Pamadaman listrik massal atau blackout ypada Minggu (4/8/2019) membuat PLN menjadi sorotan. Blackout juga pernah terjadi di sejumlah negara.
JEDA.ID -Mati lampu massal atau blackout yang pada Minggu (4/8/2019) membuat PLN menjadi sorotan. Kondisi mati lampu juga diperparah putusnya jaringan komunikasi. Insiden listrik mati yang terjadi pada Minggu juga menimbulkan duka yang mendalam bagi satu keluarga di Jalan K, Teluk Gong, Penjaringan, Jakarta Utara. Satu keluarga yang diketahui bernama Tony, Jeny Ruslan, Erica Wisely, dan Kent Wisely diduga menjadi korban kebakaran. Penyebabnya, lilin yang mereka gunakan untuk penerangan, malah membakar tiga ruko di kawasan tersebut.
“Diawali dari terbakarnya meteran listrik PLN. Warga berusaha menolong namun api dengan cepat membakar rumah,” kata salah satu keluarga, Anthoni kepada wartawan, Rabu (7/8/2019).
Presiden Joko Widodo bersama Menteri ESDM Ignasius Jonan mendatangi kantor pusat PLN di Kemayoran pada Senin (5/8/2019). Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama PLN Sripenti Inten Cahyani pun menjelaskan secara logis bahwa mulanya gangguan teknis pada transmisi di di utara dan selatan Jawa, yang totalnya ada empat sirkuit.
Sripenti menjelaskan dalam kondisi itu, maka transfer daya dari wilayah Timur ke Barat akan berpindah ke jalur Selatan (Kediri-Pedan-Kasugihan). Sayangnya, sedang ada pemeliharaan jaringan di selatan ketika kejadian terjadi.
“Pada waktu pindah dari Ungaran kemudian ke Pedan dan kemudian ke Kasugihan dan Tasik, inilah kemudian membuat guncangan di dalam sistem. Guncangan ini kemudian secara proteksi, secara pengamanan, sistem ini kemudian melepas. Yang dilepas adalah Kasugihan-Tasik. Jadi Kasugihan-Tasik kemudian melepas, lepas dari sistem sehingga aliran pasokan daya dari Timur ke Barat mengalami putus,” ujar Sripeni seperti dilansir Liputan6.com.
Jokowi pun mengkritik pimpinan PLN yang dinilai tidak melakukan kalkulasi risiko dengan baik. “Apakah tidak dihitung? Apakah tidak dikalkulasi bahwa akan ada kejadian-kejadian, sehingga kita tahu sebelumnya?” tanya Jokowi ke Sripeni yang baru diangkat Jumat sebelumnya.
Sripeni pun menyatakan pihaknya tak menyangka akan ada gangguan di dua sirkuit sekaligus (utara dan selatan). Pihak PLN pun berjanji memberikan ganti rugi bagi para pelanggan. Uang kompensasi Rp1 triliun disebut sudah disiapkan.
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Wahyu Utomo turut mengomentari kejadian listrik padam. Menurut dia, insiden yang terjadi pada Minggu merupakan suatu peringatan atau warning untuk Indonesia.
Dia mengatakan, insiden tersebut menunjukkan betapa pasokan listrik yang terjaga memang dibutuhkan. Karena itu harus dijaga keandalannya. “Menurut saya ya ini menjadi warning buat kita semua, bahwa sistem pengamanan terhadap listrik ini kan harus kita lihat benar-benar,” kata dia, saat ditemui, di Hotel Meridien, Jakarta, Selasa (6/8/2019) seperti dilansir Liputan6.com.
Apalagi, lanjut dia, saat ini ketergantungan masyarakat terhadap listrik sangat besar. “Karena ketergantungan kita terhadap listrik ini kan bukan main, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk sistem transportasi kita,” ungkapnya.
Karena itu, evaluasi dan perbaikan terutama dari pihak PT PLN (Persero) sebagai penyedia pasokan listrik harus dilakukan. Supaya insiden serupa tidak lagi terjadi.
“Jadi tentu kami akan lihat kembali ya dengan teman-teman PLN untuk memastikan pasokan listrik ini jangan seperti yang kemarin lagi,” tandasnya.
Bukan hanya Jabodetabek yang pernah mengalami geger listrik padam, beberapa kawasan metropolitan dunia –dan bahkan area yang lebih luas– juga pernah mengalami hal serupa, yang berdampak buruk bagi kelangsung hidup warganya.
