• Sat, 20 April 2024

Breaking News :

Penyebab Pasangan di Desa Ingin Punya Anak Lebih Banyak Dibandingkan di Kota

Keinginan punya anak banyak bagi pasangan di perdesaan bisa terlihat saat mereka menjawab jumlah anak minimal 2 orang dan maksimal 8 orang.

JEDA.ID–Berapa jumlah anak ideal menurut pasangan suami istri di Indonesia? Jawabannya bisa sangat beragam. Namun, penelitian menyebutkan pasangan suami istri di perdesaaan ingin punya anak lebih banyak dibandingkan pasangan yang tinggal di perkotaan.

Penelitian mengenai jumlah anak yang diinginkan pasangan suami istri di perdesaan dan perkotaan pernah dilakukan Oktriyanto dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dan Herien Puspitawati serta Istiqlaliyah Muflikhati, keduanya dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Penelitian mereka yang berjudul Nilai Anak dan Jumlah Anak yang Diinginkan Pasangan Usia Subur di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan dimuat di Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen pada 2015.

Mereka membuat dua kategori besar mengenai jumlah anak yang diinginkan istri selama masa hidupnya yaitu ingin memiliki anak kurang dari atau sama dengan dua serta lebih dari dua anak.

”Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,2 persen istri menginginkan jumlah anak lebih dari dua orang. Jumlah anak yang diinginkan minimum adalah satu orang dan maksimum adalah delapan orang,” sebut mereka sebagaimana dikutip Senin (16/12/2019).

Rata-Rata 3 Anak

anak-anak bermain

Ilustrasi anak-anak bermain

Bila dirata-rata, jumlah anak yang diinginkan dalam penelitian itu adalah 3 anak. Mereka menyebutkan tidak ada satupun istri yang tidak menginginkan anak.

Ketika mulai dibagi secara kewilayahan ada perbedaan signifikan antara jumlah anak yang diinginkan. Keluarga yang tinggal di perdesaan ingin punya anak lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang tinggal di perkotaan.

Frekuensi Hubungan Intim Suami Istri? Survei Membuktikan…

Keinginan punya anak banyak bagi pasangan di perdesaan bisa terlihat dari jumlah anak minimal dan maksimal. Mereka menjawab jumlah anak minimal 2 orang dan maksimal 8 orang.

Sedangkan pasangan di perkotaan menjawab jumlah anak minimal 1 orang dan maksimal 4 orang. Berikut data jumlah anak yang diinginkan pasangan sesuai tempat tinggal mereka.

Perdesaan

  • Kurang dari dan sama 2 anak 13,3%
  • Lebih dari 2 anak 86,7%
  • Rata-rata 4,07 anak
  • Minimal-maksimal 2-8 anak

Perkotaan

  • Kurang dari dan sama 2 anak 78,3%
  • Lebih dari 2 anak 21,7%
  • Rata-rata 2,22 anak
  • Minimal-maksimal 1-4 anak

”Meskipun keluarga di perdesaan pada umumnya ingin punya anak lebih banyak daripada keluarga di wilayah perkotaan, jumlah anak yang diinginkan pada sebagian dari keluarga di wilayah perdesaan khususnya yang bekerja di sektor pertanian telah mengalami perubahan,” sebut mereka.

Hal ini tidak lepas dari nilai anak yang menurun sehingga jumlah anak yang diinginkan juga menurun. Nilai anak merupakan nilai yang diperoleh orang tua yang terdiri atas nilai positif (manfaat) dan nilai negatif (kerugian dan biaya) ketika memiliki anak.

Dari penelitian ini diketahui nilai manfaat anak di mata pasangan di perkotaan dan perdesaan sama-sama tinggi. Ada 95% objek penelitian di perdesaan menilai nilai manfaat anak tinggi dan hanya 5% yang sedang.

Sedangkan pasangan di perkotaan merasa nilai manfaat anak tinggi sebanyak 66,7% dan 33,3% dengan nilai manfaat sedang.

”Dengan demikian, keluarga di wilayah perdesaan mempersepsikan anak lebih tinggi sebagai sumber manfaat dibandingkan keluarga di wilayah perkotaan.”

Alasan Generasi Milenial Tunda Pernikahan

Kondisi berbeda untuk nilai biaya yang artinya biaya yang harus dikeluarkan saat memiliki anak. Di perkotaan, nilai biaya yang paling banyak adalah sedang yaitu 41,7%, rendah 35%, dan tinggi 23,3%. Di perdesaan nilai biaya anak tetap didominasi rendah yaitu 90%, baru sedang 8,3%, dan tinggi 1,7%.

Mengapa keluarga di perdesaan ingin punya anak lebih banyak dibandingkan di perkotaan? Menurut Schultz (1997), seseorang yang memiliki lahan pertanian yang luas biasanya ingin punya anak yang relatif tinggi.

Sebab, orang tua akan menutup biaya melahirkan anak dengan menggunakan anak untuk menggantikan mahalnya menyewa buruh tani. Biaya bersih anak (net costs of children) di perkotaan dianggap lebih tinggi karena ada pekerjaan yang kurang produktif di sana untuk anak dalam keluarga, seperti biaya makanan, tempat tinggal, dan biaya kursus yang lebih besar.

Jumlah Anak Keluarga Kaya

punya anak banyak

Ilustrasi keluarga di perkotaan (Freepik)

Tiga peneliti itu juga menyimpulkan keluarga dengan pendapatan tinggi dalam penelitian cenderung menginginkan jumlah anak lebih sedikit daripada keluarga dengan pendapatan lebih rendah.

Keluarga dengan pendapatan tinggi biasanya lebih mengutamakan kualitas daripada jumlah anak. Menurut Easterlin (1975), orang tua yang lebih memberikan penekanan pada kualitas anak maka akan mengorbankan jumlah anak yang diinginkan.

Dengan penghasilan tinggi, orang tua akan memberikan pendidikan dan keterampilan (kursus musik, les bahasa Inggris, dan sebagainya) anak dengan sebaik-baiknya daripada orang tua dengan pendapatan rendah.

Menurut Bryant (1990) pasangan kaya akan mempunyai anak lebih sedikit daripada pasangan miskin tetapi menghabiskan uang lebih banyak daripada pasangan miskin.

Dari penelitian itu, mereka menyarankan pemerintah lebih menggalakkan program Keluarga Berencana khususnya di keluarga perdesaan. Sebab, keinginan punya anak lebih banyak ada di pasangan perdesaan.

5 Kontrasepsi Pilihan Suami Istri Indonesia

Selain dari geografi, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 juga mengungkapkan suami ingin punya anak lebih banyak dibandingkan istri.

Dalam survei itu, secara rata-rata laki-laki berusia 15-54 tahun yang sudah menikah menyebutkan jumlah anak ideal adalah 2,9 anak.

Sedangkan perempuan menikah usia 15-49 tahun, rata-rata jumlah anak ideal adalah 2,6 anak. Dari tahun ke tahun, jumlah anak ideal versi perempuan menunjukkan tren penurunan.

Pemerintah mengingatkan keinginan punya anak banyak harus mempoertimbangkan banyak hal salah satunya adalah kesehatan yang berkaitan dengan risiko kematian.

Ditulis oleh : Danang Nur Ihsan

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.