Di PTN, dosen kebanyakan berusia 35-45 tahun dan di PTS mayoritas dosen berusia 25-35 tahun.
JEDA.ID–Belum menginjak usia 25 tahun menjadi dosen? Jangan salah, di Indonesia ada banyak dosen muda yang sudah merintis karier di dunia perguruan tinggi.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mencatat ada lebih dari 1.000 dosen muda yang usianya masih di bawah 25 tahun. Perinciannya ada 227 dosen berada di perguruan tinggi negeri (PTN) dan 1.158 dosen di perguruan tinggi swasta (PTS).
”Dosen muda yang berusia kurang dari atau sama dengan 25 tahun tersebar paling banyak pada program studi dengan Bidang Ilmu Teknik [395 dosen] dan Pendidikan [345 dosen],” sebut Kemenristekdikti dalam Buku Statistik Pendidikan Tinggi 2018 yang dikutip, Senin (29/7/2019).
Jumlah dosen muda di PTN ini memang tergolong kecil karena hanya sekitar 0,3% dari total dosen PTN yang mencapai 75.892 dosen. Sedangkan di PTS, jumlahnya sekitar 0,7% dari total dosen yang jumlahnya 177.140 orang.
Meski begitu, mayoritas dosen di Indonesia juga tidak terlalu tua-tua amat. Di PTN, dosen kebanyakan berusia 35-45 tahun. Di kelompok ini ada 21.299 dosen. Sedangkan di PTS, mayoritas berada di kelompok umur yang lebih muda yaitu 25-35 tahun. Ada lebih dari 61.000 dosen PTS yang usianya baru sekitar 25-35 tahun.
Khusus di PTN, persebaran dosen yang usianya di bawah 25 tahun belum merata. Masih cukup banyak PTN di Tanah Air yang belum memiliki aset anak muda sebagai dosen. Sedangkan kampus yang memiliki dosen muda terbanyak di antaranya adalah Institut Teknologi Sumatra dengan 23 dosen muda.
Kemudian ada Universitas Negeri Malang dengan 18 dosen muda dan disusul Universitas Negeri Padang dan Universitas Lampung masing-masing memiliki 14 dosen muda.
Bagaimana dengan PTN yang terkemuka? UGM Yogyakata punya 11 dosen yang usianya masih di bawah 25 tahun. ITB tercatat memiliki 8 dosen muda di kampus itu. Sedangkan Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga, dan IPB tidak memiliki dosen yang usianya di bawah 25 tahun.
Program Magang
Kemenristekdikti berupaya menggenjot dosen muda di Indonesia. Keberadaan mereka akan menjadi angin segar dalam upaya memajukan pendidikan tinggi di Indonesia. Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti berupaya meningkatkan kualitas dosen melalui Program Magang Dosen.
Program ini juga menjadi salah satu solusi mengurangi disparitas kompetensi dosen dalam menjalankan Tri Darma. Pada 2018, terdapat 164 dosen yang usianya di bawah 40 tahun selama empat bulan magang di delapan perguruan tinggi top Tanah Air, seperti di ITB, IPB, Universitas Airlangga, dan UGM.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti mengatakan program magang di bawah bimbingan dosen-dosen senior dapat memberikan pembelajaran bagi mereka. Baik dalam hal mengajar, meneliti, dan pengabdian masyarakat. Hingga manajemen kampus dan membangun relasi dan kemitraan.
”Potensi para dosen muda sungguh luar biasa. Mereka memiliki ide-ide yang kreatif. Saya ingin para dosen magang setelah kembali ke universitas asal dapat menjadi duta yang bersinar, menghasilkan prestasi dan dapat membawa dosen-dosen lainnya ikut berkembang,” ujar Ghufron sebagaimana dikutip dari laman resmi Kemenristekdikti.
Ghufron juga menyinggung mengenai dosen-dosen yang umumnya mengajar dan berkarier di almamaternya. Padahal, kampus-kampus kelas dunia, seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT) merekrut dosen hebat dari berbagai institusi di dunia.
”Kalau perguruan tinggi di Indonesia rata-rata seperti itu. Sebarannya berbeda dari negara-negara maju, seperti di Amerika Serikat. Misalnya, lulusan Unpad mengajar di Unpad, lulusan ITB mengajar di ITB. Lulusan UGM mengajar di UGM. Entah itu lulus dari S-1, S-2, atau S-3 mereka akan mengajar kembali ke situ sehingga terkadang kurang kompetitif,” imbuh mantan Dekan FK UGM itu.
Potensi jebolan Program Magang Dosen dapat menjadi pertimbangan perguruan tinggi terbaik bangsa untuk melihat kompetensi dosen dari kampus lain sehingga tidak hanya lulusannya yang direkrut menjadi dosen.