Sebagaimana dikutip dari berbagai sumber Rabu (7/8/2019), berikut adalah lima kasus listrik padam paling menggegerkan di dunia.
1. New York City, AS (13 Juli 2019)
Pemadaman listrik membuat stasiun kereta bawah tanah mendadak gelap dan papan iklan Times Square tiba-tiba padam. Pada 13 Juli lalu, trafo utama meledak di New York City, menyebabkan listrik padam selama beberapa jam di bagian barat pulau Manhattan. Kejadian yang dikenal sebagai blackout itu mulai terjadi sekitar pukul 18.47 waktu setempat.
Toko-toko tutup lebih cepat lantaran khawatir barang dagangan dicuri, dan sebagian pertunjukan teater di Broadway batal digelar. Di restoran dan bar, orang-orang makan dan minum dengan mengaplikasikan cahaya dari ponsel pintar mereka. Namun, keadaan mulai pulih di sebagian area pada pukul 22.00 dan sepenuhnya normal pada tengah malam, dengan sorak-sorai dari orang-orang di jalanan sebagai bentuk tanggapan kegembiraan.
2. Bangladesh (1 November 2014)
Sekitar 150 juta penduduk tidak mendapatkan listrik selama 10 jam pada saat itu.
3. India (31 Juli 2012)
Dalam pemadaman listrik terbesar dalam sejarah (sejauh ini), listrik padam di India pada 31 Juli 2012 memengaruhi area yang meliputi sekitar 670 juta orang, yang merupakan sekitar 9 persen dari populasi dunia. Tiga dari jaringan listrik di India utara yang saling terhubung runtuh selama beberapa jam, mempengaruhi 22 negara bagian dari perbatasan timur dengan Myanmar ke perbatasan baratnya dengan Pakistan.
Saat listrik padam, warga metropolitan Delhi menghadapi kondisi lembap hingga 89 persen, dan di negara bagian Benggala Barat, ratusan penambang terjebak di bawah tanah selama berjam-jam setelah lift mereka mogok.
Salah satu kabar paling mengganggu dalam kondisi tersebut, sebagaimana pernah dilaporkan oleh The Guardian, banyak kreamtorium listrik mati berhenti beroperasi, di mana beberapa jasad dibiarkan setengah terbakar sebelum dipindahkan ke tungku kayu. Kelebihan beban produksi listrik dan kesalahan manusia akhirnya disalahkan atas masalah tersebut.
4. Brasil dan Paraguay (10-11 November 2009)
Ketika PLTA Itapiu di perbatasan Paraguay-Brasil tiba-tiba berhenti menghasilkan daya 17.000 megawatt, listrik seketika padam di banyak tempat di kedua negara. Listrik padam terjadi dua hari setelah siaran investigasi 60 Minutes di stasiun televisi CBS, mengatakan kejadian serupa sebelumnya di Brasil disebabkan oleh peretas.
Tidak lama berselang, program investigasi yang sama menyebut insiden listrik padam 2009 juga disebabkan oleh peretas. Untuk mencegah kembali terjadinya peretasan, otoritas kedua negara kini menyematkan perintah suara untuk mengontrol sistem daya, dan akses hanya diberikan kepada sekelompok kecil operator yang berwenang.
5. Chenzou, Tiongkok ( Januari-Februari 2008)
Badai musim dingin mengakibatkan listrik padam hampir dua pekan di kota Chenzhou, Tiongkok tengah, mengganggu kehidupan 4,6 juta orang di sana. Dilanda frustrasi, banyak warga melalui malam-malam di awal tahun 2008 tanpa daya listrik, dan terpaksa mati-matian mengganti mesin penghangat dengan api sederhana.
Selain itu, beberapa warga mengatakan kepada wartawan bahwa mereka harus berjalan satu kilometer ke sumur dan kembali ke rumah dalam suhu beku, demi mendapatkan air bersih. Kantor berita Xinhua mengatakan 11 petugas listrik tewas saat berkerja memulihkan daya, dan total jumlah warga yang meregang nyawa akibat kondisi terkait mencapai 60 orang.
6. AS-Kanada (14 Agustus 2003)
Blackout pada 14 Agustus 2003 berdampak pada 45 juta warga di 8 negara bagian AS dan 10 juta warga Kanada. Penyebabnya, disfungsi pada komputer pengendali.
7. Italia (28 September 2003)
Listrik padam atau blackout pada 28 September 2003 setelah badai merusak jaringan. Sekitar 56 juta warga terkena dampaknya.