Tanggal 27 Desember 11 tahun silam, jalur Gaza memanas usai Israel melakukan agresi militer 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009
JEDA.ID – Tanggal 27 Desember 11 tahun silam, jalur Gaza memanas. Israel melakukan agresi militer 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009 setelah melakukan setelah gencatan senjata selama 6 bulan dengan kelompok militan Hamas. Konflik ini menjadi rangkaian dari upaya aneksasi Israel terhadap Palestina.
Israel melancarkan serangan udara yang dikenal dengan istilah Operation Cast Lead terhadap jalur Gaza sebagai balasan atas serangan roket dari Gaza dan Hamas.
Dalam perang ini faksi yang bergabung yakni Hamas, Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina dan Jihad Islam Palestina. Ada pula Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina yang menyatakan bertanggung jawab terhadap roket yang dilepaskan dari Liba.
Propaganda Politik
Partai-partai berkuasa di Israel menjadikan perang sebagai propaganda menjelang pemilu parlemen Israel pada 10 Februari 2009. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Haaretz menunjukkan masyarakat Israel berada di belakang operasi itu.
Di samping 52 persen yang mendukung serangan udara, ada 19 persen yang mengharapkan serangan darat. Dari semua ini, ada 25 persen yang menganjurkan gencatan senjata secepatnya.
Perkembangan ini menyelamatkan popularitas koalisi Partai Kadima (Menteri Luar Negeri Tzipi Livni) dan Partai Buruh (Menteri Pertahanan Ehud Barak). Kedua partai ini popularitasnya sempat melorot ketika menghadapi Benjamin Netanyahu yang ultranasionalis.
Dalam perang kali ini faksi yang bergabung adalah Hamas, Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina dan Jihad Islam Palestina serta Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina menyatakan yang bertanggung jawab. Mereka melepaskan tiga atau lima roket yang dilepaskan dari Lebanon menghantam tiga lokasi berbeda di wilayah Galilea Israel utara. Tembakan roket dari luar Palestina itu mencederai dua orang.
Israel membalas dengan menembakkan 6 mortir ke arah Lebanon. Belum diketahui apakah terdapat korban jiwa dari serangan balasan Israel tersebut. Tapi Pemerintahan Hamas berjanji akan memberikan uang pengganti kepada para korban serta berdampak traumatik pada masyarakat sipil.
Pada 17 Januari 2009, Israel secara sepihak menyatakan gencatan senjata dalam konflik tersebut. Dua hari kemudian Hamas turut menyatakan gencatan senjata setelah Israel mengumumkan akan menarik pasukannya dari Jalur Gaza dalam waktu 1 minggu.
Menurut laporan kantor berita al-Quds, hari-hari agresi brutal militer Israel selama Perang 22 Hari menyisakan kenangan pahit bagi warga Gaza. Dua tahun sebelumnya, kira-kira pukul 11:30 waktu setempat, 27 Desember 2008, lebih dari 80 jet tempur Zionis Israel menyerang kantong-kantong konsentrasi warga Gaza mulai dari utara hingga selatan Jalur Gaza.
Konflik di tahun-tahun tersebut hanya rangkaian dari aneksasi yang dilakukan Israel sejak berpuluh tahun silam. Setelah Israel menaklukkan Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur pada perang Juni 1967, pemerintah Israel mulai membangun permukiman. Awalnya berjumlah sedikit, permukiman itu dengan cepat semakin meluas di wilayah Palestina yang diduduki.
Aneksasi Israel
Pada November 2019, sekitar 620.000 pemukim Israel tinggal di lebih dari 200 permukiman, atau sekitar 11 persen dari total populasi Yahudi di tanah Palestina. Dilansir Alaraby, Kamis (28/11/2019), dijelaskan mengenai sejarah dari penjajahan Israel ke Palestina yang masih berlangsung sampai saat ini.
Beberapa bulan setelah perang Juni 1967, permukiman Israel pertama, Kfar Etzion, dibangun di Tepi Barat. Permukiman awalnya dibangun di wilayah strategis utama atas dalih militer tapi berpenduduk jarang.
Orang-orang Yahudi yang dulu menduduki permukiman itu meyakini Tanah Israel sebagai tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Ini sebagai pembenar misi mereka untuk menjajah Palestina.
Pada 1968, penghasut sayap kanan Israel, Rabbi Moshe Levinger menyelundup ke Hebron dengan para pengikutnya dari Gerakan Tanah Israel untuk merayakan Paskah dan menolak untuk kembali dari sana.
