• Wed, 24 April 2024

Breaking News :

Moewardi, Dokter Pejuang yang Dekat dengan Rakyat Kecil

Dokter Moewardi merupakan sosok pahlawan tangguh, pejuang kesehatan dan kemerdekaan yang bernama Dr. Moewardi.

JEDA.ID – Sejak virus corona mewabah dan telah menyerang ribuan orang di Indonesia, mungkin Anda sering mendengar nama dokter Moewardi.

Ya, dr. Moewardi merupakan nama sebuah rumah sakit umum daerah (RSUD) yang terletak di Kota Solo, Jawa Tengah. Selain itu, RSUD dr. Moewardi juga merupakan salah rumah sakit rujukan pasien virus Covid-19 di Solo dan sekitarnya.

Di balik nama itu, ada sosok pahlawan tangguh, pejuang kesehatan dan kemerdekaan yang namanya sangat lekat di masyarakat Solo dan sekitarnya.

Melansir dari Wikipedia, Jumat (24/4/2020) Moewardi adalah seorang laki-laki kelahiran Pati, Jawa Tengah pada 30 Januari 1907. Ia merupakan anak ke tujuh dari pasangan Sastrowardojo dan Roepeni, yang bekerja sebagai guru.

Mengungkap Rahasia Manfaat Puasa Bisa Bikin Tubuh Sehat

Pendidikan

Pada 1921, ayah Moewardi menyekolahkannya di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera di Jakarta. Dilansir dari laman Kemendikbud.go.id, selain menjalani hari-hari di bangku sekolah, Moewardi juga aktif di gerakan kepanduan dan organisasi lain. Namun, karena aktif berorganisasi inilah, sekolahnya sedikit terbengkalai dan kelulusannya terus tertunda.

Setelah 12 tahun menempuh pendidikan, Moewardi baru lulus pada tahun 1933. Setelah lulus ia kemudian menjadi asisten dokter dan berhasil bekerja di rumah sakit swasta di Jakarta selama lima tahun.

Aktif organisasi

Selama mengikuti kegiataan kepramukaan, Moewardi dikenal sebagai seorang pandu yang aktif dan disiplin. Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai pandu, Moewardi mempunyai prinsip pandu yang satu menjadi saudara untuk pandu yang lainnya.

Hal inilah yang menjadi kesepakatan bahwa Pandu Kebangsaan, Pandu Sumatra, Indoneisch nationale Padvinders Organisatie melebur jadi satu organisasi kepanduan dengan nama Kepanduan Bangsa Indonesia. Oraganisasi tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Pramuka di Indonesia.

Selain aktif di kepramukaan, pemuda yang juga sempat mengenyam pendidikan di Netherland Indische Arts School ini juga aktif dalam pergerakan pemuda Jong Java. Ia terpilih menjadi ketua umum, organisasi tersebut. Namun setelah perkumpulan ini dibubarkan oleh Jepang, Moewardi membentuk Barisan pelopor dan dipercayai sebagai pemimpin Barisan Pelopor Kotapraja Jakarta.

Ekonomi Terpuruk, Kenapa Enggak Cetak Uang untuk Rakyat Saja?

Mengawal proklamasi kemerdekaan

Keaktifan Moewardi tidak sampai di situ saja, ia juga aktif di dunia jurnalistik dan menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Jong Java pada tahun 1922. Lalu pada Kongres Pemuda Nasional yang diadakan pada 28 Oktober 1928 di Jakarta. Moeswardi terpilih menjadi salah satu utusan Jong Java untuk ikut mengikrarkan Sumpah Pemuda.

Waktu itu, Moewardi didapuk sebagai penanggung jawab keamanan. Potretnya berdiri di sisi kiri Presiden Soekarno yang sedang membacakan teks proklamasi. Sesaat setelah pasangan Soekarno-Hatta menjadi pemimpin tanah air, sang presiden pun meminta Moewardi untuk menjabat sebagai menteri pertahanan.

Namun, Moewardi yang berprofesi sebagai seorang dokter itu menolak dan memilih untuk tetap melanjutkan pekerjaan yang ditekuninya selama itu. Meski demikian, Moewardi tetap aktif dalam perkumpulan Barisan Pelopor. Dan saat markas Barisan Pelopor berganti nama menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia, Moewardi pun menjadi pemimpin umum.

Dokter “Gembel”

Terlahir dari kalangan berada dan berprofesi menjadi dokter tak membuat Moewardi sombong, justru melalui profesinya itu ia menjadi gemar menolong orang lain. Tak hanya itu, Moewardi juga dikenal dekat dengan golongan bawah. Bahkan pada 1930, namanya terkenal di seantero wilayah Tanah Abang sebagai Dokter Gembel.

Hal tersebut karena Moewardi lebih senang bergaul dengan kalangan rakyat kecil atau “gembel” dari pada kalangan golongan atas. Moewardi akan datang ke rumah pengemis ataupun gembel yang membutuhkannya, meskipun ia harus melakukan perjalanan yang jauh.

Ikut berperan melawan penjajah

Selain menjadi dokter dan mengobati tentara yang terluka pada setiap pertempuran, Moewardi juga ikut berperang melawan penjajah. Pada 13 Agustus 1945 saat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, Moewardi melepaskan pekerjaannya sebagai dokter THT. Ia mencurahkan 100 persen tenaganya untuk ikut dalam perjuangan kemerdekaan di dalam barisan pelopor.

Tak hanya itu, Moewardi juga menyediakan rumah pribadinya di Jalan Cik Di Tiro No. 7 Jakarta sebagai markas untuk mengadakan rapat mempersiapkan strategi kemerdekaan Indonesia. Bahkan kala itu, Moewardi rela menjual beberapa barang miliknya untuk perjuangan para pemuda.

Agar Tetap Aman, Perhatikan Tips Menyimpan Makanan Saat Ramadan

Tidak ditemukan jasadnya

Siapa yang menyangka, akhir hidup Moewardi bukan merupakan kisah yang indah untuk dikenang. Dalam buku Madiun 1948: PKI Bergerak dituliskan bahwa pada tanggal 13 September 1948. Ketika ia sedang sibuk mengoperasi seorang anak di Rumah Sakit Jebres, pintu kamarnya diketuk. Setelah itu empat orang pemuda masuk dan bilang pada Moewardi kalau di luar sana ada seseorang yang terluka parah.

Tanpa kecurigaan Moewardi keluar dari kamarnya dan mengikuti pemuda-pemuda tesebut. Namun setelah sampai di luar, ternyata ia ditodong dengan senjata dan dibawa kabur dengan sebuah mobil open-kap berwarna hijau. Kendati demikian, untuk mengenang jasanya, Moewardi mendapat gelar pahlawan nasional pada 1964.

Bahkan pada 10 November 1988, namanya juga digunakan sebagai nama rumah sakit yang yang berada di Kota Solo, yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Jebres, tempat ia pernah menjadi dokter di sana.

Ditulis oleh : Ria Sari Febrianti

Menarik Juga

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.