• Sat, 27 April 2024

Breaking News :

Sulitnya Menjual hingga Mafia Bayangi Produksi Alat Kesehatan Dalam Negeri

Alat kesehatan (alkes) sangat dibutuhkan dalam konsisi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Namun sayangnya, banyak masalah yang membayangi produksi alkes dalam negeri.

JEDA.ID– Alat kesehatan (alkes) sangat dibutuhkan dalam konsisi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Namun sayangnya, banyak masalah yang membayangi produksi alkes dalam negeri.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut soal adanya mafia alat kesehatan. Hal itu terjadi karena impor alat kesehatan Indonesia sangat besar.

Erick mengatakan saat ini Indonesia masih 90% impor alat kesehatan dari luar negeri. Hal itu menjadi peluang bagi mafia-mafia alat kesehatan yang memanfaatkan momen tersebut.

“Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak, janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga tadi, alat kesehatan musti impor, bahan baku musti impor,” kata Erick melalui live streaming di akun Instagram miliknya, Kamis (16/4/2020).

“Kalau kita tidak gotong-royong, tidak bangun bangsa kita dengan diri sendiri, memang bangsa lain peduli? Kita yang harus peduli pada bangsa kita. Jangan semua ujung-ujungnya duit terus, dagang terus, akhirnya kita terjebak short term policy. [Impor alat kesehatan] Didominasi mafia, trader-trader itu, kita harus lawan dan ini Pak Jokowi punya keberpihakan itu,” tambahnya.

Pentingnya Sinergi

Ia pun menyayangkan Indonesia yang masih sangat bergantung dengan impor. Sebagai negara yang besar seharusnya Indonesia bisa mengurangi impor tersebut.

“Negara sebesar Indonesia sudah seyogyanya punya strategi yang namanya energy security, food security dan health security. Sangat menyedihkan jika negara sebesar Indonesia 90% bahan bakunya dari luar negeri untuk industri obat, sama juga alat kesehatan mayoritas dari luar negeri,” ungkap Erick melalui live streaming di akun Instagram miliknya, Kamis (16/4/2020).

Erick bertekad ingin menekan impor produk alat kesehatan dengan mensinergikan BUMN yang ada. Saat ini sendiri beberapa BUMN sedang berjuang membuat ventilator seperti PT Len Industri (Persero), PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Pindad (Persero) dan 15 tim pengembang lainnya yang berasal dari pihak swasta, universitas dan lembaga riset lain.

“Para penemu ventilator-ventilator lokal kita akan sinergikan dengan industri pertahanan kita. Kemarin saya sudah coba kontak yang ada di industri pertahanan untuk coba disinergikan,” sebutnya.

Meskipun tidak bisa 100% non impor, setidkanya Indonesia bisa mengurangi hal itu untuk menekan pengeluaran negara.

Munculnya Ribuan Cacing Tak Hanya di Solo, Pertanda Apa?

Bahan Baku Obat

Tak hanya alkes, rupanya bahan obat dalam negeri juga ada yang diperoleh secara diimpor. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengaku sempat menahan informasi terkait pembelian bahan baku obat dari India saat ada awak media yang ingin mengonfirmasi. Sebab, saat ini tengah terjadi perang bahan baku obat.

Ia khawatir jika informasi terbuka ke publik terlebih dahulu, pembelian bahan baku obat itu ‘dipotong’ oleh pihak lain. Hal ini sebagaimana terjadi di negara lain.

“Karena perang rebutan bahan baku obat juga, tolong jangan beritakan, saya khawatir nanti ketika nanti diberitakan menyebar dunia kita belinya jangan-jangan dipotong di tengah jalan,” katanya dalam sebuah diskusi online, Minggu (19/4/2020).

“Ingat lho kejadian ketika Swedia dan satu negara complain satu negara karena ada masker yang dibeli di tengah jalan, ini terjadi dan mereka bayarnya lebih mahal lagi. Saya khawatir kalau bocor, dibeli mereka, tahu nggak berapa banyak yang kita beli, hanya 150 kg” sambungnya.

“Perang” Ventilator

“Perang” juga terjadi pada ventilator. Dia menyebut adanya mafia sehingga membuat harganya menjadi mahal.

“Kemudian ventilator, terbukti ternyata Indonesia nggak ada yang bikin ventilator. Akhirnya apa, perang ventilator, ya udah dapat juga, tapi harganya sudah gila-gilaan di dunia dan ini udah mafia dunia, bukan lagi lokal, mafia dunia,” ungkapnya.

Saat dimintai konfirmasi apakah mafia dunia atau lokal, Arya mengatakan keduanya termasuk, alias campur-campur. Dia menjelaskan, pihaknya telah mengumpulkan perguruan tinggi hingga industri otomotif. Terbukti, mereka bisa membuat ventilator meski bukan untuk ICU.

Artinya, lanjut Arya, selama ini ada yang doyan untuk berdagang atau trading, tidak membangun industri dalam negeri.
Baca juga: Lihat Lagi Omongan Erick Thohir soal Mafia Alat Kesehatan

“Lalu kita selama ini kita ngapain, kenapa impor, berarti kita selama ini ada trader, senang trading, di sinilah Pak Erick mengatakan ini pasti ada memaksa supaya trading terus bukan bikin produk. Ternyata terbukti bisa bikin ventilator,” ujarnya.

Punggung Saat Kerja di Rumah, Cegah dengan Cara-Cara Ini

Sulitnya Berjualan

Di sisi lain, industri alat kesehatan dalam negeri mengeluhkan lambannya Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah atau LKPP yang tidak membuka pintu untuk industri dalam negeri.

Alhasil, menurut Ketua Umum Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) Ade Tarya Hidayat dalam kurun satu hingga satu tengah tahun terakhir produksi industri tidak bisa dijual melalui e-katalog.

Dia mengatakan perlambatan kinerja LKPP kabarnya dikarenakan banyak perubahan yang sedang dilakukan. Namun, hal itu cukup mengganggu industri utamanya dalam upaya penyediaan alkes dalam penanggulangan wabah virus corona atau (covid-19).

“Katanya LKPP akan siap pada Juli tapi buat kami ini terlalu lama padahal di waktu yang sempit ini kami sedang banyak mengupayakan alkes untuk penanganan Covid-19 baik APD hingga ventilator,” katanya dalam rapat virtual dengan Komisi IX, Rabu (8/4/2020) seperti dilansir Bisnis.com.

Ade mengemukakan khusus untuk ventilator saat ini dia optimistis industri dalam negeri akan segera merampungkan prototype produk tersebut. “Tinggal masalahnya yakni nantinya akan diketahui komponen apa saja yang akan diperlukan untuk produksi.”

Alhasil, dia menilai akan menjadi pekerjaan rumah tambahan bagi industri lagi jika harus menunggu komponen atau bahan baku yang tidak ada di dalam negeri.

“Untuk ventilator kami sudah ada komunikasi dengan ITB dan BPPT, kami juga menjembatani industri yang produksi alkes ini dan saat ini terus berlangsung,” ujarnya.

Ditulis oleh : Anik Sulistyawati

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.