Sejak zaman dahulu, kawasan segita bermuda memang penuh misteri. Sekarang NASA mencoba menyelidiki segita bermuda dan hasilnya mengejutkan.
JEDA.ID-Sejak zaman dahulu, kawasan segita bermuda memang penuh misteri. Sekarang NASA mencoba menyelidiki segita bermuda dan hasilnya mengejutkan.
NASA sedang menyelidiki wilayah “penyok” sangat besar di medan magnet Bumi, yang menyebabkan malapetaka pada satelit mengorbit.
Dijuluki South Atlantic Anomaly (SAA) atau lebih dikenal dengan kawasan segita bermuda, titik kelemahan magnetis misterius membentang dari Amerika Selatan ke Afrika dan telah membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade.
Diperkirakan, SAA secara bertahap berkembang selama 200 tahun dan telah kehilangan 10 persen kekuatannya dibandingkan dengan medan magnet Bumi lainnya.
Itu bisa menimbulkan masalah bagi manusia karena medan magnet adalah perlindungan utama terhadap partikel berbahaya yang ditembakkan dari Matahari.
Rentan Radiasi Matahari
Dikhawatirkan makhluk di dalam area SAA lebih rentan terhadap radiasi Matahari, membuatnya terpapar pada dosis yang berpotensi mematikan.
Seorang ahli geofisika NASA mengamati bagaimana wilayah itu berubah menggunakan setelit SWARM milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
“Medan magnet Bumi bertindak seperti perisai pelindung di sekitar planet, mengusir dan menjebak partikel bermuatan dari Matahari. Tapi di Amerika Selatan dan Samudera Atlantik bagian selatan, titik lemah yang tidak biasa di medan memungkinkan partikel-partikel itu turun lebih dekat ke permukaan daripada biasanya,” tulis NASA dalam sebuah unggahan blog seperti dikutip dari suara.com, belum lama ini.
Lebih lanjut, partikel radiasi di wilayah ini dapat melumpuhkan komputer onboard dan menganggu pengumpulan data satelit yang melewatinya. Itu merupakan alasan mengapa ilmuwan NASA ingin melacak dan mempelajari anomali tersebut.
Menurut ESA, antara periode 1970 dan 2020, kekuatan minimum SAA turun dari 24.000 nanoteslas menjadi 22.000.
Selain itu, wilayah segitiga bermuda tersebut telah tumbuh dan bergerak ke barat dengan kecepatan sekitar 20 kilometer per tahun.
Pecah Jadi Dua
Pusat intensitas berkurang kedua juga muncul dalam lima tahun terakhir, tepat di barat daya Afrika. Hal yang ditakutkan adalah segitiga bermuda dapat terpecah menjadi dua bagian terpisah yang tumbuh seiring waktu.
“Kami sangat beruntung memiliki satelit Swarm di orbit untuk menyelidiki perkembangan SAA. Tantangannya sekarang adalah untuk memahami proses di inti Bumi yang mendorong perubahan ini,” kata Jürgen Matzka dari Pusat Riset Jerman untuk Geosains, seperti dikutip The Sun, Kamis (20/8/2020).
Para ilmuwan percaya, anomali ini disebabkan oleh proses yang tidak teratur di dalam Bumi tempat asal medan magnet.
Diperkirakan asal-usul SAA terletak di kerak Bumi, 2.900 kilometer di bawah permukaan tempat logam cair yang berputar menghasilkan gaya magnet.
Berdampak pada Satelit
Wilayah itu mengancam akan berdampak signifikan pada satelit dan pesawat luar angkasa lain yang mengorbit Bumi. Ini mirip seperti Segitiga Bermuda untuk luar angkasa, menyebabkan beberapa peralatan menjadi sedikit skew-whiff saat dibombardir oleh sinar Matahari.
Pesawat luar angkasa mematikan komponen penting saat memasuki medan magnet untuk menghindari kerusakan. Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memiliki beberapa papan daya yang disetel ulang sekitar sebulan sekali saat melewati wilayah tersebut.
Jam Data Hilang
Menurut Bryan Blair dari NASA, peristiwa itu menyebabkan beberapa jam data hilang, tetapi itu hanya terjadi setiap bulan atau lebih.
Beberapa ilmuwan khawatir bahwa melemahnya medan magnet Bumi bisa berarti Bumi sedang menuju pembalikan kutub. Dengan kata lain, kutub magnet utara dan selatan akan bertukar tempat.
Hal ini telah terjadi secara teratur sepanjang sejarah Bumi, kira-kira sekali setiap 250.000 tahun. Meski begitu, hal ini “terlambat” karena perubahan terakhir terjadi sekitar 780.000 tahun yang lalu.