Bila pada 2025 ingin ada 2 juta motor listrik, pada 2050 menjadi 13 juta. Target tinggi itu dipatok karena pasar sepeda motor Tanah Air sangat besar.
JEDA.ID–Target tinggi dipatok pemerintah demi terjadinya ”lompatan katak”. Prioritasnya adalah mengembangkan motor listrik dengan target produksi 2 juta motor listrik pada 2025.
Motor listrik Gesits akan menjadi tulang punggung utama untuk mewujudkan impian besar itu. Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro menyatakan Indonesia akan memulai usaha pengembangan kendaraan listrik dari sepeda motor listrik Gesits dan baterai listrik.
Target 2 juta motor listrik pada 2025 itu disesuaikan dengan kebutuhan kendaraan di tengah masyarakat. ”Tentu saja ini ambisius, tapi ada kompetisi saat ini pada revolusi industri keempat, kita perlu ada ‘lompatan katak’,” kata Bambang sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Selasa (10/12/2019).
Bambang menyebut Indonesia tidak harus memulai dari kendaraan listrik berbentuk mobil pribadi. Walaupun Indonesia akan tetap menuju ke sana. Setidaknya, Gesits sudah memiliki satu varian motor listrik yang dipasarkan.
Pabrik Nissan Pilih Mobil Listrik Daripada Bikin Datsun?
Motor listrik ini mulai dikenal pada 2015 lalu. Motor ini dikembangkan Garansindo Group dan Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya. Pada 2018, Presiden Jokowi pun sudah menjajal Gesits.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu mengatakan akan berfokus pada pengembangan teknologi dan digital seperti yang dilakukan India dalam upaya loncat kataknya (leapfrog).
Istilah loncat katak ini kerap digunakan untuk menggambarkan “lompatan” yang dilakukan negara tersebut dari ekonomi pertanian ke ekonomi digital. Target mengejar produksi motor listrik itu tidak lepas dari tingginya kebutuhan sepeda motor.
Populasi Sepeda Motor
Berdasarkan data BPS, perkembangan jumlah sepeda motor di Indonesia pada 2017 mencapai 113 juta kendaraan, jauh di atas mobil di angka 15 juta kendaraan. Tiap tahun, jumlah sepeda motor terus meroket.
Itulah dasar pemerintah ingin agar industri kendaraan listrik Indonesia kelak akan difokuskan pada kendaraan motor listrik. Bila pada 2025 ingin ada 2 juta motor listrik, pada 2050 menjadi 13 juta. ”Jadi semuanya harus disiapkan,” kata Bambang.
Mengutip data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), pada periode Januari-Juni 2019 penjualan sepeda motor naik 7,4 persen dibanding pencapaiannya tahun lalu.
Pada periode Januari-Juni 2019 sudah ada 3.226.619 unit sepeda motor baru yang dikirim ke diler. Sedangkan tahun sebelumnya hanya 3.002.753 unit. Maka dapat disebutkan peredaran motor baru lima kali lipat lebih banyak dibanding mobil.
Bambang menyebut salah satu kunci agar Indonesia dapat bersaing di persaingan industri kendaraan listrik global adalah dengan menciptakan ekosistem pengembangan kendaraan listrik.
Hal itu dimulai dari regulasi yang mendukung bagi iklim kendaraan listrik. Kemudian riset dan inovasi kendaraan listrik, grand design pengembangan kendaraan listrik hingga hilirisasi di dunia industri (triple helix).
Tempuh 39 Km, Mobil Listrik Hanya Butuh Rp7.250
Pengembangan industri kendaraan listrik harus bersifat menyeluruh. Tidak hanya produk akhir berupa motor atau mobil listrik, juga komponen-komponen penting bagi kendaraan listrik.
”Tidak ada mobil tanpa mesin. Tidak ada mobil listrik tanpa baterai dan tidak ada mobil tanpa spare parts yang banyak. Jadi kita juga perlu kembangkan ekosistem dari kendaraan listrik, termasuk industri suku cadang dan baterai,” kata dia.
Pemerintah saat ini mendorong banyak lembaga penelitian untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik, terutama pengembangan baterai lithium dengan bahan mineral nikel yang banyak ditemukan di Indonesia.
Para peneliti di perguruan tinggi ini mulai mengembangkan produk baterai lithium. Juga Pertamina, LIPI, dan juga anak perusahaan dari PLN, PT Indonesia Power, juga mengembangkan baterai kendaraan listrik.
5 Perguruan Tinggi
Selain motor listrik dan baterai saat ini lima perguruan tinggi sedang mengembangkan bus listrik, yaitu Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), ITS, dan Universitas Sebelas Maret (UNS).
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia Johnny Darmawan mengatakan Tiongkok telah berhasil mengaplikasikan sepeda motor dengan tenaga listrik.
Dia yakin pabrikan di Indonesia telah mampu memproduksi baterai listrik untuk sepeda motor. Johnny yakin Indonesia berpeluang menjadi produsen utama kendaraan listrik di kawasan ASEAN.
Sebab, Indonesia memiliki bahan baku baterai lithium yang melimpah. Dan biaya produksi kendaraan listrik tertinggi adalah pada komponen baterai.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan baterai lithium dalam negeri, telah dirilis kebijakan pelarangan ekspor biji (ore) nikel.
Indonesia Raja Nikel, Harga Mobil Listrik Jadi Murah?
Luhut mengatakan selama ini sebanyak 98% nikel diekspor ke Tiongkok. Padahal, biji nikel dapat dimanfaatkan sebagai material untuk membuat baterai lithium.
Melimpahnya potensi bahan baku saja belum cukup. Kadin mengharapkan kementerian teknis segera menerbitkan regulasi pendukung sebagai turunan dari Perpres 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan.
Mereka berharap pemerintah bisa melakukan percepatan peta jalan BEV tanpa harus menunggu kesiapan industri komponen utama. Negara-negara lain juga telah memulai langkah serupa untuk menyambut era mobil Iistrik, termasuk Thailand, yang menjadi raja produsen otomotif di Asia Tenggara.