Di tengah melemahnya perekonomian akibat pandemi Covid-19, pemerintah Arab Saudi memanfaatkan hotel mewah sebagai tempat karantina bagi pelancong dan mereka yang terpapar virus corona.
JEDA.ID – Pandemi corona telah membuat perekonomian Arab Saudi melemah, terutama di bidang pariwisata, perhotelan, dan sejumlah maskapai penerbangan.
Dalam mengatasi hal ini, pemerintah setempat memutuskan untuk memanfaatkan hotel mewah sebagai tempat karantina para pelancong, mahasiswa luar negeri yang belajar di Arab Saudi, bahkan mereka yang terpapar virus corona.
Kabarnya, Pemerintah Arab Saudi telah menggelontorkan jutaan dolar untuk biaya sewa hotel mewah tersebut.
Setidaknya pada Minggu (12/4/2020) ada 1.900 kamar di Riyadh dan 2.800 kamar di Mekah, total ada 11.000 kamar hotel dan penginapan yang dipesan oleh Kementerian Pariwisata Riyadh. Pemerintah Arab Saudi terus mengeluarkan anggaran untuk hal tersebut meskipun pendapatan negara menurun.
Tak menyewa hotel, berikut langkah-langkah Arab Saudi mengendalikan dampak pandemi Covid-19 seperti dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (18/4/2020).
Biar Tak Lemas, Begini Tips Cara Jaga Stamina Selama Puasa
Selamatkan perekonomian dan warga negara
Akibat wabah corona yang terjadi di Arab Saudi sejumlah bisnis hotel di kawasan itu mengalami kemerosotan yang membuat para pengusaha putus asa.
Menyikapi hal itu, pemerintah menawarkan harapan bagi para pengusaha hotel untuk tetap bisa menjalankan bisnisnya. Yakni dengan memanfaatkan hotel-hotel yang kosong sebagai tempat karantina para pelancong, mahasiswa yang ada di sana, dan mereka yang terpapar virus corona.
Meskipun pemanfaatan hotel sebagai lokasi karantina pasien Covid-19 dinilai dapat merusak citra mereka, hal itu lebih baik dari pada membiarkan hotel kosong. Seperti mengutip dari ArabNews, Sabtu (18/4/2020) hal tersebut disampaikan oleh salah satu staff hotel.
“Ini lebih baik dibandingkan menjalankan hotel kosong. Pegawai sudah siap-siap diPHK dengan pemotongan hampir separuh gaji atau cuti tanpa gaji,” ungkapnya.
Quentin de Pimodan dari lembaga Research Institute for European and American Studies, kepada kantor berita AFP mengungkapkan lewat tindakan itu Pemerintah Arab Saudi melakukan dua hal sekaligus. Yakni menyelamatkan perekonomian serta menyelamatkan nyawa penduduknya.
“Arab Saudi bukanlah juara dalam hak asasi manusia, tetapi ingin memperlihatkan mereka memanjakan orang-orang yang dikarantina di hotel-hotel. Dengan langkah itu, mereka seperti membidik dua burung dengan sebutir batu—menyelamatkan hotel-hotel, industri pariwisatanya yang baru lahir serta warga negaranya.”
Pemerintah menggelontorkan dana jutaan dolar
Melansir dari Detik.com, Pemerintah Arab Saudi telah menggelontorkan jutaan dolar untuk biaya sewa hotel atau suite mewah yang menjadi tempat karantina. Misalnya, salah satu hotel bintang empat di pusat Riyadh dengan 100 kamar yang diisi oleh lima orang tamu saja.
Pemerintah Saudi menawarkan empat juta riyal Arab atau senilai 1,06 juta dolar dalam jangka waktu satu bulan. Hotel lain menerima 1,56 juta dollar AS untuk pemakaian dalam jangka waktu yang sama.
Layanan hotel mengalahkan hotel bintang lima di Eropa
Sejumlah pengelola hotel di sana mengatakan, orang-orang yang dikarantina memanfaatkan kebijakan Riyadh itu. Karena larangan keluar kamar, kebutuhan orang yang dikarantina dikirimkan ke kamar masing-masing dan biayanya ditagihkan ke pemerintah.
Hal tersebut dibenarkan oleh pelatih sepak bola Arab Saudi, Abdulhakeem Al-Tuwaijri yang menjalani karantina gratisnya di Mekah. Hal tersebut lantaran ia baru saja pulang dengan timnya dari kamp pelatihan sepak bola di Barcelona, Spanyol. Ia mengaku lebih merasa sedang liburan ketimbang sedang dikarantina.
Riyadh menempatkan dia di salah satu kamar mewah pada salah satu hotel di Mekkah. “Layanannya mengalahkan semua hotel bintang lima di Eropa,” ungkapnya.
Selain menerapkan kebijakan menyewa hotel sebagai tempat karantina, dan menghentikan jadwal penerbangan pesawat, Arab Saudi juga memberlakukan beberapa ketentuan.
Sengitnya Perdebatan Asal-Usul Virus Corona, Alami atau Buatan Manusia?
Lockdown wilayah perkotaan
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Arab Saudi menerapkan karantina wilayah (lockdown) dan larangan keluar-masuk 24 jam pada tujuh distrik di Kota Jeddah. Yakni Distrik Kilo 14 Junub, Kilo 14 Shimal, Ghulel, Al Gurayat, Kilo 13, dan Petromin sejak Sabtu (4/4/2020).
Pemberlakuan jam malam
Selain itu mereka juga menerapkan jam larangan keluar malam. Mereka diperbolehkan keluar hanya pada pukul 15.00-06.00 waktu setempat. Jam malam itu telah berlaku di semua bagian Riyadh, Mekkah dan Madinah, kecuali bagi mereka yang bekerja di sektor swasta atau pemerintah yang dibebaskan dari kebijakan itu.
Penduduk dewasa di Mekkah dan Madinah hanya diizinkan meninggalkan rumah mereka dalam keadaan darurat, seperti perawatan kesehatan atau membeli persediaan makanan. Jika terpaksa harus keluar dengan kendaraan roda empat, hanya diperbolehkan mengangkut satu orang penumpang dan sebisa mungkin membatasi kontak manusia.
Aplikasi online
Melansir dari Arab News, Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, Kolonel Talal al-Shalhoub juga mendorong masyrakat setempat untuk menggunakan aplikasi online guna memesan makanan dan persediaan bahan makanan. Menurutnya, cara itu dinilai praktik sejak jam malam diberlakukan di tiga kota suci itu.
Hentikan Kegiatan Umrah
Menteri Haji dan Umrah Mohammed Saleh Benten pada Selasa (1/4/2020) meminta umat Islam menunda persiapan untuk ibadah haji tahunan yang dijadwalkan pada akhir Juli karena pandemi virus corona.
Arab Saudi menghentikan kegiatan umrah karena corona. Sementara untuk kegiatan ibadah haji belum ada keputusan dan hingga sampai saat ini status pandemi corona belum dicabut.
Indonesia adalah salah satu negara dengan kuota haji terbanyak. Tahun 2020, Indonesia memiliki kuota jemaah haji 231.000. Jumlah itu terdiri dari 212.520 jemaah haji reguler dan 18.480 orang haji khusus.