Gejala kanker otak glioblastoma bisa berasal dari membengkaknya bagian otak, karena adanya cairan di sekitar jaringan tumor.
JEDA.ID – Drumer grup band legendaris Rush, Neil Peart, meninggal dunia di usia 67 tahun. Neil Peart diketahui tengah berjuang melawan Glioblastoma selama kurang lebih tiga setengah tahun.
Perwakilan Neil Peart, Elliot Mintz, mengumumkan kematian personel Rush itu di rumahnya, Santa Monica, seperti dilansir Associated Press, Sabtu (11/1/2020). Band yang menaungi Peart pun memposting pesan di Twitter, mengkonfirmasikan berita tersebut.
“Dengan hati yang hancur dan kesedihan yang paling dalam kita harus berbagi berita mengerikan bahwa teman, saudara, dan teman band kita selama 45 tahun, Neil Peart, telah berjuang selama 3,5 tahun melawan Glioblastoma,” kata Rush.
Dari tweet tersebut diketahui Peart memiliki kanker otak Glioblastoma. Neil diketahui telah berjuang selama 3,5 tahun melawan penyakit tersebut.
Glioblastoma dikenal sebagai kanker otak paling ganas. Penyakit yang sama juga merenggut nyawa penyanyi sekaligus komedia Tanah Air, Agung Hercules. Sebelum meninggal Kamis (1/8/2019), Agung Hercules diketahui sudah setahun berjuang melawan kanker otak tahap akut itu.
Glioblastoma adalah salah satu dari empat tipe kanker glioma atau jenis tumor yang biasanya muncul di otak atau tulang belakang. Glioblastoma adalah tipe kanker otak paling ganas yang umumnya menyerang orang dewasa. Pertumbuhannya sel kankernya sangat agresif dan menyebar dengan cepat.
Mengutip laman WebMD, glioblastoma terbentuk dari sel-sel berbentuk bintang di otak yang disebut astrocytes. Pada orang dewasa, kanker ini bisanya muncul di bagian terbesar otak atau cerebrum.
Salah satu alasan pertumbuhan Glioblastoma begitu cepat karena kanker ini memiliki suplai darah sendiri. Sel-sel kanker ini sangat mudah menyerang jaringan otak normal.
Penyebab dan Gejala
Laman National Organization of Rare Disorder menyebut penyakit keturunan langka seperti sindrom Turcot, Li-Fraumeni syndrome, dan neurofibromatosis telah dikaitkan dengan kejadian tumor ganas ini. Namun, amat sangat sedikit dari penyakit tersebut yang mengakibatkan glioblastoma.
Tumor ganas stadium 4 ini terjadi pada 3 dari 100.000 orang di Amerika Serikat per tahun. Rata-rata, penyakit ini terdiagnosis pada usia 64 tahun dengan persentase pada pria sedikit lebih tinggi dibandingkan wanita.
Meski tak diketahui penyebabnya, terdapat beberapa faktor yang bisa membuat seseorang berisiko terhadap penyakit ini, di antaranya:
- Usia: Risiko glioblastoma meningkat pada kelompok usia dewasa 45-65 tahun.
Paparan radiasi: Paparan radiasi bisa memicu pertumbuhan sel kanker. - Pekerjaan: Pekerja di pabrik karet sintesis, penyulingan minyak bumi, serta pekerjaan yang sering terpapar vinyl klorida atau pestisida.
- Riwayat keluarga: Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kanker otak meningkatkan risiko glioblastoma.
Gejala kanker otak glioblastoma bisa berasal dari membengkaknya bagian otak, karena adanya cairan di sekitar jaringan tumor. Gejala yang muncul bisa berbeda-beda.
Secara umum, gejala glioblastoma meliputi sakit kepala yang tak kunjung hilang
Penglihatan ganda atau kabur, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, perubahan mood, penurunan kemampuan berpikir hingga kejang-kejang.
Apabila tumor ini berkembang hingga mengenai saraf-saraf tertentu, penderitanya juga dapat mengalami beberapa gejala seperti lemas atau perubahan mimik wajah, hilangnya koordinasi, atau bahkan kemampuan mengingat.
Pada kondisi tertentu, lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena. Hal ini menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan adalah lokal, seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang.
Tak Hanya Agung Hercules, Ada Ribuan Penderita Kanker Otak di Indonesia
Gejala Spesifik
Mengutip Doktersehat.com, fungsi otak berbeda-beda di setiap bagiannya maka untuk mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi, seperti:
Tumor korteks motorik: Gejala dapat berupa gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang Jacksonian, gejala penyakit epilepsi yang dimula dari pada satu bagian tubuh tertentu.
Tumor lobus oksipital: Menimbulkan gejala yang terkait pengelihatan seperti, hemianopsia homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
Tumor serebellum: Menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya berjalan sempoyongan, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan bola mata nistagmus horisontal.
Tumor lobus frontal: Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa sensual.
Tumor sudut sereboponti
- Biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak
- Pertama, tinnitus dan vertigo, dan diikuti dengan gangguan saraf pendengaran yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf kranial ke-8)
- Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (gangguan saraf kranial ke-5)
- Terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf cranial ke-7)
- Karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
Tumor intrakranial: Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, kebingungan, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma dan metastase serebral dari bagian lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan lokasinya, karena tumor-tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent area) dari otak –area yang di dalam fungsinya tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Kenali 6 Gejala Kanker Otak, Laki-Laki Lebih Rentan