Tingginya kadar garam dan bumbu perasa inilah yang membuat mi instan memiliki rasa yang sangat enak.
JEDA.ID–Konsumsi mi instan di dunia pada 2018 menembus 103,62 miliar bungkus. Artinya tiap penduduk dunia rata-rata mengonsumsi 13 bungkus mi instan per tahun. Kandungan mi instan kerap menjadi sorotan, namun konsumsinya terus naik dari tahun ke tahun.
Mi instan pada awalnya dibuat Momofuku Ando pada 1958. Ia adalah pendiri perusahaan Nissin yang memproduksi mi instan pertama di dunia yaitu Chicken Ramen (ramen adalah sejenis mi Jepang) rasa ayam. Beberapa tahun kemudian Nissin memperkenalkan mi dalam gelas bermerek Cup Noodle. Setelah itu, konsumsi mi instan terus naik.
Mi instan diproduksi sebagai makanan yang praktis dalam pengolahannya serta dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Mi instan diolah dengan cara dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan minyak.
Selain itu, bisa juga dipersiapkan untuk konsumsi hanya dengan menambahkan air panas dan bumbu-bumbu yang sudah ada dalam paketnya. Kandungan bumbu-bumbu dalam mi instan ini yang kerap menjadi sorotan.
Mi instan biasanya diolah dari campuran tepung. Untuk bumbunya ada minyak sayur, garam, dan beberapa bahan aditif. Seperti natrium polifosfat (yang berfungsi sebagai pengemulsi penstabil), natrium karbonat, kalium karbonat (yang berfungsi sebagai pengatur asam), serta tartrazine (pewarna kuning), dan monosodim glutamat (penguat rasa).
Dalam proses pengolahannya mi instan umumnya terbuat dari tepung terigu yang diolah menggunakan minyak hingga menjadi keras. Kandungan air dalam mi hilang akibat proses tersebut sehingga mi instan menjadi bahan makanan yang tahan lama.
Pada proses pembuatan mi instan ini dilakukan fortifikasi yaitu penambahan beberapa jenis zat gizi mikro yaitu vitamin A, vitamin B kompleks dan zat besi.
Energi yang kita dapatkan dari mi instan diperoleh dari zat gizi karbohidrat, protein, dan lemak. Karena proses pembuatannya menggunakan pengolahan dengan minyak, hampir 30% energi tersebut kita peroleh dari minyak (mi instan dan bumbunya).
Kandungan Energi
Satu bungkus mi instan memiliki kandungan energi yang rendah jika dibandingkan dengan satu centong nasi atau 3/4 lontong ukuran besar atau 1 potong besar singkong.
Menurut pakar kesehatan, kandungan mi instan yang menjadi perhatian adalah monosodium glutamat (MS). Tingginya kadar garam dan bumbu perasa inilah yang membuat mi instan memiliki rasa yang sangat enak.
Masalahnya mengonsumsi berbagai kandungan ini dalam jumlah yang tinggi dan frekuensi yang sering bisa memicu dampak buruk bagi kesehatan.
Pakar kesehatan menyebutkan konsumsi MSG dalam jumlah tinggi ikut berandil dalam kenaikan berat badan. Kemudian tekanan darah, hingga risiko untuk terkena mual-mual dan nyeri kepala.
Kandungan garam yang tinggi dalam mi instan juga bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan tubuh, khususnya pada organ kardiovaskular atau pada organ ginjal.
The World Instant Noodles Association (WINA) menyatakan produsen berupaya memastikan keamanan pangan dari hasil produksi mi instan dengan berbagi informasi tentang keamanan pangan dan mengadakan Konferensi Keamanan Pangan. Perusahaan anggota WINA juga bekerja terus-menerus untuk meningkatkan kualitas produk mereka untuk menjamin keamanan pangan.
Jika ingin mengonsumsi mi instan, pakar kesehatan menyarankan untuk tidak menggunakan seluruh bumbunya dan menambahkan beberapa macam sayuran atau lauk seperti telur dan daging ayam agar kita bisa mendapatkan kandungan nutrisi lainnya.