Direktur Perguruan Tinggi Islam kaget karena mahasiswa UIN di 3 daerah yang kuat dengan basis keisalamannya ada di level bawah kemampuan baca tulis Alquran.
JEDA.ID–Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) merilis hasil penerilitan kemampuan baca tulis alquran mahasiswa dari 14 universitas Islam neheri (UIN) di Indonesia.
Hasilnya adalah indeks kemampuan baca Alquran tertinggi diraih UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan skor 3,94 (rentang 1 – 5). Sedang indeks terendah adalah UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru dengan skor 1,86.
Untuk kemampuan tulis Alquran, indeks tertinggi adalah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan skor 3,80. Lagi-lagi UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru menempati indeks terendah dengan 1,90.
“Secara umum kemampuan membaca dan menulis Alquran mahasiswa UIN di 14 kampus rata-rata bagus atau berkisar pada angka 3,19 untuk membaca dan 3,20 untuk menulis,” ujar Kabid Kajian dan Pengembangan Alquran Kemenang Abdul Aziz Sidqi sebagaimana tertulis di laman Kemenag.
Berikut data detail indeks kemampuan baca tulis mahasiswa UIN sebagaimana dikutip dari laman Kemenang, Kamis (7/11/2019).
Kemampuan Baca Alquran
- UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 3,94
- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 3,88
- UIN Walisongo Semarang 3,76
- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3,68
- UIN Alauddin Makassar 3,52
- UIN Antasari Banjarmasin 3,50
- UIN Sumatra Utara 3,48
- UIN Imam Bonol Padang 3,30
- UIN Sunan Ampel Surabaya 2,96
- UIN Raden Fatah Palembang 2,94
- UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2,86
- UIN Mataram Lombok 2,58
- UIN Ar Raniry Banda Aceh 2,38
- UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru 1,86
Kemampuan Tulis Alquran
- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 3,80
- UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 3,74
- UIN Walisongo Semarang 3,58
- UIN Alauddin Makassar 3,56
- UIN Sunan Gunung Djati Bandung 3,48
- UIN Sunan Ampel Surabaya 3,48
- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3,46
- UIN Raden Fatah Palembang 3,42
- UIN Antasari Banjarmasin 3,02
- UIN Sumatra Utara 3
- UIN Imam Bonol Padang 2,94
- UIN Ar Raniry Banda Aceh 2,82
- UIN Mataram Lombok 2,54
- UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru 1,90
Direktur Perguruan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Arskal Salim mengaku kaget dengan tiga UIN yang berada di level bawah dalam kemampuan mahasiswanya membaca dan menulis Alquran, yaitu UIN Ar Raniry Banda Aceh, UIN Mataram, dan UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.
“Saya surprise melihat hasil penelitian di tiga UIN yang berada pada level bawah. Ketiga UIN ini merupakan wilayah yang kuat dengan basis keislamannya,” ujar Arskal.
Menurut Arskal, penelitian BTQ menjadi penting untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kelemahan yang dialami oleh mahasiswa UIN atau perguruan tinggi kegamaan negeri lainnya.
“Saya harap penelitian ini bisa dikembangkan lebih jauh lagi kepada mahasiswa prodi umum di perguruan tinggi negeri. Apakah kemampuan baca tulis Alquran di perguruan tinggi umum itu seimbang dengan di UIN atau jauh lebih rendah,” tandas Arskal.
Kualifikasi Wajib
Penelitian yang dilakukan Kemenag itu mengambil responden mahasiswa UIN di 14 kampus. Mereka adalah mahasiswa UIN semester tiga sampai lima.
Responden yang dipilih adalah mereka mereka yang terdampak langsung dari Keputusan Dirjen Pendis Nomor 102 tahun 2019 yang menyatakan kemampuan baca tulis Alquran menjadi salah satu kualifikasi yang harus dimiliki.
Setiap UIN, diambil 50 mahasiswa yang menjadi responden dengan komposisi 25 mewakili prodi umum dan 25 mewakili prodi agama. Pengumpulan data dilakukan pada September 2019, dengan menggunakan empat instrumen yaitu tes kemampuan, kuosioner, wawancara, dan dokumentasi.
Abdul Aziz mengatakan indeks ini menunjukan bahwa kemampuan membaca dan menulis Alquran mahasiswa UIN tidak jauh berbeda. ”Meskipun ditemukan mahasiswa yang sama sekali tidak bisa baca Alquran berkisar 0,4 persen dan tidak bisa menulis 0,6 persen,” ujar dia.
Dia mengatakan rata-rata mahasiswa UIN sudah mampu mengenal huruf hijaiyah, izhar, ghunnah, qalqalah dan sebagainya. Abdul Aziz menjelaskan penelitian terkait kemampuan baca tulis Alquran di kalangan mahasiswa kali pertama dilakukan pada 2002.
Penelitian kedua ini dilatarbelakangi semakin banyaknya IAIN yang bertransformasi menjadi UIN. Ini menjadikan jurusan umum atau nonkeagamaan juga bertambah.
Dia mengatakan selain untuk mengetahui tingkat kemampuan baca tulis Alquran mahasiswa UIN, penelitian ini juga mengetahui faktor yang memengaruhi tingkat kemampuan baca tulis Alquran mahasiswa UIN.
Rekomendasi yang diharapkan dari hasil peneltian ini salah satunya adalah bahwa persoalan baca tulis Alquran di kalangan mahasiswa UIN pada dasarnya berakar dari persoalan pendidikan dasar Alquran di jenjang pendidikan sebelumnya yang belum berhasil dan tuntas.
“Kementerian Agama perlu melakukan standardisasi pendidikan Alquran di semua jenjang pendidikan agar persoalan tersebut dapat diselesaikan secara lebih efektif. Kemenag melalui Direktorat PD Potren juga diharapkan dapat menyinergikan kelembagaan TPA/TKA dengan penyelenggaraan BTQ di pendididkan formal,” ujar Abdul Aziz.