Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara pengekspor ikan hias, termasuk juga udang hias, terbesar di dunia.
JEDA.ID–Pengucapan nama udang ini cukup sulit. Harlequin Caridina woltereckae. Udang endemik di Sulawesi ini kini diburu para pedagang ikan hias karena keunikannya. Tercatat udang hias ini masuk ke dalam daftar spesies kritis yang terancam punah.
”Perpaduan coraknya yang cantik dengan dominasi merah marun dan putih menjadikan spesies ini banyak diburu oleh para pedagang ikan hias,” ungkap Daisy Wowor, peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, sebagaimana dikutip dari laman LIPI, Rabu (17/9/2019).
Daisy menemukan spesies udang endemik Danau Towuti, Sulawesi Selatan ini pada 2009 silam. ”Caridina adalah nama genus sedangkan nama spesies woltereckae adalah penghormatan untuk jasa peneliti udang-udangan, Eva Woltereck,” jelas Daisy.
Dia juga menemukan beberapa jenis udang hias lainnya seperti Caridina mahalona di kompleks Danau Malili, Sulawesi Selatan dan Caridina longidigita di Danau Poso, Sulawesi Tengah.
Danau Towuti merupakan danau purba yang terbentuk akibat proses tektonik yang bersifat oligotrofik. Karakter danau oligotrofik yang memiliki air jernih, miskin zat hara.
Namun, danau seperti itu kandungan oksigen memadai menjadi ekosistem yang tepat untuk beberapa spesies flora dan fauna endemik, termasuk udang hias.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan Caridina woltereckae ke dalam daftar merah spesies terancam punah.
”Selain faktor manusia, banyaknya ikan invasif yang ada dan memburuknya kualitas habitat danau semakin memperparah kondisi keberadaan udang hias endemik ini,” terang dia.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki potensi besar dalam pengembangan ikan hias. Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara pengekspor ikan hias terbesar di dunia.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat setidaknya 4.720 jenis ikan air tawar maupun laut dan 650 jenis di antaranya diketahui sebagai ikan hias. KKP mencatat jumlah ekspor ikan hias pada 2015-2018 mencapai 257.862.207 ekor.
Pengawasan Pemerintah
”Dengan potensi sumber daya ikan hias Indonesia, tidak berlebihan bila tekad kita untuk menjadi negara produsen dan eksportir ikan hias terbesar di dunia. Namun, tentu saja dalam pengembangannya harus tetap melakukan perlindungan dan pelestarian,” jelas Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, sebagaimana dikutip dari laman KKP.
Dia menyebutkan pemerintah telah mengeluarkan kebijakan penerapan CBIB (Cara Budi daya Ikan yang Baik). Aturan ini mengatur cara pengelolaan budi daya ikan yang bertanggung jawab, ramah lingkungan. Serta memperhatikan aspek sosial dan ekonomi, serta kesejahteraan hewan.
Slamet mengingatkan khusus untuk jenis spesies ikan hias yang belum mampu dibudidayakan dan atau terancam kelestariannya telah ada mekanisme upaya perlindungan yang diatur melalui Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna dan Flora (CITES).
Perdagangan untuk ikan yang masuk dalam CITES sudah dilakukan pengawasan yang ketat oleh pemerintah. Hal ini pula yang diterapkan untuk beberapa spesies udang hias yang statusnya terancam punah.
Kepala Badan Karatina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Rina menyebutkan tujuan ekspor ikan hias didominasi ke Jepang, Singapura, AS, China, Inggris, Korea, Malaysia, Jerman, Perancis, dan Taiwan.
Dia mengatakan ikan air tawar yang paling banyak di ekspor yaitu botia, arwana, discus, cupang, tiger fish, guppy, udang hias. Sedangkan komoditas ikan hias laut di antaranya udang hias, angel fish, bintang laut, dan jenis invertebrata.
Permintaan udang hias di pasar internasional cukup ramai. Terutama dari Jepang, Thailand, Singapura, Jerman, Denmark, Prancis, Swiss, Finlandia, dan Skandinavia.
Udang yang paling banyak diminati, yaitu jenis Crystal Red Shrimp atau lebih dikenal Red/Black Bee, Red Fair, Rili, serta Red Cherry.
Harga jual udang hias mulai dari ribuan rupiah hingga jutaan rupiah per ekor, seperti Black Kingkong yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah per ekor. Jumlah permintaannya pun bisa mencapai 13.000-15.000 ekor/bulan.