam itu meninggal karena pneumonia.
Studi di dua rumah sakit rujukan di Wuhan paa Januari lalu juga menunjukkan orang-orang yang terinfeksi virus corona Covid-19 akan meninggal paling mungkin karena mereka sudah lansia atau memiliki riwayat sepsis ataupun masalah pembekuan darah.
Studi ini meneliti sekelompok 191 pasien dari mulai mereka didiagnosis positif terinfeksi virus corona itu hingga sembuh dan diizinkan pulang (137) atau sebaliknya, meninggal (54).
Usia rata-rata pasien ini adalah 56, dan 62 persen adalah laki-laki. Sekitar setengah dari mereka yang dirawat memiliki masalah medis, paling umum adalah diabetes dan tekanan darah tinggi.
Disebut Bisa Lawan Virus Corona dari Obat Medis hingga Tradisional
4. Dampak pada Wanita Hamil
Pada awal Februari, media di China melaporkan seorang bayi yang baru dilahirkan perempuan pasien Covid-19 belakangan juga positif virus itu. Si bayi diduga tertular lewat kontak dekat, tapi kekhawatiran adanya penularan secara vertikal yang terjadi saat bayi masih dalam kandungan tak terhindarkan.
Tim peneliti di Universitas Wuhan lalu menyelidikinya dengan meneliti sembilan perempuan hamil pasien Covid-19. Mereka seluruhnya melewati persalinan dengan operasi caesar dan tidak didapati bukti adanya penularan vertikal itu. Selama hamil, sistem kekebalan tubuh wanita umumnya berubah dan ini meningkatkan risiko mereka terkena komplikasi dari virus seperti flu.
Tetapi para ahli kesehatan, seperti dilansir Medical Daily dan Science Alert mengatakan virus corona baru atau Covid-19 tampaknya memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada wanita hamil dan bayi mereka. Hal ini juga diakui pejabat kesehatan di Inggris.
Faktanya, tidak ada negara yang melaporkan wanita hamil meninggal karena infeksi Covid-19. Bahkan, jika seorang wanita terkena Covid-19 selama kehamilan, penyelidikan awal menunjukkan bayinya tidak akan terinfeksi, menurut pihak Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG), Royal College of Midwives and Royal College of Paediatrics dan Child Health (RCPCH).
Bisa Tetap Menyusui
Sebuah laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, hanya 8 persen wanita hamil yang tertular Covid-19 di China mengalami gejala parah dan satu persen menderita sakit kritis. Mayoritas pasien hanya muncul dengan gejala ringan atau sedang.
Penelitian lain di China memperlihatkan, virus novel corona tidak berpindah dari ibu ke bayi saat dalam kandungan. Semua sampel cairan ketuban, darah tali pusat dan ASI dari ibu hamil dengan Covid-19 dites dan hasilnya negatif corona.
Pejabat kesehatan di Inggris mencatat tidak ada data Covid-19 bisa meningkatkan risiko keguguran. Studi yang meneliti SARS dan MERS, yang juga terkait dengan coronavirus tidak menunjukkan hubungan yang meyakinkan antara masalah kehamilan dan kedua penyakit itu.
Para wanita dapat terus menyusui dan tetap dekat dengan bayi mereka yang baru lahir di tengah pandemik Covid-19. “Berdasarkan bukti saat ini, kami tidak percaya bayi yang lahir dari wanita yang dites positif corona harus dipisahkan,” kata Russell Viner, presiden RCPCH seperti dilansir Antaranews.
Namun, para wanita hamil dengan penyakit penyerta seperti diabetes, lupus, harus berkonsultasi dengan dokter berisiko mengalami masalah kesehatan yang lebih tinggi.