• Tue, 19 March 2024

Breaking News :

Bisa Dilakukan Sendiri, Begini Tes Pendengaran Bayi Baru Lahir

Dari cara tes pendengaran bayi ini bisa juga muncul reaksi bayi yang mengejapkan mata, grimacing mengerutkan wajah, berhenti menyusu.

JEDA.ID–Gangguan pendengaran akan mengakibatkan gangguan komunikasi, psikologi, dan sosial. Orang tua kadang bingung untuk mengetahui pendengaran anak mereka, khususnya bayi. Ternyata tidak sulit bila ingin tes pendengaran bayi.

Wakil Ketua Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) Hably Warganegara mengatakan yang perlu diketahui oleh bidan dan masyarakat adalah cara mendeteksi atau tes pendengaran bayi secara sederhana.

Bayi memang belum bisa berbicara, namun dia bisa menunjukkan refleks jika mendengar suara keras. Tes pendengaran yang bisa dilakukan adalah melalui obesrvasi bayi.

Ada istilah refleks moro yaitu refleks bayi ketika mendengar suara keras. ”Refleks moro itu kalau bayi tidak memakai bedong, tangannya seperti mau meluk, kaget,” kata Hably sebagaimana dikutip dari laman infopublik.id, Selasa (19/11/2019).

Dari cara tes pendengaran bayi ini bisa juga muncul reaksi bayi yang mengejapkan mata, grimacing mengerutkan wajah, berhenti menyusu atau mengisap lebih cepat, bernapas lebih cepat, dan ritme jantung bertambah cepat.

Namun, Hably mengingatkan agar tes pendengaran bayi ini ini tidak dilakukan di depan bayi, namun di belakangnya.

”Biasanya kalau bayi mendengar klakson atau tepuk tangan dari belakang bayi, biasanya dia menunjukkan refleks. Nah kalau refleksnya tidak ada segerakan kontrol ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa,” ucap Hably.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, dari bayi yang baru lahir di Indonesia, ada 0,11% yang mengalami kelainan sejak lahir berupa tunarungu atau tidak bisa mendengar.

Namun, seiring perjalanannya waktu bisa muncul gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran ini dapat dihilangkan melalui upaya pencegahan dan pengendalian penyakit terutama pada bayi atau tuli kongenital. Tuli Kongenital dapat terjadi pada bayi sejak lahir.

Ketulian itu bisa diakibatkan karena bawaan seperti riwayat hamil atau riwayat lahir, bisa juga disebabkan karena infeksi. Gejala yang terjadi adalah anak belum dapat bicara sesuai usianya.

”Tuli kongenital paling bahaya, jika tidak ditolong kemungkinan terjadi gangguan perkembangan kognitif, psikologi, dan sosial,” kata Hably.

Gangguan perkembangan kognitif, psikologi, dan sosial itu akan mengakibatnya terjadi gangguan proses bicara, gangguan perkembangan kemampuan berbahasa, gangguan komunikasi, gangguan proses belajar, dan perkembangan kepandaian.

Telinga Sehat

tes pendengaran bayi

Ilustrasi tes pendengaran bayi (Freepik)

Lewat tes pendengaran bayi itu diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan telinga dan pendengaran.

Kementerian Kesehatan menyatakan telinga sehat berawal dari telinga yang bersih dan pendengaran baik adalah pendengaran yang sehat dan berawal dari telinga sehat. Jadi telinga yang bersih akan menyebabkan telinga sehat dan pendengaran sehat.

Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan ada 360 juta (5,3%) orang di dunia mengalami gangguan cacat pendengaran, 328 juta (91%) di antaranya adalah orang dewasa dan 32 juta (9%) adalah anak-anak.

Prevalensi gangguan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Prevalensi gangguan pendengaran pada orang di atas usia 65 tahun bervariasi dari 18 sampai hampir 50% di seluruh dunia.

Masalah lain yang perlu mendapat perhatian bersama adalah gangguan pendengaran akibat paparan bising, gangguan pendengaran akibat infeksi dan sumbatan kotoran telinga (serumen prop) yang banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah.

WHO mengungkapkan diperkirakan 20% orang dengan gangguan pendengaran membutuhkan alat bantu dengar. Sementara itu, perkiraan produksi alat bantu pendengaran saat ini hanya memenuhi 10% dari kebutuhan global dan hanya memenuhi 3% dari kebutuhan di negara berkembang.

Atas kondisi itu, tidak ada salahnya bisa melakukan tes pendengaran bayi sejak dini sehingga bisa diketahui kondisi pendengarannya. Bila mengalami gangguan akan bisa segera diambil tindakan.

Ditulis oleh : Danang Nur Ihsan

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.