Pulau Bungin yang seluas sekitar 1,5 kilometer persegi dihuni sekitar 3.149 jiwa sebagian besar berasal dari Bugis. Ada dari Sumbawa, Sasak, dan Jawa.
JEDA.ID–Pulau Bungin di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu pulau terpadat di dunia. Pulau ini hanya memiliki luas 1,5 kilometer persegi dan dihuni lebih dari 3.000 jiwa.
Pulau Bungin menjadi salah satu desa di Kecamatan Alas, Sumbawa yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Kota Sumbawa Besar. Untuk mencapai pulau ini tersedia perahu motor yang hilir mudik antara Pulau Bungin dan Dermaga Alas atau melalui darat dengan kendaraan bermotor.
Sebagaimana dikutip dari laman Pemkab Sumbawa, Selasa (8/10/2019), pulau ini dikenal sangat aman karena sejauh kehidupan masyarakatnya selalu aman dan damai.
”Di pulau ini tidak akan ditemui lahan pertanian, perkebunan maupun peternakan. Lahan-lahan yang ada dimanfaatkan untuk membangun rumah tinggal,” tulis Pemkab Sumbawa.
Untuk membangun rumah baru, mereka harus bergotong-royong dengan cara menyusun batu karang yang telah dikumpulkan sebelumya. Ketiadaan lahan di atas membawa keunikan tersendiri.
Hewan ternak berupa kambing milik penduduk pulau ini tidak hanya memakan dedaunan, tetapi juga kertas, ikan laut, dan kain-kain baju yang telah robek.
Fakta unik Pulau Bungin lainnya tersaji dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumbawa. Di data BPS, Kecamatan Alas dalam Angka 2018 disebutkan luas Pulau Bungin adalah 1,5 km2 dan dihuni 3.149 jiwa.
Artinya kepadatan penduduk di pulau ini adalah 2.091 jiwa/km2. Meski dinobatkan sebagai pulau terpadat di dunia, Desa ini bukan paling padat di Kecamatan Alas.
”Kepadatan tertinggi di Desa Baru dan kepadatan terendah di Desa Marente. Sementara itu Desa Pulau Bungin sebagai pulau terpadat di dunia menempati urutan ketiga sebagai desa terpadat di Kecamatan Alas,” sebut BPS Sumbawa.
Penduduk Pulau Bungin sebagian besar berasal dari suku bangsa Bugis. Ada 2.233 jiwa dari suku Bugis/Bajo, 787 jiwa dari suku Sumbawa, 90 jiwa dari suku Sasak, dan 39 asal suku Jawa.
Pada 2017, pulau itu dihuni 748 rumah tangga dan rata-rata tiap rumah tangga ada 4 orang. Berdasarkan data BPS, di pulau terpadat di dunia ini ada 57 kios milik warga dan 7 warung makan, serta ditambah 15 pedagang keliling yang kerap menyusuri padatnya permukiman warga.
Rumah Anyaman Bambu
BPS menyebut rumah warga Pulau Bungin sebagian besar berupa anyaman bambu. Dari 748 rumah di pulau itu, sebanyak 644 rumah dindingnya berupa anyaman bambu. Sisanya 28 rumah tembok dan 76 rumah papan/kayu.
Sedangkan lantai rumah didominasi kayu yaitu 644 rumah. Sisanya 28 rumah alasnya berupa keramik dan 76 rumah alasnya dari tegel/ubin/semen. Dalam pelayanan pendidikan, di pulau ini ada 1 TK dan 2 SD.
Sarana kesehatan yang tersedia adalah 1 puskesdes/pustu, 1 praktik dokter, dan 3 posyandu. Di desa ini ada 3 bidan desa dan dua dukun bayi yang kerap melayani persalinan penduduk.
Mengenai sumber air, sebagian besar warga memanfaatkan air ledeng/PAM yaitu 726 rumah tangga, sisanya 22 rumah tangga dari air isi ulang. Sebagai daerah padat, sanitasi menjadi hal penting.
BPS menyebut mayoritas rumah tangga di Pulau Bungin tidak menggunakan jamban/kakus. Ada 548 rumah tangga yang tidak menggunakan jamban. Sisanya sebanyak 50 keluarga menggunakan jamban pribadi, 14 keluarga pakai jamban bersama, dan 143 keluarga pakai jamban umum.
Warga Bungin paling suka menernakkan kambing dibandingkan hewan ternak lainnya. Di pulau ini ada 160 ekor kambing. Untuk unggas, ada ayam buras dan itik yang banyak diternakkan warga.
Untuk mobilitas penduduk, perahu menjadi alat transportasi utama di pulau ini. Di Pulau Bungin ada 27 perahu bermotor dan 120 perahu tanpa motor. Ada pula 11 ojek motor dan 3 unit bemo.
Karena pulaunya hanya seluas sekitar 1,5 km2, jalan di pulau ini tidak terlalu panjang. Tidak ada jalan aspal di Pulau Bungin. Adanya jalan diperkeras sepanjang 1,5 km dan 0,5 km yang berupa tanah.