Berkembangnya teknologi membuat kita kadang kewalahan dalam memfilter segala sesuatu yang tersebar di media, terutama berita hoaks.
JEDA.ID — Berkembangnya teknologi membuat kita kadang kewalahan dalam memfilter segala sesuatu yang tersebar di media, terutama berita hoaks.
Apalagi, di zaman yang serba modern ini tidak hanya anak muda yang bermain gadget, tapi juga orang tua. Sayangnya, karena literasi digital yang kurang, para orang tua terutama mereka yang sudah lanjut usia kadang mudah percaya dengan berita palsu atau hoaks. Tak jarang mereka menjadi sasaran phising.
Nah sebagai generasi muda yang baik, tentunya laian bisa membagikan tips-tips berikut ini supaya para orang tua kita yang mungkin kurang memahami literasi digital ini terhindar dari berita hoaks atau kerentanan pencurian data pribadi.
Melansir dari lama inet.detik.com, Karissa Sjawaldy Public Policy mengatakan platform Facebook memang senantiasa memastikan keamanan para penggunanya. Namun perlu dicatat, kontrol keamanan kembali lagi dipegang oleh penggunanya sendiri.
Lalu, bagaimana cara mengenali dan menghindari berita hoaks?
Nah, ini dia cara untuk mengenali dan menghindari berita hoaks yang dirangkum Jeda.id dari beberapa sumber.
Jangan Bingung! Ini Cara Menghadapi Anak Pemalu yang Jago Kandang
1. Cermati alamat situs judul dan situsnya
“Kita harus teliti judul atau situs webnya, ada yang nggak nyambung nggak? Misalnya situsnya nggak kredibel, jangan sampai membagikan informasi palsu atau membahayakan. Ada juga berita kemarin bawang putih direndam di alkohol bisa menghilangkan Covid-19, itu kan berbahaya, kita harus berhati-hati,” ucap Karissa dalam konferensi pers melansir dari laman inet.detik.com.
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.
Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
2. Cek fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subjektif.
3. Hati-hati jebakan phising
Selain itu, ia juga membahas mengenai phising (penipuan) yang dilakukan dengan meminta pengguna mengklik link di suatu unggahan yang nampak mencurigakan.
“Kalau misalnya kita menerima pesan singkat, dan meminta kamu ngeklik link di body postingannya, misalnya ‘ayo klik link ini jika kamu suka anjing’, nah itu jatuhnya bisa salah satu bentuk phising,” katanya.
4. Belajar pakai autentikasi dua faktor
Hal yang paling penting, kalian juga bisa membantu orangtua kalian untuk mengaktifkan autentikasi dua faktor untuk mencegah orang lain dapat login dari tempat lain.
5. Jangan asal membuat password
Naufal Faridurrazak, kreator Anima Si Nopal juga memberikan sarannya. Naufal yang bekerjasama dengan Facebook untuk edukasi seputar nyaman bermedsos ini mengatakan password merupakan salah satu kunci keamanan akun miliknya.
“Fitur-fiturnya Facebook untuk kita memang semakin aman, tapi aku juga buat kata sandi yang rumit. Aku kombinasi huruf dan angka, dan cuma aku doang yang tahu. Aku aktifkan autentikasi dua faktor,” tutur Naufal.
6. Saling bantu saring berita
Selain itu, orang tua acap kali merasa takut dengan berita yang beredar di media sosial. Naufal menambahkan bahwa kita bisa membantu orangtua untuk memilah berita mana yang valid atau tidak dan mengomparasi dengan berita yang kredibel.
Sering Mabuk Darat? 7 Makanan Ini Mampu Mencegahnya
7. melaporkan berita atau informasi hoaks
Apabila menjumpai informasi hoaks pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media.
Seperti dilansir kominfo.go.id, untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.
Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.
Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita hoax.