Masa kejayaan bangsa-bangsa Arab disebut-sebut juga mengadopsi bentuk kepemimpinan King of the Kings.
JEDA.ID – Runtuhnya Kerajaan Agung Sejagat dan Sunda Empire rupanya belum cukup membuat pelaku serupa jera. Netizen kembali menemukan satu lagi “Singgasana Raja” yang kali ini bernama King of the King.
King of Kings sebenarnya bukan istilah yang baru. Dunia barat kerap mengibaratkan kepemimpinan di Kekaisaran Sasania (sebelum Masehi) atau Kekaisaran Persia dengan istilah King of the Kings.
Setidaknya hal ini diungkapkan Nathanael J Andrade dalam bukunya Syrian Identity in the Greco-Roman World (2013). Istilah serupa juga dipakai pada kerajaan-kerajaan di periode Hellenistik atau masa setelah penaklukan Aleksander Agung pada 323 SM.
Masa kejayaan bangsa-bangsa Arab disebut-sebut juga mengadopsi bentuk kerajaan semacam ini. Philip K Hitti mencatat dalam bukunya History of the Arabs, gelar King of The Kings ini diadopsi oleh Adud al-Dawlah (949-983 M) pada dinasti Buwaihi. Gelar ini juga kerap disebut sebagai Malik Al-Muluk.
Adud adalah pemimpin pertama dalam sejarah bangsa Arab yang menyandang gelar King of the Kings ini. Ketika menyang gelar ini, Adud memanfaatkannya untuk terus mengembangkan kekhalifahannya, ia bahkan mempercantik kerajaannya di Baghdad, Irak. Gelar King of The Kings ini kemudian juga dipakai untuk dinasti-dinasti kekhalifahan di Turki.
Merujuk laman ensiklopedia Britannica, gelar King of The Kings atau Raja Diraja, artinya adalah “Rajanya para Raja”‘. Salah satu yang menyandang gelar King of The Kings ialah raja Persia, Cyrus II yang Agung, memerintah dari tahun 559 hingga 529 SM.
Ada juga Xerxes I, raja keempat dari Akhemeniyah di Kekaisaran Persia yang memimpin pada 486 hingga 465 SM. Xerxes bahkan dengan terang-terangan membanggakan gelar King of The Kings ini.
Gelar King of The Kings ini kemudian dipakai oleh Raja Iran Mohammad Reza Pahlavi, ia dipanggil dengan julukan Shah Iran pada tahun 1941. Selain itu, masih menurut penjelasan Encyclopedia Britannica, gelar ini juga pernah digunakan di Afghanistan hingga negara-negara lain di Asia tengah.
Kamehameha: Antara Hawaii, Dragon Ball, dan Sunda Empire
King of the King Tangerang
Namun, kerajan baru ini sangat berbeda. King of the King yang belakangan muncul di Tangerang hingga Kalimantan Timur ini ada perbedaan penulisan.
Di Indonesia, pihak yang menggunakan gelar menuliskan “King of the King”, atau jika diartikan secara kaku “Raja dari Raja (tunggal)”, bukan “King of the Kings” yang berarti “Raja dari para Raja (jamak)”.
King of the King mengklaim memiliki uang sebesar Rp60.000 triliun dan menjanjikan akan melunasi utang negara.
Harta kekayaan tersebut diklaim sebagai aset peninggalan Soekarno yang diwariskan kepada King of The King Mr Dony Pedro. Selain akan melunasi utang negara, ia juga mengklaim akan membagikan kekayaannya untuk warga.
Pada spanduk yang dipasang di Kecamatan Taktakan, Kota Serang, tertulis janji-janji King of The King kepada para pengikutnya. Belakangan spanduk tersebut telah dicopot oleh aparat setempat.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Selamat Datang di Kota Serang King of The King. YM Soekarno, Mr Dony Pedro. Preisden Direktur Bank UBS, Presiden PBB, Presiden MI. Pembukaan Aset Amanah Allah SWT Allahu Akbar Yang Maha Agung Pada Tanggal 25 November 2019 s/d 30 Maret 2020 untuk Melunasi Seluruh Hutang-Hutang Negara, Menyelesaikan dan Melaksanakan Dana Ampera, Menuju Kesejahteraan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (KNKRI)” demikian isi tulisan di spanduk itu.
Lantas, berapa besaran utang RI saat ini yang harus dibayar oleh King of The King? Kementerian Keuangan mencatat utang yang dimiliki oleh Indonesia telah mencapai Rp4.778 triliun hingga akhir 2019. Utang tersebut telah bertambah sebesar Rp359,7 triliun sepanjang 2019.
Meski terbilang tinggi, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan rasio utang sebesar 29,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) masih dalam kondisi aman.
Pada utang periode Agustus 2019, utang tersebut diperoleh melalui pinjaman dengan porsi sebesar 17,06 persen dan lelang Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 82,94 persen.
Sepanjang tahun 2019, pemerintah telah mencatatakan realisasi pembayaran bunga utang mencapai 99 persen atau senilai Rp275,5 triliun dari pagu anggaran sebesar Rp275,8 triliun.
Konsep De Heeren XVII VOC yang Diklaim Sunda Empire
King Juanda
Pada spanduk berwarna dasar biru itu terdapat tulisan Ketua Umum King of The King Juanda. Sementara Ketua King of The King Provinsi Banten dijabat oleh Syiria Mangga Nata.
Sedangkan Kerajaan King of The King Cabang Kota Serang dipegang oleh Tarmidi. Tak tertulis pula struktur organisasi itu hingga ke kecamatan setempat.
Pada spanduk tersebut terdapat gambar Presiden pertama RI Soekarno berlatar sosok mitologi Jawa, yakni Nyi Roro Kidul.
Bagian kanan spanduk terdapat foto sejumlah orang dan potret tiga pengurus King of The King yakni Pimpinan Ketua Umum IMD Juanda dan Pimpinan Provinsi Banten IMD Syrus Manggu Nata.
Lalu pada pojok kanan bawah terdapat tulisan “Lembaga Negara yang Mau Menurunkan Baliho Harus Atas Perintah Presiden PBB, UBS, MI Presiden RI Ir Joko Widodo. Demikian Agar Jadi Perhatian Bagi Semua Pihak”.
Sebelumnya, spanduk yang sama juga terdapat di Kelurahan Poris Plawad, Kecamatan Cipondoh, Tangerang, Banten.
Tren Bikin Keraton, dari Mumet Mikir Utang hingga Rawat Tradisi