Perkembangan ekonomi melahirkan pasangan kelas menengah dan pasangan kaya.
JEDA.ID-Tingkat finansial pasangan kekasih ternyata memberikan dampak pada sikap empati, responsif hingga memiliki perasaan saling mengerti satu sama lain. Pasangan kelas menengah lebih empati dibandingkan pasangan kaya, benarkah?
Seorang psikolog dan psikoterapis asal India Dr Shwetambara Sabharwal menceritakan pengalamannya dalam menghadapi ragam pasien di berbagai kelas.
Meski tak dapat menyimpulkan secara terang, namun dia melihat adanya perbedaan sikap antara pasien dengan latar belakang kaya dengan kalangan kelas menengah. Keterangan itu didapatnya berdasarkan situasi yang dilihat atau didengar langsung.
Menurut Sabharwal, terdapat perbedaan mencolok pada pasangan atau pasangan pasien dari kelas menengah dengan yang lebih kaya. Situasi itu ditemukannya saat mereka melakukan konsultasi menghadapi masalah emosional, krisis hingga penyakit.
Angka Kematian Covid-19 RI Lebih Tinggi dari Dunia
Dia mengaku hampir tidak pernah menerima telepon pasangan kalangan kaya yang prihatin akan kesehatan mental atau emosional kekasihnya. Biasanya, penelpon dari kalangan kaya adalah mereka yang memang merasakan dampak atau mengalami kesehatan mental maupun emosional.
Dari kasus ini, kalangan dari kelas kaya percaya bahwa mereka tidak perlu terlibat dalam masalah kesehatan mental pasangannya. Bahkan muncul harapan bagi pasien kalangan kaya untuk mampu melihat diri mereka sendiri. Pasalnya, pasangan mereka terbiasa sibuk dengan aktivitas lainnya.
Sebaliknya, Sabharwal pernah menerima telepon dari seorang suami yang ingin membuat konsultasi untuk istrinya. Sebabnya orang tua sang istri telah meninggal akibat Covid-19.
Pria penelpon bahkan berbicara dengan penuh perhatian dan detail mengenai gejala, kesulitan yang dihadapi dan dengan percaya diri melaporkan riwayatnya.
Pria itu lanjut Sabharwal menggambarkan situasi yang dihadapi istrinya dengan penuh empati, penuh tangisan, hingga tidak bisa tidur. Bahkan sang suami terlihat lemah dan putus asa melihat istrinya menderita.
“Ini bukan yang pertama bagi saya tentang panggilan telepon penuh keprihatinan dari suami atau istri yang termotivasi demi kesehatan pasangan mereka, tetapi entah bagaimana kekasih mereka biasanya datang dari keluarga kelas menengah secara finansial,” cerita Sabharwal dikutip dari Indianespress.com dan ditulis Bisnis.com, Sabtu (5/12/2020).
Pasangan kelas menengah biasanya mengambil janji temu, memesan sesi lanjutan dan membayar uang di muka sehingga pasangannya tidak akan membatalkan pertemuan itu. Baik suami atau istri di kelas ini sering kali menemani pasangan mereka bahkan mencari tahu perkembangannya.
Membuat Google Form dengan Mudah? Begini Caranya
“Saya hampir tidak pernah mengalami keterlibatan ini di antaranya pasangan yang lebih kaya,” ujarnya.
Pengalaman ini didukung penelitian profesor psikologi Universitas of Waterloo Kanada, Igor Grossmann. Dari studinya disimpulkan bahwa orang-orang di kelas atas memiliki kecenderungan pada kebijaksanaan dalam interpersonal lebih rendah dibandingkan kelas menengah.
Artinya kecil kemungkinan bagi orang kaya menunjukkan fleksibilitas, empati dan semua sifat bijak dalam hubungan. Karakteristik itu malah ditemukan pada kalangan kelas menengah.
Sabharwal berharap agar tiap pasangan di semua kelas mampu merefleksikan kekuatan dan perkembangan mereka satu sama lain, bukan menyatakan bahwa yang satu lebih baik dibandingkan dengan yang lain.
“Pengetahuan dan penerimaan bersama dengan penuh tekad dapat membuat hubungan menjadi lebih baik, menginvestasikan waktu pada orang yang dicintai, dalam kesehatan maupun saat ditimpa penyakit, agar mampu mengamati diri sendiri dan orang lain. ketahuilah bahwa Anda memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga.”