• Fri, 22 November 2024

Breaking News :

3.000 Lebih Petugas Medis di Dunia Meninggal, Mutasi Virus Corona Mengganas?

Amnesty International melaporkan bahwa lebih dari 3.000 petugas kesehatan meninggal dunia akibat virus corona. Apakah hal ini karena mutasi virus mengganas?

JEDA.ID – Amnesty International melaporkan bahwa lebih dari 3.000 petugas kesehatan atau medis meninggal dunia akibat virus corona.

Pada saat yang sama Amnesty International iuga mengangkat kembali keresahan terhadap kondisi kerja yang tidak aman, upah rendah, jam kerja panjang dan kekerasan terhadap pekerja medis di beberapa negara.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada Senin (13/7/2020), kelompok hak asasi yang berbasis di Inggris itu mengatakan Rusia memiliki jumlah tertinggi kematian petugas medis akibat Covid-19 yakni sebanyak 545 korban jiwa.

Daftar ini diikuti oleh Inggris dengan korban juwa 540 petugas medis, termasuk 262 pekerja perawatan sosial, dan Amerika Serikat 507 petugas medis. Tetapi jumlah korban secara global kemungkinan besar jauh lebih tinggi, badan tersebut menambahkan, karena minimnya laporan dari setiap negara.

“Dengan pandemi Covid-19 yang masih meningkat di seluruh dunia. Kami mendesak pemerintah untuk mulai mengambil kesehatan dan kehidupan pekerja penting dengan serius,” kata Sanhita Ambast seperti dilansir Bisnis. Dia adalah peneliti dan penasihat Amnesty International tentang hak ekonomi, sosial dan budaya, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip  Al Jazeera, Senin.

Dia juga menyuarakan kekhawatiran atas sikap beberapa pemerintah menghukum pekerja medis yang menyuarakan keprihatinan mereka tentang kondisi kerja yang dapat mengancam kehidupan mereka di tengah pandemi.

Kekurangan APD

Brasil, sebagai negara dengan jumlah kasus virus corona dan kematian tertinggi kedua setelah AS, sejauh ini melaporkan 351 kematian petugas medis, sementara Meksiko, hotspot Amerika Latin lainnya, memiliki 248 kasus kematian.

Para dokter dan perawat berada di garis depan wabah virus corona. Wabah ini telah menewaskan sedikitnya 575.525 orang dan menginfeksi lebih dari 13,2 juta di seluruh dunia hingga Selasa (14/7/2020).

Ketika pandemi terus menyebar, petugas medis sering kali mendokumentasikan di media sosial pertempuran berat yang mereka hadapi saat bekerja berjam-jam dalam kondisi yang sulit.

Pemerintah juga mendapat kecaman karena gagal menyediakan peralatan pelindung diri yang memadai seperti masker, baju pelindung, sarung tangan dan kacamata, kepada staf medis mereka.

Amnesty Internasional mengatakan ada kekurangan APD di hampir semua 63 negara yang mereka survei.

Dengan meningkatnya jumlah petugas kesehatan yang berbicara, memprotes dan melancarkan pemogokan terhadap kondisi kerja, kelompok hak asasi itu juga mengatakan ada tindakan balasan balas dendam dari pemerintah, termasuk penangkapan, penahanan, ancaman, pemecatan, dan bahkan tanggapan yang lebih ekstrem.

Antiribet, Begini Cara Bayar Pajak Motor Online atau di Indomaret

Cara Menghindari Virus

Tetesan atau droplet virus corona disebutkan dapat bertahan di udara selama lebih dari satu jam.

Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London, yang merupakan anggota Kelompok Penasihat Ilmiah Pemerintah untuk Keadaan Darurat (SAGE), telah memperingatkan virus corona dapat tetap di udara untuk waktu yang lama sebelum akhirnya mati.

Profesor Barclay mengatakan bukti penularan bisa lewat udara itu, makin meningkatkan peluang penularan lebih besar.

“Kami tahu bahwa virus yang menyebabkan COVID dapat tetap hidup, tetap menular pada tetesan yang sangat kecil ini. Sehingga meningkatkan kemungkinan dan memang kemungkinan COVID dapat ditransmisikan melalui partikel-partikel kecil yang dapat ditelusuri melalui udara,” ujarnya dalam sebuah talkshow di BBC seperti dilansir dari Express.co.uk

Studi laboratorium di mana virus telah sengaja disiarkan juga menjadi bukti virus dapat tetap di sana selama lebih dari satu jam. Pakar itu menunjukkan ada cara lain untuk menghindari virus.

“Tentu saja, ada rute lain juga, kita harus tetap mengingat bahwa jaga jarak fisik, jangan permukaan yang terkontaminasi. Jadi mencuci tangan kita masih sangat penting. Tapi pememuan baru ini adalah bahwa penularan lewat udara mungkin juga berkontribusi dalam beberapa keadaan,” katanya.

Komentar Profesor Barclay muncul setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa penularan melalui udara tidak dapat dikesampingkan.

WHO mengatakan ada “bukti yang muncul” dari transmisi udara dalam pengaturan “penuh sesak, tertutup, berventilasi buruk”. Jika bukti dikonfirmasi, itu dapat memengaruhi pedoman untuk ruangan sosial yang jauh, seperti di toko-toko, restoran, pusat kebugaran dan pub.

Langkah-langkah tambahan dapat diambil untuk meminimalkan sirkulasi udara dan menghindari kepadatan yang berlebihan.

Jadi Misteri, Tiga Wabah Aneh Ini Belum Terpecahkan

Masih Perlu Penelitian Lagi

Mutasi virus SARS-CoV-2 yang terjadi menimbulkan perdebatan tentang apakah mutasinya membuat virus itu menjadi lebih mudah menyebar atau tidak berpengaruh atau justru sebaliknya.

Para ilmuwan terus melakukan penelitian terkait untuk menemukan cara pencegahan dan pengobatan yang ideal.

Mutasi bukanlah hal baru dalam kasus pandemi Covid-19. Ini telah muncul dalam level rendah pada sampel yang diambil dari pasien sejak awal pandemi. Akan tetapi variasi virus yang dikenal sebagai D614G tampaknya muncul semakin banyak pada sampel yang diambil dari pasien baru.

Sebuah makalah yang diterbitkan pada awal bulan ini di Jurnal Cell, menyebut bahwa kenaikan variasi virus tersebut atau yang dikenal dengan sebutan “G” terjadi karena seleksi alam. Studi menunjukkan bahwa partikel virus dengan mutasi ini memiliki waktu yang lebih mudah untuk masuk ke dalam sel.

Eksperimen lain yang belum dipublikasikan hasil akhirnya juga menunjukkan hasil penelitian awal yang serupa. Namun, beberapa peneliti belum yakin apakah mutasi ini memiliki dampak nyata terhadap penularan virus corona.

Di sisi lain Nathan Grubaugh, ahli epidemiologi dari Yale School of Medicine menyatakan ada kemungkinan penyebaran varian G terjadi karena sebuah kebetulan.

“Virus itu bisa dengan mudah mengalami sesuatu yang tak biasa,” katanya seperti dikutip Live Sciene, Senin (13/7/2020).

Ditulis oleh : Anik Sulistyawati

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.