Taqy Takazawa merupakan seorang seniman tato dan melalui proses panjang sebelum menjadi mualaf dan imam masjid di Jepang.
JEDA.ID – Kisah hidup Taqy Takazawa, 48, imam masjid di Jepang ini penuh lika-liku sebelum akhirnya menjadi mualaf dan mengganti nama menjadi Sheikh Abdullah Taqy Takazawa.
Sebelum menjadi mualaf, Taqy Takazawa berpenampilan menakutkan dengan rambut gondrong dan tubuh dipenuhi tato. Ia menjadi seniman tato selama 20 tahun. Ketertarikannya kepada tato dimulai sejak di bangku SMA.”Saya hanya satu tahun di SMA, tidak lulus. Lalu sekitar tahun 1992 saya mulai menekuni sendiri cara mentato orang. Semua saya pelajari sendiri, tidak pernah belajar dari orang lain. Mungkin inilah karakter saya ya,” jelasnya seperti dilansir sebuah media online.
Namun penampilan dan masa lalunya sempat memunculkan kabar bahwa dirinya merupakan mantan anggota mafia di Jepang. Padahal hal itu sama sekali tidak benar.
“Saya bukan yakuza dan tak pernah jadi yakuza. Dulu saat kecil memang saya anak berandalan, nakal seperti anak nakal lainnya. Namun saya tidak pernah masuk jadi anggota yakuza dan tidak juga sekarang,” kata Sheikh Abdullah Taqy Takazawa atau Taku Takazawa dalam sebuah wawancara media online.
Taqy ingin meluruskan mengenai dirinya yang banyak diberitakan sebagai mantan anggota yakuza. “Selama menjadi seniman tato atau mentato orang, hanya satu anggota yakuza yang saya tato. Itu pun belum selesai sudah kabur karena kesakitan, dia tak tahan,” katanya.
Jadi pada umumnya orang yang ditato adalah orang umum biasa, bukan pula para anggota yakuza.Takazawa mengakui tak tahu dari mana berita dan informasi yang muncul sehingga pemberitaan mengenai dirinya banyak yang tidak benar.
Jangan Panik, Ini Langkah yang Harus Dilakukan Jika Positif Covid-19
Tidak Sengaja
Semua tato masih ada ditubuhnya namun ia tutupi dengan baju lengan panjang. Melansir dari Islamicmovement, Sabtu (28/3/2020) perkenalan Takazawa dengan Islam berlangsung dengan tidak sengaja. Yakni, berawal ketika dirinya sedang ada urusan di wilayah Shibuya, Jepang.
Takazawa melihat seseorang dengan kulit putih dan berjanggut putih. Orang itu mengenakan baju dan turban yang juga berwarna putih. “Orang itu memberikan sebuah kertas dan menyuruh saya untuk membaca kalimat yang tertera di dalamnya,” ujarnya.
Kertas itu ternyata berisi dua kalimat syahadat, pengakuan pada keesaan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya. Seperti kebanyakan penduduk Jepang, saat itu Takazawa masih menganut aliran kepercayaan Shinto (agama asli orang Jepang yang percaya dengan dewa-dewa). Sehingga saat itu ia kesulitan untuk memahami keseluruhan maksud dari dua kalimat syahadat tersebut.
Namun diakuinya, ia pernah sekilas mendengar nama Allah SWT dan Muhammad SAW. Pertemuan Takazawa dengan orang serba putih itu ternyata begitu membekas di ingatannya. Ia pun terus mencari tahu makna di balik pesan dua kalimat syahadat yang diterimanya.
Siap-siap Dibikin Melayang, Pria-Pria dari 10 Negara Ini Dikenal Romantis!
Imam Masjid Nabawi
Hingga akhirnya, dalam pencarian tersebut Takazawa mendapatkan hidayah dan memutuskan untuk menjadi seorang mualaf pada 2006. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, ia kemudian mengganti namanya menjadi Sheikh Abdullah Taqy Takazawa. Jadi, nama Abdullah yang berarti Hamba Allah SWT tersebut ditambahkan di depan namanya.
Hal tersebut dilakukan agar identitas keislamannya pun makin mengakar dalam dirinya. Takazawa mengaku bangga dengan nama dan agama baru yang dianutnya. Tak disangka, dua tahun setelah memeluk Islam, ia bertemu kembali dengan sosok pria serba putih yang mengubah hidupnya.”Ternyata dia adalah salah seorang Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengannya,” kata Takazawa.
Setelah pertemuan kedua itu, Imam Masjid Nabawi kemudian meminta Takazawa untuk melaksanakan ibadah haji dan menimba ilmu di Kota Mekah selama beberapa bulan. Tidak hanya itu, ia juga melakukan ibadah haji ke Mekah atas undangan pemerintah Arab Saudi pada tahun 2008. Setelah itu, ia melanjutkan studi dan melakukan dakwah selama berada di Arab Saudi.
Saat Takazawa berada di Madinah ia bahkan pernah menjadi Imam di Masjid Nabawi. Sepulangnya dari Arab Saudi, Takazawa dipercaya untuk menjadi salah satu di antara lima Imam di sebuah masjid besar di wilayah Kabukicho, Tokyo, Jepang. Suara indahnya ketika mengumandangkan azan bisa terdengar hingga seantero Tokyo tiap kali waktu salat tiba.
Tidak hanya salat, memeluk agama Islam berarti juga harus menjalani ibadah lain seperti puasa selama Ramadan. Demikian juga dengan Takazawa. Sejak memutuskan menjadi muslim, ia selalu menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. Kabarnya, imam besar masjid Jepang tersebut juga menjalankan ibadah puasa Senin-Kamis. (Ria Sari Febrianti)