Dulu, orang tua sering mendapat rengekan anak yang ingin membeli Kinder Joy, Kini, ada watch phone merek Imoo yang sedang digandrungi anak-anak.
Ada satu lagi tantangan orang tua zaman sekarang, yaitu rengekan anak yang meminta watch phone merek Imoo. Jam tangan pintar ini lagi tren karena diiklankan di televisi.
Saat bermain, anak-anak membicarakan betapa trendi jam itu, bisa dipakai berenang dan video call. Orang tua membincangkannya karena anak-anak mereka merengek meminta dibelikan. Lebih tepatnya, para orang tua mengeluhkan keinginan anak.
Saya pun mengalami hal itu. Beberapa waktu lalu, Syakira, anak saya yang baru beberapa hari lalu masuk kelas I SD, tiba-tiba bilang,”Yah, belikan Imoo ya seperti yang di iklan televisi.” Saya yang jarang-jarang menonton tayangan televisi kaget, apa itu Imoo? Sejenis mainan kayak LoL? Atau makanan kekinian? Maklum, saya tergolong generasi X, sedangkan Syakira masuk kategori generasi Alpha.
“Itu lo, jam yang bisa untuk renang dan menelepon,” ujar Syakira.
Beberapa hari kemudian saya melihat brosur jam itu di sebuah toko. Harganya bikin jantung deg-degan. Harganya Rp3 jutaan. Ada sih yang versi murah sekitar Rp900.000 namun fasilitasnya tentu jauh di bawahnya.
Saya bilang kepada Syakira bahwa itu jam mahal, tak perlu membeli semahal itu. Dari mana uang Rp3 juta untuk membelinya? Lha wong HP saya yang digunakan untuk kerja saja tak sampai segitu harganya. Layarnya sudah pecah-pecah tidak diganti demi pengiritan hehehe.
Saya yakin banyak anak yang minta dibelikan jam Imoo. Begitu produk itu muncul di tayangan televisi pas segmen film kartun, anak-anak langsung meneror orang tua, minta dibelikan.
Kasus Imoo ini hampir sama dengan pemasaran Kinder Joy, cokelat yang dibungkus wadah oval bagaikan telur. Kinder Joy banyak dipajang di meja kasir minimarket. Biasanya, anak-anak merengek minta dibelikan Kinder Joy saat orang tua membayar di kasir. Dari etalase itu, Kinder Joy seakan-akan bilang,”Belilah aku. Ayo Nak, minta kepada orang tuamu!”
Bagi orang tua yang selalu berpikir bagaimana memanfaatkan uang yang ada untuk kebutuhan yang banyak (kok teoritis banget ya? Bilang saja dompetnya tipis), eman-eman beli cokelat “sak upil” dan mainan kecil seharga Rp12.700-an.
Akhirnya banyak orang tua mempersoalkan Kinder Joy. Di media sosial, para orang tua mengeluh sering tak kuasa menghadapi rengekan bahkan tangisan anak di depan mbak-mbak kasir. Bahkan ada anak sampai ndlosor guling-guling di lantai minimarket jika tak dipenuhi. Jadi malu sama mbak kasir jika tak memenuhi keinginan anak. Terpaksalah membeli Kinder Joy yang duitnya bisa dipakai membeli 4 bungkus mi instan.
Gara-gara itu, Kinder Joy sempat menjadi common enemy atau musuh bersama para orang tua. Ada juga yang membuat petisi online agar barang itu dijauhkan dari meja kasir. Wah, makanan anak-anak ternyata bisa menimbulkan dampak yang besar yaa.
Tips Ngeles
Kini, musuh bersama para orang tua bertambah lagi dengan iklan Imoo yang masif menyasar anak-anak. Produsen Imoo pasti tahu psikologis orang tua yang kadang tak tahan melihat anak merengek-rengek. Namun, jangan khawatir, bagi Anda mahmud (mamah muda) dan pahmud (papah muda) yang memiliki anak kecil, ada beberapa tips ngeles agar anak urung meminta jam mahal itu.
