• Thu, 25 April 2024

Breaking News :

Sulaman Benang Emas di Pakaian Tradisional Jambi

Pakaian tradisional Jambi untuk laki-laki terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas. Begitu juga untuk perempuan ada sulaman benang emas.

JEDA.ID–Menjadi rahasia umum, Indonesia merupakan negara yang kaya dengan budaya, salah satunya pakaian tradisional yang mencerminkan keunikan tiap daerah. Jambi tercatat menjadi provinsi paling kaya dengan pakaian tradisional.

Ditjen Kebudayaan Kemendikbud mencatat di Jambi ada 45 pakaian tradisional yang terdiri atas 2 pakaian tradisional pengantin, 30 pakaian sehari-hari, dan 13 pakaian untuk upacara adat. Di seluruh Tanah Air, Ditjen Kebudayaan mencatat ada 287 pakaian tradisional.

Seperti apa pakaian tradisional Jambi? Busana tradisional Melayu Jambi awalnya berupa kain tanpa lengan untuk perempuan. Kemudian laki-laki celana setengah ruas yang melebar pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam.

Sebagaimana dikutip dari laman Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Kamis (26/9/2019), pakaian adat di Jambi akan lebih mewah daripada pakaian sehari-hari karena dihiasi dengan sulaman benang emas dan pemakaian perhiasan sebagai pelengkapnya.

Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di kepalanya.Lacak terbuat dari kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal di dalammnya agar menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang menjulang tinggi, dengan julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya.

Secara harfiah lacak bermakna bekacak atau gagah. Ikat kepala ini dahulunya dipakai oleh para raja, laskar dan para Panglima Jambi. Kuluk atau tengkuluk pakaian khas Jambi untuk perempuan telah lebih dulu di kenal masyarakat. Kini lacak kian populer di kalangan masyarakat.

”Banyak pesanan. Acara-acara organisasi di Jambi, pesertanya memakai lacak,” kata Brata, pengrajin lacak di Muaro Jambi.

Untuk pakaiannya disebut baju kurung tanggung berlengan panjang. Disebut tanggung karena panjangnya hanya sedikit di bawah siku tidak sampai ke pergelangan tangan.

Hal ini mengandung makna seseorang harus tangkas dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan.

Pakaian tradisional Melayu Jambi untuk laki-laki bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas. Bagian tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang melati. Sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung.

Kain Sarung Songket

Penutup bagian bawah disebut cangge (celana). Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat pinggang. Sudah menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yang dililitkan di pinggul.

”Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya seperti bunga teratai dipasang melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat dari logam celupan berlukiskan naga kuning.”

Untuk pakaian tradisional perempuan terdiri atas kain sarung songket dan selendang songket warna merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas dengan motif hiasan bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung.

Di bagian kepada ada tutup kepala disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah dengan bagian dalam diberi kertas karton agar keras.

Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala ini diberi hiasan dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan.

Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan oleh pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan motif kupu-kupu atau gelang banjar.

Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung bertingkat dan kalung rantai sembilan.

Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan cincin kijang atau capung. Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu masing-masing lengan dua buah.

Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban. Kesemuanya di pasang di lengan. Pakaian tradisional Jambi itu tentu menjadi khazanah kebudayaan Indonesia yang layak dilestarikan.

Ditulis oleh : Danang Nur Ihsan

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.