Dipindahkan oleh pasukan Israel ke dekat pangkalan militer, pemerintah akhirnya mengizinkan pembangunan permukiman Kiryat Arba di pinggiran kota Hebron.
Di tahun yang sama, Dewan Keamanan PBB mengumpulkan 13 suara dan 2 abstain untuk mengadopsi Resolusi 252 “menegaskan kembali bahwa pencaplokan wilayah oleh penaklukan militer tidak dapat diterima”.
Selama periode yang sama, gerakan Gush Emunim mulai dikenal setelah perang Arab-Israel tahun 1973, mengorganisir unjuk rasa, pawai dan aksi mendukung pembangunan permukiman. Gerakan ini memenangkan pencapaian penting pada 1975 ketika pemerintah mengizinkan Eilon Moreh dibangun dekat Nablus.
Tahun 1977, Perdana Menteri Yitzhak Rabin menyetujui pembangunan permukiman Maale Adumim, yang akhirnya menjadi pusat industri utama dengan lebih dari 30.000 orang.
Permukiman itu, yang menjadi kota pada 1991, merupakan bagian dari kebijakan utama Israel untuk memisahkan Yerusalem dari Tepi Barat, dan mencegah kota yang diperebutkan itu terpecah. Pada 1978, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Jimmy Carter menganggap bahwa permukiman Israel “tidak konsisten dengan hukum internasional”.
Heboh Palestina Hilang Lagi di Google Maps, Begini Penjelasannnya
Kesepakatan Oslo
Pada saat Kesepakatan Oslo ditandatangani tahun 1993, populasi pemukim Israel sebanyak 116.300. Permukiman meluas melingkupi wilayah-wilayah utama seperti Lembah Jordan, yang membentuk sepertiga Tepi Barat dan merupakan wilayah pertanian dan keamanan yang vital.
Meskipun disuarakan oleh para negosiator Palestina pada Konferensi Perdamaian Madrid 1991, masalah permukiman – bersama dengan Yerusalem dan para pengungsi – dikesampingkan dalam Kesepakatan Oslo untuk perundingan di masa depan.
Aktivitas permukiman Israel hampir berlipat ganda di tahun-tahun mendatang, dengan populasi pemukim berjumlah 198.300 pada tahun 2000.
Tembok pemisah
Tahun 2002, Israel mulai membangun tembok pemisah yang kontroversial. Dengan panjang 670 kilometer, 85 persen rutenya berada di dalam Tepi Barat dan mengelilingi blok permukiman utama Israel.
Penarikan Gaza
Tahun 2005, PM Israel garis keras, Ariel Sharon, penggagas gerakan pemukim, secara sepihak menarik 8.500 pemukim dari Jalur Gaza. Sejak 1967, Israel telah membangun lebih dari 21 permukiman Yahudi di wilayah pesisir. Lebih dari setengah warga Israel menentang evakuasi.
Obama dan permukiman
Presiden AS Barack Obama beberapa tahun lalu mengatakan akan menolak memveto resolusi yang menuntut penghentian semua permukiman Israel, yang diadopsi Dewan Keamanan PBB. Jumlah permukiman Israel tumbuh pesat di bawah Obama.
Kota-Kota di Dunia dengan Biaya Hidup Termahal & Termurah
Kebijakan pro-Israel Donald Trump
Donald Trump mulai berkuasa pada 2017, dan segera mengeluarkan kebijakan lama Amerika tentang solusi dua negara. Dia menunjuk David Friedman sebagai duta besar AS untuk Israel. Friedman dikenal sebagai penyokong pembangunan permukiman Israel.
Israel menyetujui permukiman baru pertama di Tepi Barat yang diduduki selama dua dekade pada 2017 di dekat kota Nablus, Palestina. Kemudian tahun 2017, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, menolak klaim Palestina atas kota tersebut.
Sekarang ada lebih dari 200.000 pemukim Israel di Yerusalem Timur. Israel meluncurkan proyek pembangunan pemukiman terbesar dalam beberapa tahun terakhir, membangun ribuan rumah.
Pada bulan Maret 2019, Trump secara resmi mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan yang diduduki, disita dari Suriah pada tahun 1967.
AS sebut permukiman Israel “tidak ilegal”
Pada 18 November, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menolak pendapat hukum Departemen Luar Negeri 1978 yang menyatakan bahwa pemukiman sipil di wilayah yang diduduki “tidak konsisten dengan hukum internasional,” yang terbaru dalam serangkaian langkah administrasi Trump yang melemahkan klaim atas negara Palestina.
Kumpulan Hoax Tokoh Dunia yang Dikabarkan Masuk Islam