Pertama, pakai Alasan standar, yaitu pertimbangan ekonomi. Jika anak meminta jam Imoo, jawaban standarnya adalah “Nak, ayah tak punya uang untuk membeli jam seharga Rp3 juta.”
Kalau anak tetap ngotot minta dibelikan, bilang saja bagaimana cara membayar jam seharga Rp3 juta? Uang siapa? Uangnya pakai daun jati? Pasti anak bersedih jika orang tua memberi jawaban seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi.
Kedua, bisa juga pakai alasan yang berbau nasionalis. Bilang saja kepada anak “Itu jam impor, beli saja yang diproduksi dalam negeri”. Tapi, apakah anak SD sudah bisa diajak bicara soal gerakan cintailah ploduk-ploduk, eh produk-produk Indonesia? Tentu sangat sulit bicara defisitnya neraca perdagangan RI dan Tiongkok, negara yang memproduksi Imoo. Apalagi jika obrolan dibungkus dengan isu perang dagang.
Ketiga, orang tua bisa juga menggunakan alasan agama untuk ngeles. Misalnya, “Nak, mubazir membeli jam mahal begitu.” Lebih baik dipakai beli mi instan yang murah meriah, bisa dimakan satu rumah dalam beberapa bulan.
Tentu masih banyak alasan yang bisa dipilih agar anak melupakan jam itu. Tergantung kreativitas dan kehebatan ortu untuk merayu anak heheheh.
Larangan di Sekolah
Pekan lalu, saya menghadiri rapat orang tua murid kelas I di SD tempat Syakira bersekolah. Dalam pertemuan itu, guru menyampaikan budaya sekolah hingga perkembangan anak-anak setelah satu pekan berorientasi dengan lingkungan sekolah. Salah satu guru meminta agar anak tak mengenakan arloji yang bisa untuk menelepon atau video call di sekolah.
Ibu guru wali kelas I itu perlu menyampaikan larangan itu karena sekarang lagi tren anak memakai watch phone. Langsung sejumlah orang tua menyahut,” Wah itu Imoo.”
Saya bersyukur ada larangan bagi siswa mengenakan jam yang bisa untuk menelepon. Kalau tak ada larangan, Syakira akan “meneror” lagi karena teman-temannya memakai jam itu. Wah, betapa berat menjadi orang tua zaman sekarang menghadapi tuntutan anak.
Bagi orang tua kaya, tentu tak susah membelikan jam seharga Rp3 juta. Bagi yang berdompet tipis, ah betapa tidak enaknya menghadapi rengekan dan tangisan anak yang ingin tampil trendi dengan jam Imoo.
Bagaimana jika orang tua yang berinisiatif membelikan jam seperti itu? Tak ada larangan sih. Orang tua bisa memantau keberadaan anak. Apalagi smart watch dilengkapi GPS dan kamera untuk memantau lokasi anak berada.
Bisa jadi, ortu seperti pasangan artis Christian Sugiono dan Titi Kamal membutuhkan jam Imoo. Keduanya malah diangkat oleh produsen Imoo menjadi CEO . Bukan chief operation officer atau bos tetapi chief experience officer. Keduanya menjadi orang yang bisa bercerita pengalaman menggunakan Imoo Watch Phone untuk anak mereka yang masih berusia 5 tahun.
Saya yakin ada orang tua yang “terpaksa” atau sukarela membeli Imoo untuk anak tercinta. Alasan ekonomi, nasionalis, dan agama tadi tak berlaku bagi keluarga yang mudah mengeluarkan isi dompet begitu anak merengek minta jam mahal. Semuanya tergantung orang tua.
Ada juga sih yang menyiasati dengan membeli watch phone versi murah. Seperti yang dilakukan teman saya, Ari, yang anaknya yang kelas II SD merengek meminta dibelikan Imoo. Dengan alasan mahal, Mufid membelikan jam senenis yang murah Rp160.000. Fasilitasnya tentu tidak selengkap Imoo. Yang penting bisa untuk menelepon, WA-nan, dan water resistence. Si anak tidak tahu siasat orang tuanya.
Sampai sekarang, saya cukup kuat menghadapi rengekan anak yang meminta Imoo. Bagaimana dengan Anda?