Gibran Rakabuming Raka membuat kejutan dengan mencoba peruntungan maju dalam Pilkada Solo 2020 melalui PDIP namun langkahnya sedikit terganjal.
JEDA.ID— Gibran Rakabuming Raka membuat kejutan dengan mencoba peruntungan maju dalam Pilkada Solo 2020 melalui PDIP. Namun langkah putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu tersendat lantaran DPC PDIP Solo telah resmi mengusung pasangan Achmad Purnomo dengan Teguh Prakosa yang diusulkan ke DPP PDIP untuk mendapatkan rekomendasi.
Di sisi lain, sejumlah partai mulai melirik para tokoh muda. Kaukus Muda Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Solo memunculkan nama tokoh-tokoh muda untuk mewarnai pemilihan kepala daerah (pilkada) Solo.
Koordinator Kaukus Muda PKS, Didik Hermawan, mengatakan dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya menjaring figur muda potensial untuk menjadi calon wali kota (cawali) dan calon wakil wali kota (cawawali). Salah satunya yang muncul adalah nama Gibran Rakabuming Raka. Selain Gibran, ada beberapa nama lain yang menurut Kaukus Muda PKS Solo layak dipertimbangkan menjadi calon pemimpin Solo masa mendatang.
Didik menilai kemunculan figur muda potensial itu merupakan bentuk kerinduan masyarakat terhadap pemimpin kreatif dan visioner. Masa depan hanya dimiliki oleh para pemberani yang kreatif dan visioner. “Kaukus Muda akan membawa beberapa nama anak muda ini ke forum partai agar dipertimbangkan,” ujar dia.
Selain Kaukus Muda PKS, sebelumnya, Golkar mengajak partai lain mengusung calon muda seperti Gibran. Diberitakan Solopos.com, Ketua Harian DPD Partai Golkar Jateng, Iqbal Wibisono, menyatakan keinginannya agar partai politik (parpol) pemilik 15 kursi DPRD bersatu membentuk poros koalisi sendiri untuk menghadapi kekuatan PDIP dalam pilkada. Iqbal menilai sosok Gibran potensial untuk diusung menjadi cawali Solo oleh koalisi gabungan parpol pemilik 15 kursi DPRD. Berikut tokoh-tokoh muda yang dilirik parpol untuk mewarnai Pilkada Solo.
1. Gibran Rakabuming Raka
Gibran Rakabuming Raka lahir di Solo, 1 Oktober 1987 merupakan pengusaha muda dengan beragam bisnis.
Ia adalah putra sulung dari Joko Widodo. Sejak kecil Gibran menetap di Solo, tetapi saat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Gibran pindah ke Singapura untuk melanjutkan sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pada 2002 di Orchid Park Secondary School, Singapura. Selanjutnya pada 2007 Gibran lulus dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan melanjutkan studinya ke University of Technology Insearch, Sydney, Australia hingga lulus pada 2010.
Pada 11 Juni 2015, Gibran menikahi mantan putri Solo, bernama Selvi Ananda. Pada 10 Maret 2016, Selvi melahirkan seorang anak laki-laki, Jan Ethes Srinarendra. Kini kabarnya Selvi tengah mengandung anak kedua mereka.
Sejak Desember 2010, ia membuka usaha katering yang diberi nama Chilli Pari. Sayap bisnis kuliner melebar saat dia mendirikan usaha kuliner martabak yang diberi nama Markobar.
Ia menjabat sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo. Pada 9 Juni 2018, Gibran mendirikan sebuah aplikasi pencari pekerja lepas dan paruh waktu yang bernama Kerjaholic bersama Leonard Hidayat, Josh Ching, Michael, Daniel Hidayat. Kerjaholic adalah sebuah aplikasi yang bisa menghubungkan para pencari kerja dengan pihak-pihak yang sedang mencari pekerja lepas dan paruh waktu. Tak hanya itu, Gibran juga merambah bisnis game hingga minuman kekinian, Goola.
2. Bambang “Gage” Nugroho
Pebisnis muda yang juga dilirik parpol ada Bambang Nugroho. Selama ini Bambang dikenal sebagai Direktur CV Grafika Gunung Emas (Gage Advertising Solo). Dalam organisasi, Bambang juga aktif di DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Solo sebagai Ketua. Dia juga menjadi salah satu pengurus Pondok Pesantren Assalam, Pabelan, Sukoharjo
Diminta komentar tentang peluangnya dalam Pilkada Solo, Bambang menyatakan usianya terlalu muda untuk dicalonkan sebagai pemimpin Solo. Bambang menilai menjadi Wali Kota Solo tak hanya bisa mengelola keuangan daerah dan menjalankan roda pemerintahan melainkan menjadi orang tua dari berbagai kalangan masyarakat.
Bambang mengaku harus banyak belajar dari para pejabat pemerintah, legislator maupun senior di organisasi kemasyarakatan (ormas).
“Menjadi pemimpin harus bisa ngemong dan nggendong masyarakat. Saya belum patut dan sadar diri belum layak dicalonkan sebagai cawali atau cawawali. Masih banyak figur potensial lain yang mumpuni dan berpengalaman,” kata pengusaha jasa percetakan dan desain grafis itu kepada reporter Solopos, Kurniawan.
3. Gunawan Setiawan
Pria kelahiran Solo, 19 Oktober 1971 ini dikenal sebagai pengusaha batik dan Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman. Lulusan S-1 Manajemen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta juga aktif dalam berbagai pelatihan membatik di berbagai daerah.
Dia yakin orang yang mengetahui dan memahami bagaimana proses membatik akan menghargai batik. Sejak 2006 Gunawan Setiawan bersama beberapa pengusaha batik dan pemerhati batik, membentuk Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman untuk melestarikan dan mengembangkan batik.
Terkait Pilkada Solo, Gunawan mengatakan belum ada pengurus parpol yang berkomunikasi dengan dirinya terkait Pilkada 2020. Menurut Gunawan, di era demokrasi, semakin banyak kandidat semakin banyak pilihan calon pemimpin yang dipilih masyarakat.
Tahapan pelaksanaan pemilu masih cukup panjang. Hal ini bisa digunakan pengurus parpol untuk benar-benar menakar setiap figur potensial. “Sebenarnya, masih banyak figur potensial lainnya di Solo. Saya sendiri belum ada partai yang berkomunikasi secara resmi. Namun, memang sempat mendengar kabar burung nama saya masuk bursa penjaringan. Tapi kan hanya kabar burung tak bisa digunakan sebagai landasan,” ujar pemilik butik batik di Kauman itu.
4. Farid Sunarto
Farid dikenal sebagai Direktur CV Salsa Sentra Subur. Dalam organisasi dia pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Himpi). Pria kelahiran 17 Agustus 1970 ini juga menjabat sebagai Ketua Solo Bersimfoni.
Farid Sunarto, menyatakan penjaringan figur muda potensial oleh Kaukus Muda PKS merupakan langkah internal partai. Menurut Farid, pilkada tak sekadar mencari calon pemimpin yang berkualitas melainkan kebutuhan nyata untuk masyarakat. “Jika ada yang bertanya apakah saya berniat maju atau tidak pasti saya jawab no comment. Biarkan narasi-narasi yang bergulir direspons masyarakat,” kata dia.