• Fri, 29 March 2024

Breaking News :

Indonesia Resmi Resesi, Apa Dampaknya?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 memang masih negatif, namun angka negatifnya lebih kecil dibandingkan kuartal II-2020.

JEDA.ID-Indonesia resmi resesi. Indonesia resmi resesi karena dua kali berturut-turut pertumbuhan ekonominya minus. Pada kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi RI juga minus 5,32%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, ekonomi Indonesia pada kuartal III ini minus 3,49% secara year on year dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.

“Perekonomian Indonesia pada triwulan III-2020 year on year dibandingkan triwulan III-2019 mengalami kontraksi 3,49%,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual seperti dikutip dari detikcom, Kamis (5/11/2020).

Suhariyanto menambahkan jika dibandingkan dengan kuartal II-2020 maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 mengalami pertumbuhan 5,05%.

Cara Menghilangkan Tahi Lalat Secara Alami Tanpa Operasi, Gampang Kok!

‘Sehingga kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I- kuartal III masih alami kontraksi 2,03%,” tuturnya.

Dengan kondisi ini, Indonesia resmi resesi. Menanggapi hal itu pihak Istana Kepresidenan pun buka suara. Pihak Istana menilai meski masih terkontraksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai mengalami pemulihan.

Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono menyatakan, Indonesia sudah melampaui titik terendah dan mulai beranjak maju. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 memang masih negatif, namun angka negatifnya lebih kecil dibandingkan kuartal II-2020.

“Berikutnya, yang juga sangat penting adalah apa yang harus kita lakukan,” ujar Edy dalam keterangan tertulis, Kamis (5/11/2020).

Menurut Edy, strategi pemerintah merancang sejumlah program dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai langkah yang tepat. Selain itu pemerintah juga terus mendorong belanja pemerintah.

“Fakta ini menjadi catatan positif karena sesuai dengan prinsip counter cyclical, artinya ketika perekonomian lesu, belanja pemerintah menjadi andalan untuk mendorong perekonomian,” tuturnya.

Menurutnya strategi itu akan terus dilakukan selama perekonomian belum sepenuhnya pulih. Di samping itu, kelompok menengah atas perlu terus didorong untuk meningkatkan konsumsinya.

“Selama ini mereka diduga banyak menempatkan uangnya sebagai tabungan. Pemerintah perlu mendukung dengan menegakkan aturan tentang protokol kesehatan/Covid-19. Karena kelompok menengah-atas hanya akan mau keluar dan berbelanja [secara fisik] jika merasa aman,” imnbuhnya.

Pakai Suara Batuk untuk Deteksi Covid-19, Mungkinkah Dilakukan?

Dia menilai pada masa pandemi ini pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih baik dibanding beberapa negara. Berdasarkan data BPS, ada negara yang pertumbuhan ekonominya di kuartal III-2020 lebih baik daripada Indonesia, seperti Tiongkok (4,9%), Taiwan (3,3%), dan Vietnam (2,62%).

Korea dan Amerika Serikat juga sedikit lebih baik daripada Indonesia, meskipun pertumbuhannya pada kuartal III-2020 juga masih negatif (-1,3% untuk Korea dan -2,9% untuk Amerika).

Akan tetapi, Edy menjelaskan, beberapa negara lain lebih buruk dibandingkan pertumbuhan Indonesia pada periode ini. Seperti Singapura (-7,0%) dan Meksiko (-8,58%).

“Kalau melihat perbandingan tersebut, pertumbuhan Indonesia cukup baik. Terpenting adalah, pertumbuhan kita di kuartal III-2020 lebih baik daripada kuartal II-2020, sehingga menunjukkan bahwa secara bertahap kita bergerak menuju pemulihan ekonomi,” tutup Edy.

Lalu apa dampak Indonesia resmi resesi? Para ekonom menyatakan jumlah pengangguran meningkat sebagai dampak Indonesia resesi. Ekonomi Indonesia pada kuartal II minus 5,32% dan kuartal III minus 3,49% berdasarkan pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS).

Dampak Resesi

“Dampak resesi ini kan terjadi di kuartal III, artinya ini sudah dilewati di tiga bulan ke belakang. Dampak yang paling terasa itu peningkatan pengangguran, karena seperti yang disampaikan oleh BPS bahwa di bulan Agustus ternyata ada peningkatan jumlah pengangguran,” kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet, Kamis (5/11/2020).

Hal itu disebabkan sedikitnya penciptaan lapangan pekerjaan baru karena lambatnya pemulihan ekonomi nasional yang membuat pengusaha menahan diri untuk ekspansi bisnis.

“Pelaku usaha yang masih akan menahan laju ekspansi usaha sehingga penciptaan lapangan kerja yang baru itu di kuartal IV nanti masih relatif sedikit. Karena masih relatif sedikit, tentu akan berpotensi terhadap penambahan jumlah pengangguran dibandingkan bulan Agustus kemarin,” paparnya.

Diet Pescatarian ala Melaney Ricardo Sebabkan Daya Tahan Tubuh Turun?

“Nah dampak negatifnya, saya kira pengangguran kan itu angkanya naik ya di posisi Agustus. Itu otomatis dia akan, saya pikir nanti di perhitungan awal tahun 2021 itu potensinya akan tinggi lagi. Jadi akan semakin meningkat. (Perkiraan) angkanya agak lumayan tinggi lah dari posisi Agustus,” sebutnya.

Tak hanya itu, dia memperkirakan angka kemiskinan akan bertambah sebagai imbas resesi. Memang, ekonomi mengalami pemulihan dari minus 5,32% menjadi minus 3,49%. Namun pemulihan masih dinilai lambat.

“Setelah Covid-19 saya kira [angka kemiskinan] akan menyentuh angka 9,8% atau 9,9%, bahkan bisa sampai 10% dengan situasi bahwa proses recovery-nya [pemulihannya] ternyata lambat,” bebernya.

Ditulis oleh : Astrid Prihatini WD

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.