Aplikasi-aplikasi fintech menjadi yang paling moncer 2019 sedangkan sejumlah platform media sosial harus menutup layanan.
JEDA.ID – Google telah melakukan upaya efisiensi tahun ini dengan memangkas sejumlah aplikasi digital sepeti Google+ dan Inbox. Sementara media sosial sedang mengalami perlambatan pertumbuhan 2019, masyarakat teknologi kini banyak yang memakai gadget untuk mengakses aplikasi fintech.
Tahun 2019 menjadi momentum yang tak begitu istimewa untuk jejaring sosial. Pertumbuhan pengguna media sosial tak begitu menggembirakan, sementara pengguna Internet yang semakin meluas punya banyak opsi mencari hiburan lewat gadget mereka.
Di Indonesia, salah satu jenis aplikasi yang sedang berkembang pesat adalah Financial Technology (Fintech). Mengutip Bisnis.com, 4 September 2019, Industri financial technology (fintech) berkembang di Indonesia, baik dari fintech payment maupun lending. Hal ini tercermin dari penyaluran pinjaman fintech lending tembus Rp33,2 triliun per Mei 2019, sementara transaksi fintech payment Rp47,1 triliun di 2018.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklasifikasikan fintech di Indonesia ke dalam dua kategori. Fintech 2.0 untuk layanan keuangan digital yang dioperasikan lembaga keuangan seperti Mandiri Online besutan Bank Mandiri. Fintech 3.0 untuk startup teknologi yang punya produk dan jasa inovasi keuangan.
Badan internasional pemantau dan pemberi rekomendasi kebijakan mengenai sistem keuangan global, Financial Stability Board (FSB) membagi fintech dalam empat kategori berdasarkan jenis inovasi.
Pertama, payment, clearing dan settlement. Ini adalah fintech yang memberikan layanan sistem pembayaran baik yang diselenggarakan oleh industri perbankan maupun yang dilakukan Bank Indonesia.
Kedua, e-aggregator. Fintech ini menggumpulkan dan mengolah data yang bisa dimanfaatkan konsumen untuk membantu pengambilan keputusan. Startup ini memberikan perbandingan produk mulai dari harga, fitur hingga manfaat. Contohnya, Cekaja, Cermati, KreditGogo dan Tunaiku.
Ketiga, manajemen resiko dan investasi. Fintech ini memberikan layanan seperti robo advisor (perangkat lunak yang memberikan layanan perencanaan keuangan dan platform e-trading dan e-insurance. Contohnya, Bareksa, Cekpremi dan Rajapremi.
Keempat, peer to peer lending (P2P). Fintech ini mempertemukan antara pemberi pinjaman (investor) dengan para pencari pinjaman dalam satu platform. Nantinya para investor akan mendapatkan bunga dari dana yang dipinjamkan. Contohnya, Modalku, Investree, Amartha dan KoinWorks.
Jerat Pinjaman Online Abal-Abal: Trik Hadapi Ancaman Debt Collector
e-Wallet
Jenis aplikasi e-Wallet juga mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Sederhananya, e-wallet atau dompet digital adalah cara pembayaran praktis yang menggunakan Quick Response Code (QR Code) dalam proses pembayarannya.
Sebagian besar konsumen di perkotaan kini terbiasa menggunakan dompet digital. Kebiasaan bertransaksi secara cashless alias non tunai ini juga mulai ditularkan ke konsumen di pedesaan dan usaha skala kecil dan menengah.
Tak heran, hal ini ikut mendorong pertumbuhan layanan mobile payment. Mengutip riset terbaru iPrice, layanan mobile payment semakin populer seiring meningkatnya pemakaian smartphone hingga 70% dalam lima tahun terakhir di Indonesia. Terlebih, semakin banyak pilihan aplikasi e-wallet atau dompet digital tanpa kartu untuk bertransaksi.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, sudah ada 38 layanan e-wallet yang mendapatkan lisensi resmi. Pada 2018, transaksi e-wallet di Indonesia mencapai angka US$1,5 miliar dan diprediksi akan meningkat menjadi US$25 miliar pada 2023.
Banyaknya pemain lokal di industri fintech Indonesia menjadikan aplikasi e-wallet lokal masih menjadi primadona untuk solusi cashless di Indonesia.
Berdasarkan data Q2 2019 dari App Annie, 5 besar aplikasi e-wallet dengan pengguna aktif bulanan terbanyak masih diduduki oleh pemain lokal yaitu GoPay, Ovo, Dana, LinkAja dan Jenius.
Sama halnya dengan jumlah download aplikasi, e-wallet lokal berhasil menduduki peringkat 5 teratas dengan GoPay di urutan pertama, Ovo di posisi kedua, diikuti Dana di peringkat ketiga, LinkAja peringkat keempat dan iSaku urutan kelima.
Pembayaran ecommerce, transportasi umum dan retail fisik adalah tiga layanan utama yang dimiliki hampir semua aplikasi e-wallet.
Tim riset iPrice mengumpulkan data mengenai jenis servis yang diberikan dari 38 aplikasi e-wallet dan e-money yang tersedia di Indonesia. Analisis membuktikan, pembayaran retail offline merupakan layanan yang paling banyak diberikan oleh aplikasi e-wallet di Indonesia.
Tips Aman Ajukan Pinjaman Online Versi OJK
Aplikasi yang Redup
Berbeda nasib, Google telah menutup sejumlah layanan aplikasi lantaran banyak ditinggalkan pengguna. Google menutup aplikasi Inbox pada 2 April 2019. Diwartakan Engadget, Google telah memberi tahu pengguna bahwa Inbox akan ditutup dalam 15 hari sejak 18 Maret. Pengguna diberi tahu adanya penutupan tersebut melalui tampilan pop up ketika pengguna membuka aplikasi.
Tidak hanya aplikasi Inbox, Google+ menjadi layanan Google yang dihentikan pada 2 April 2019. Google membenarkan tentang penutupan Google+, sejumlah fitur di layanan tersebut tidak lagi dapat digunakan mulai 4 Februari.
Nasib serupa dialami Blackberry. Blackberry akhirnya mematikan layanan pesan instan BlackBerry Messenger atau BBM pada 31 Mei 2019. Seperti diketahui, BBM merupakan salah satu platform layanan pesan yang pernah bersaing dengan Whatsapp. Aplikasi BBM awalnya eksklusif hanya dapat dipakai di perangkat Blackberry.
Selain Blackberry, perusahaan besar lain yang mengumumkan penutupan aplikasi adalah Apple. Perusahaan yang berbasis di Cuppertino itu telah mengumumkan pada Worldwide Developers Conference (WWDC) 2019 bahwa perusahaan akan mematikan iTunes untuk Mac.
Pertama kali diluncurkan pada 2001, Apple mencatat akan mengganti perangkat lunak dengan tiga aplikasi baru yang terpisah yakni Apple Music, Apple TV dan Apple Podcasts.
Jerat Pinjol: Pinjam Rp5 Juta, Bayar Rp75 Juta