Ir Sutami, Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik era Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto. Dia dikenal dengan hidupnya yang sederhana.
JEDA.ID – Sejarah mencatat nama Ir Sutami merupakan sosok luar biasa yang pernah dimiliki bangsa Indonesia.
Pada masa hidupnya, Sutami tak bergiur gemerlapnya dunia, meskipun jabatan ada di genggamannya.
Dia pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum (PU) dan Tenaga Listrik era Presiden pertama hingga Presiden kedua, Soeharto. Sosok Sutami dikenal dengan hidupnya yang sederhana.
Sutami bukanlah menteri yang berasal dari partai, ia merupakan seorang insinyur yang kemudian menjabat dalam bidang yang dikuasainya. Meski Kabinet dan Presiden mengalami pergantian, ia tetap menduduki jabatan yang sama.
Selama 14 tahun menjabat sebagai menteri PU, nyatanya Sutami tetaplah menteri yang miskin. Berikut fakta-fakta tentang Ir Sutami, menteri kepercayaan Presiden seperti melansir dari Suara.com, Kamis (30/4/2020):
Jauh dari kata mewah
Berbeda dengan pejabat-pejabat lainnya, meski telah belasan tahun menjadi menteri, semua orang yang bekerja dengan Sutami selalu menggambarkannya sebagai sosok paling sederhana bahkan dijuluki menteri termiskin di Indonesia. Sutami tidak pernah hidup bermewah-mewahan dan memanfaatkan jabatannya.
Bahkan rumahnya di Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat dibeli dengan cara mencicil. Rumah itu baru lunas saat dirinya akan pensiun. Tak hanya itu, Sutami juga merenovasi rumahnya sendiri, karena ketika musim penghujan datang, atap rumahnya akan bocor. Kondisi yang memprihatinkan ini memburuk setelah dirinya tak lagi menjabat sebagai Menteri PU.
Seluk Beluk Budi Daya dan 5 Negara Penghasil Kurma Terbesar di Dunia
Listrik Dicabut
Selain bangunan rumahnya yang memprihatinkan Sutami juga mengalami kesulitan ekonomi. Waktu itu karena kekurangan uang ia telat membayar listrik, alhasil pihak PLN mencabut listrik di rumah pribadinya yang ada di Solo, Jawa Tengah. Padahal kala itu, Sutami masih menjabat sebagai menteri PU dan Tenaga Listrik.
Yang tidak kalah memprihatinkannya lagi Ir Sutami juga mengalami kesulitan berobat saat ia sakit. Karena ia tidak memiliki uang yang cukup untuk biaya berobat ke rumah sakit, ia menolak untuk di bawa kesana. Namun, setelah pemerintah turun tangan, Sutami mau juga diopname.
Tidak pernah memanfaatkan fasilitas negara
Menikmati fasilitas negara merupakan hak anggota pemerintahan, namun Sutami berbeda, ia tak pernah mau memanfaatkan fasilitas negara secara berlebihan. Saat lengser pada 1978, ia mengembalikan semua fasilitas negara, termasuk mobil dinasnya. Namun ada seorang pengusaha yang berniat memberikan dirinya mobil.
Pengusaha itu tahu kalau mobil dinas Sutami ikut dikembalikan, tapi dengan halus Sutami menolaknya. Tak hanya itu, Sutami tidak pernah tergoda untuk korupsi, karenanya penampilan dan tindakannya tetap bersahaja.
Disebut menteri yang tak punya “udel”
Sebagai insinyur sipil lulusan Institut Teknologi Bandung, Sutami sangat menyukai pekerjaan lapangan. Ia lebih suka terjun langsung daripada menerima laporan ABS alias Asal Bapak Senang. Bukan tidak mempercayai bawahan atau anak buahnya, namun Sutami ingin melihat sendiri manfaat dari pembangunan atau barangkali ada permasalahan di daerah setempat agar ia langsung dapat menyelesaikannya.
Menariknya, para wartawan kerap memanggilnya Menteri tidak punya udel. Ha ini karena ia mampu berjalan kaki puluhan kilometer untuk meninjau daerah terpencil. Jika ada ojek, ia naik. Jika tidak ada, maka ia akan berjalan kaki hingga bertemu masyarakat sekitar.
Proyek Prestisius
Walaupun hidup sederhana dan miskin, tetapi kinerja Sutami tidak pernah main-main. Di bawah pengawasannya, proyek raksasa seperti Gedung DPR, Jembatan Semanggi, Waduk Jatiluhur, dan Jembatan Musi, dapat terselesaikan dengan baik. Tak hanya itu, ia juga memimpin proyek pembangunan Bandara Ngurah Rai.
Atas prestasinya tersebut, Presiden Soeharto meresmikan Bendungan Karangkates, Sumberpucung, Kabupaten Malang, pada 16 Desember 1981, yang juga merupakan hasil kerja Sutami. Saat itu, Soeharto membacakan pidato penghormatannya untuk Sutami. Dia pun memberi nama Bendungan Karangkates sebagai nama Bendungan Sutami.
Saat Mbak Tutut Mengungkap Kembali Detik-Detik Kepergian Ibu Tien Soeharto
Menteri Kesayangan Presiden
Menjabat sebagai menteri yang berkompeten pada masa Presiden Soekarno dan Soeharto membuat Sutami mendapat perhatian lebih dari keduanya. Seperti Presiden Soekarno yang sering mengundang Sutami sarapan di istana, mereka biasanya sarapan ketela yang mengepul.
Selain itu, pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto kerap menjenguk Sutami yang sedang sakit. Soeharto pula yang meminta Sutami agar mau berobat ke luar negeri, namun ia menolaknya. Hal ini menunjukkan bahwa Sutami bekerja bukan untuk golongan tertentu atau untuk satu presiden dan satu rezim saja, melainkan bekerja untuk bangsa dan rakyat Indonesia.
Akhir perjuangan menteri miskin Indonesia
Saking terlalu rajinnya bekerja, Sutami sampai tidak memikirkan kondisi kesehatannya sendiri. Kemudian ia jatuh sakit dan kekurangan gizi. Walaupun sempat dirawat di rumah sakit, Sutami akhirnya tutup usia pada 13 November 1980, di usianya yang ke-52 tahun. Dia mengembuskan napas terakhirnya karena sakit liver.
Meski terkenal sebagai tokoh terkemuka, Sutami sempat mengungkapkan bahwa dirinya tidak mau dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata. Atas dasar itulah, akhirnya Sutami di makamkan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Hingga kini namanya tetap harum dan akan selalu dikenang oleh bangsa Indonesia sebagai menteri yang hebat dan sederhana.