Banyak misteri di dunia termasuk yang terus diungkap dan digali, salah satunya tentang Sundaland yang disebut sebagai benua yang tenggelam di Indonesia.
JEDA.ID — Banyak misteri di dunia termasuk yang terus diungkap dan digali, salah satunya tentang Sundaland yang disebut sebagai benua yang tenggelam di Indonesia.
Dilansir dari detikcom, seorang ahli Paleontologi ITB, Profesor Yahdi Zaim mengungkap betapa Zaman Es mengubah total kehidupan di masa lalu.
“Zaman Es itu dari 300-500 juta tahun lalu dengan puncaknya 250 juta tahun lalu. Suhu Bumi kita dalam kondisi yang sangat turun. Daratan es di kutub bertambah dan laut kita berkurang volumenya,” kata Yahdi, Sabtu (15/7/2020).
Zaman Es ini pelan-pelan berakhir dalam periode yang disebut Last Glacial Period pada 18.000 tahun lalu. Indonesia pun dahulu kala mengalami Zaman Es, loh. Lalu, apa yang terjadi di Indonesia saat itu?Permukaan laut turun 120 meter dari posisi sekarang. Laut Jawa cuma 90-100 meter, akibatnya Laut Jawa menjadi daratan,” tambah Yahdi.
Jangan Makan Makanan yang Dihinggapi Lalat karena Inilah yang Terjadi
Rekonstruksi Oppeheimer
Menurut rekonstruksi Oppeheimer, kepulauan Indonesia bagian barat masih bergabung dengan benua Asia menjadi dataran luas yang dikenal sebagai Sundaland. Namun, ketika bumi memanas, timbunan es yang ada di kutub meleleh dan mengakibatkan banjir besar yang melanda dataran rendah di berbagai penjuru dunia.
Oppenheimer merupakan guru besar di Oxford University, Inggris. Seperti dilansir lipi.go.id dia meneliti struktur DNA manusia selama puluhan tahun, dimulai dari DNA manusia modern yang punah ribuan tahun lalu hingga DNA manusia penghuni bumi saat ini.
Metode penelitian yang digunakan pria yang juga memiliki gelar medis ini merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu, yakni ilmu kedokteran, geologi, linguistik, antropologi, arkeologi, linguistik, dan folklore. Hasil penelitiannya dibukukan dalam Eden in the East.
Tesis utama yang dia sampaikan dalam buku tersebut adalah orang Polinesia (penduduk Benua Amerika) bukan berasal dari China seperti yang selama ini diketahui orang. Mereka justru berasal dari orang-orang yang datang dari dataran yang hilang di pulau-pulau Asia Tenggara. Penyebaran kebudayaan dan peradaban tersebut disebabkan “banjir besar ” yang melanda permukaan bumi pada 30.000 tahun yang lalu.
Oppenheimer Theory dengan tegas menyatakan nenek moyang induk peradaban manusia modern (Mesir, Mediterania, dan Mesopotamia) berasal dari tanah Melayu yang sering disebut Sunda Land (Indonesia).
Pengetahuan Astronomi
Misteri benua yang tenggelam pun terungkap sudah dan diakui secara ilmiah. Berkembangnya budaya manusia, pola berpindah, berburu dan meramu (hasil) hutan lambat laun berubah menjadi penetap, beternak dan berladang serta menyimpan dan bertukar hasil dengan kelompok lain.
Kemampuan berlayar dan menguasai navigasi samudera yang sudah lebih baik, memungkinkan beberapa suku bangsa Indonesia mampu menyeberangi Samudra Hindia ke Afrika dengan memanfaatkan pengetahuan cuaca dan astronomi. Dengan kondisi tersebut tidak berlebihan Oppenheimer beranggapan bahwa Taman Eden berada di wilayah Sundaland.
Taman Eden hancur akibat air bah yang memporak-porandakan dan mengubur sebagian besar hutan-hutan maupun taman-taman sebelumnya. Bahkan sebagian besar dari permukaan bumi ini telah tenggelam dan berada di bawah permukaan laut. Jadi, pendapat Oppenheimer memiliki kemiripan dengan akhir Zaman Es yang menenggelamkan sebagian daratan Sundaland.
Orang Tua Perlu Tahu, Ini Cara Menghindari Berita Hoaks
Dukungan Arkeolog
Tidak hanya Laut Jawa, tapi juga Selat Malaka dan Laut Natuna. Indonesia pada saat itu berubah menjadi sebuah benua besar. Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia bersatu.
Kontroversi tersebut seolah dikuatkan oleh pendapat Arysio Santos, Porofesor asal Brasil yang menegaskan bahwa Atlantis yang hilang sebagaimana cerita Plato itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia.
Argumen Santos mendapat dukungan dari banyak arkeolog Amerika Serikat, bahkan mereka meyakini bahwa benua Atlantis adalah sebuah pulau besar bernama Sundaland, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.
Wilayah Sundaland (Indonesia bagian Barat dalam buku Santos (2005) menurut Plato, Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus dan mencairnya Lapisan Es yang pada masa itu sebagian besar benua masih diliputi oleh Lapisan-lapisan Es. Maka sebagian benua tersebut tenggelam.
Kemudian, muncul satu benua di Indonesia Timur. Laut Arafura juga menjadi daratan sehingga Papua dan Australia bersatu. Laut dalam di Indonesia tengah tetap memisahkan Sulawesi, Flores dan Maluku dari dua benua di kanan dan kirinya.