Sebanyak 43 maskapai terancam bangkrut. Diperkirakan ada banyak maskapai lainnya bakal menyusul nasib 43 maskapai yang di ambang kebangkrutan ini.
JEDA.ID-Sebanyak 43 maskapai terancam bangkrut. Ke-43 maskapai terancam bangkrut itu lantaran terkena dampak pandemi corona.
Diperkirakan masih banyak maskapai lain yang akan menyusul nasib ke-43 maskapai terancam bangkrut tersebut. Waduh!
Dukungan pemerintah di seluruh negara kepada masing-masing maskapai penerbangannya telah menghentikan beberapa maskapai dari kebangkrutan. Namun, para ahli penerbangan memprediksi akan banyak maskapai jatuh ke jurang kebangkrutan dalam beberapa bulan mendatang.
Perusahaan analisis industri travel mengungkap setidaknya ada 43 maskapai komersial di ambang kebangkrutan sejak Januari 2020. Sejumlah maskapai itu terancam bangkrut setelah menghentikan seluruh operasinya.
“Tanpa intervensi dan dukungan pemerintah, kami akan mengalami kebangkrutan massal dalam enam bulan pertama krisis ini, “kata analis Sobie Aviation Brendan Sobiei, dikutip dari CNBC dan ditulis detikcom, Jumat (9/10/2020).
Sobie mengatakan banyak maskapai penerbangan sudah terpuruk dan berjuang sebelum pandemi melanda, tetapi mereka sekarang memiliki kesempatan lebih baik untuk bertahan hidup jika mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Meskipun ada bantuan keuangan, bagaimanapun prospek sisa tahun 2020 tidak terlihat bagus. Banyak kegagalan yang terjadi pada maskapai penerbangan beberapa bulan terakhir. Bagi maskapai kuartal-I dan kuartal-II 2020 menjadi kondisi yang paling sulit. Meski pendapatan mulai membaik pada kuartal-II dan III.
Harapan maskapai penerbangan saat ini bagaimana perusahaan bisa bertahan dengan biaya berapa pun. Mereka juga berharap 2021 menjadi tahun penuh dengan solusi agar permintaan lebih tinggi.
Pemerintah Dinilai Enggan Beri Jaminan
Sobie setuju dengan prediksi tersebut, dan mengatakan beberapa pemerintah mungkin enggan untuk memberikan jaminan kepada maskapai penerbangan untuk kedua kalinya.
“Tapi saya tetap tidak mengharapkan kebangkrutan massal. Jumlah kebangkrutan dan keruntuhan harus bisa dikelola dan juga tersebar dalam jangka waktu yang relatif lama, “ujar Sobie.
Dari 43 maskapai penerbangan yang gagal pada 2020 sejauh ini, 20 di antaranya mengoperasikan setidaknya 10 pesawat. Akibatnya, jumlah pesawat yang lebih tinggi juga berhenti beroperasi. Sejauh ini, sekitar 485 pesawat telah menganggur karena kegagalan maskapai, Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan pada 2019 dengan 413 pesawat terhenti dan 2018 sejumlah 406 pesawat.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional pekan ini memperingatkan bahwa industri akan menghabiskan US$77 miliar setara Rp1.100 triliun (Rp14.700) dalam bentuk tunai pada paruh kedua tahun 2020.
Thai Airways Bangkrut, Bertahan “Hidup” dari Buka Restoran hingga Jual Gorengan
Seterusnya mungkin, mengalami kerugian sekitar US$5 miliar (Rp73 triliun) atau US$6 miliar (Rp88 triliun) per bulan pada tahun 2021 karena pemulihan yang lambat. Asosiasi telah mengatakan lalu lintas penumpang kemungkinan akan kembali ke level 2019 pada 2024.
Belum lama ini, maskapai asal Inggris EasyJet memprediksi akan mengalami kerugian lebih dari 800 juta poundsterling atau setara Rp15,2 triliun (kurs Rp19.000/pound). Kerugian ini menjadi kerugian pertama dalam 25 tahun sejarah EasyJet.
Dikutip dari BBC dan ditulis detikcom, Jumat (9/10/2020), perusahaan memperkirakan penerbangan tahun depan hanya 25% dari kapasitas normal. Maskapai meluruskan bahwa sebelumnya mereka telah berupaya meminimalisir kerugian dengan memotong pengeluaran. Namun kerugian tidak bisa dihindari dan menjadi peringatan bagi industri penerbangan bawah mereka akan menghadapi tantangan lain ke depannya.
Berharap Bantuan Pemerintah
Kepala eksekutif EasyJet Johan Lundgren mengatakan industri tengah mengalami ancaman yang paling parah dalam sejarah. Dia berpendapat pemerintah Inggris harus meningkatkan paket bantuan agar maskapai penerbangan ikut andil dalam pemulihan ekonomi Inggris.
Selama puncak musim panas, maskapai ini masih dapat beroperasi dengan kapasitas 38%, tetapi ekspektasi untuk tiga bulan terakhir tahun ini jelas sangat terbatas.
Ini Daftar Negara Terkaya di Dunia 2020, Indonesia Urutan Berapa?
Kerugian EasyJet sebelum pajak diperkirakan antara 815 juta pound sterling dan 845 juta pound sterling tahun ini. Prediksi itu lebih buruk dari perkiraan analis yang memperkirakan kerugian mencapai 794 juta pound sterling.
Berbagai upaya penghematan telah dilakukan oleh EasyJet, termasuk melakukan pinjaman 600 juta pound sterling dari pemerintah, memangkas 4.500 pekerjaan, mengumpulkan 608 juta pound sterling dari penjualan pesawat dan menarik pemegang saham sebesar 419 juta pound sterling.
EasyJet mengatakan akan terus meninjau posisi likuiditasnya secara teratur dan akan terus menilai peluang pendanaan lebih lanjut, termasuk meninjau apakah perlu perusahaan melakukan penjualan dan penyewaan armada maskapai.
Maskapai lain juga tengah terpukul akibat pandemi COVID-19. Ryanair menargetkan hanya 40% penerbangan yang akan dioperasikan pada bulan Oktober. Sedangkan, EasyJet untuk Juli-September hanya 38%.
Maskapai penerbangan Inggris menyerukan bahwa pemerintah harus melakukan langkah-langkah keringanan bagi maskapai. Seperti keringanan pajak, mengurangi waktu lockdown dan mempersingkat masa karantina 14 hari bagi warga yang akan melakukan perjalanan ke seluruh Eropa.
Sejauh ini pemerintah Inggris tengah mencari cara untuk mengurangi karantina. Pemerintah berjanji akan menetapkannya pada November mendatang.