Publik ingin TVRI membuat program acara yang menarik bagi anak muda sekaligus meningkatkan kualitas gambarnya.
JEDA.ID–Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI mengumumkan menjadi stasiun televisi di Indonesia yang menyiarkan Liga Inggris 2019/2020. TVRI dalam beberapa waktu terakhir membuat gebrakan mulai ganti logo dan kini siarkan Liga Inggris. Program acara TVRI pun kian beragam dengan menyasar milenial.
“Liga Inggeris di TVRI! Banyak yg tak percaya tapi nyata. Mulai 10 Agustus. Pastikan antena anda ke TVRI analog dan digital!,” cuit Direktur Utama TVRI Helmy Yahya dalam akun Twitternya @helmyyahya, Jumat (21/6/2019).
Musim lalu, TVRI belum menayangkan siaran langsung Liga Inggris atau EPL, kompetisi kasta pertama di Inggris. Tahun lalu, TVRI menayangkan pertandingan English Football League (EFL), kompetisi kasta kedua di Inggris.
Selain itu, TVRI juga menyiarkan sejumlah pertandingan bulu tangkis pada 2019. Tahun ini, TVRI akan menyiarkan 10 turnamen bulu tangkis dunia. Hal ini tidak lepas dari banyaknya peminat olahraga bulu tangkis di Indonesia.
Langkah TVRI yang gencar menyiarkan acara olahraga itu tidak lepas dari minat publik dengan acara olahraga. Merujuk Survei Indeks Kualitas Program dan Berita TVRI 2018 yang dilakukan Puslitbang TVRI, disebutkan 19% responden menyebut olahraga sebagai acara TV favorit.
Meski tidak terlalu tinggi, acara olahraga dibanyak disukai generasi muda di bawah 25 tahun. Ini menunjukkan TVRI mengincar penonton TV dari kalangan muda.
“Program sepak bola, Liga Italia juga kami hadirkan. Dan akan berlanjut untuk Liga Utama, ada sitkom juga, drama yang kami tayangkan 6 April berjudul Keluarga Medsos. Kami juga buat film berjudul Losmen,” kata Helmy sebagaimana dikutip dari Suara.com.
Responden yang menyukai acara olahraga bila dilihat dari usia, 35% di bawah 25 tahun, 26% usia 31-35 tahun, 21% usai 26-30 tahun, dan 18% usia di atas 36 tahun.
“Acara olahraga dan musik merupakan acara yang sangat menonjolkan aspek kepemudaan sehingga temuan ini tidak terlalu mengherankan,” sebagaimana tertulis dalam hasil survei yang dikutip jeda.id dari laman tvri.go.id.
Penerimaan Tinggi
Acara olahraga di TV juga memiliki penerimaan yang tinggi di publik. Acara olahraga memiliki penerimaan hingga 59% atau di urutan keempat di bawah acara berita, program anak, dan film.
Dalam survei itu juga disebutkan responden ingin TVRI membuat acara yang menarik bagi anak muda sekaligus meningkatkan kualitas gambarnya. Selain itu, beberapa responden juga meminta TVRI meremajakan sumber daya, bahkan melakukan rebranding apabila memungkinkan
Upaya rebranding dilakukan TVRI pada 29 Maret 2019 dengan mengganti logo mereka. TVRI yang selama ini dianggap oldies berganti rupa dengan munculnya logo baru itu. Sejak berdiri 57 tahun lalu, TVRI sudah delapan kali mengganti logo mereka.
“Logo memang harus diakui menjadi bagian yang paling banyak dibicarakan dalam proses rebranding LPP TVRI. LPP TVRI tidak lagi mengganti logo dengan pola sayembara atau dibuat internal secara interanal. Karena brand memang bukan sakadar logo, brand itu juga soal corporate image yang akhirnya sampai budaya organisasi [corporate culture],” sebagaimana dikutip dari laman tvri.go.id.
TVRI memiliki masa keemasan sejak berdiri pada 24 Agustus 1962 hingga di pengujung Orde Baru. Di bawah payung kebijakan penyiaran monopolistik selama Orde Baru, program berita dikemas dengan format “menurut petunjuk Bapak Presiden.”
Kala itu, TVRI menjadi media tunggal penyiaran televisi pemerintah yang beroperasi ke seluruh Indonesia. “Sejak berstatus Yayasan TVRI hingga sebagai Unit Pelaksana Teknis Penyiaran Televisi di bawah Departemen Penerangan, diterapkan kebijakan diseminasi informasi model top down,” seperti disebutkan dalam Sejarah TVRI di laman TVRI.
Status Mengambang
Setelah Orde Baru lewat, TVRI memiliki tantangan berat. Dilikuidasinya Departemen Penerangan membuat status TVRI mengambang. Sebab, pada 1976, TVRI merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Departemen Penerangan.
Pada 2000, status TVRI berubah menjadi Perjan (Perusahaan Jawatan) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan Televisi Republik Indonesia.
Hanya sekitar dua tahun, status TVRI berubah lagi menjadi perseroan terbatas. Terakhir pada 2005, TVRI menjadi LPP bersama RRI. Selain terombang-ambing perubahan status, TVRI juga menghadapi tantangan zaman seperti menjamurnya televisi hingga perubahan arus informasi.
Dalam Survei Indeks Kualitas Program dan Berita TVRI 2018 disebutkan TVRI berada di urutan ke sembilan mengenai stasiun televisi yang ditonton dalam sebulan terakhir. Meski begitu, peringkat TVRI melonjak bila responden ditanya mengenai stasiun televisi favorit. TVRI berada di urutan keempat di bawah Net TV, Trans 7, dan Trans TV. Tingkat penerimaan publik terhadap TVRI juga tinggi yaitu hingga 60% atau di urutan kedua di bawah Net TV.
Meski begitu, TVRI memiliki tantangan besar karena kebanyakan responden hanya memutar TVRI untuk menonton satu acara spesifik. Mayoritas responden juga menonton TVRI tidak lebih dari dua jam.
Bila melihat survei itu, sentimen positif yang paling banyak terasosiasikan dengan TVRI adalah mendidik, mengangkat kebudayaan, dan terpercaya. Namun tidak sedikit pula sentimen negatif terhadap TVRI. TV ini terasosiasikan sebagai stasiun televisi jadul, kuno, dan monoton. Pergantian logo hingga mengubah program TV menjadi upaya untuk menepis sentimen negatif itu.
“Sekarang kita kejar TV swasta. Banyak hal yang lagi kami kerjakan. Semoga didukung masyarakat, pemerintah, dan parlemen untuk apa yang kita mimpikan dan yang kita lakukan,” ujar Helmy.