Ben Zimmer, kolumnis media-media besar Amerika, mengungkapkan orang-orang AS sering salah mengerti asal-usul istilah Black Friday.
JEDA.ID – Bicara soal seremoni hari belanja tentu tak bisa lepas dari istilah Black Friday. Di negara-negara barat, Black Friday mendorong orang untuk lebih giat berbelanja lantaran didukung peritel yang memberi diskon besar-besaran.
Konsumen untung, begitu pula peritel yang mendapat catatan pemasukan berwarna hitam yang artinya mereka mengalami keuntungan. Konon katanya, perubahan catatan pemasukan dari merah ke hitam ini yang menjadi awal mula istilah ini ada.
Black Friday umumnya diselenggarakan sehari setelah Thanksgiving, sebuah hari raya khas Amerika Serikat yang jatuh pada Kamis minggu keempat November. Jumatnya, sejumlah perusahaan biasanya menggelar diskon besar-besaran dan promo belanja baik secara online maupun offline.
Ben Zimmer, kolumnis media-media besar Amerika, mengungkapkan orang-orang AS sering salah mengerti asal-usul istilah Black Friday. Zimmer mengungkapkan banyak orang mengira istilah “black” merujuk turunnya angka pendapatan gerai karena banyak barang yang dijual dengan harga diskon.
Melansir dari History.com pada Jumat (24/11/2017), penggunaan istilah black friday ditujukan untuk menggambarkan krisis keuangan yang terjadi di pasar emas Amerika Serikat pada 24 September 1869.
Dua pemodal Wall Street yang terkenal kejam, Jay Gould dan Jim Fisk, bekerja sama untuk membeli emas sebanyak mungkin di Amerika. Mereka berharap bisa menjualnya kembali dengan harga tinggi.
Sayangnya, hari Jumat di bulan September, kerja sama Jay dan Jim akhirnya bubar yang berdampak pada jatuhnya pasar saham. Sebab itu, hari Jumat itu disebut sebagai black friday bagi pemain saham dan pebisnis.
Puncaknya terjadi pada 24 September 1869 ketika sebagian besar pemodal di Wall Street menderita kebangkrutan. Peristiwa bersejarah itu bertepatan dengan hari Jumat dan terjadi tak berapa lama setelah rakyat Amerika Serikat merayakan Thanksgiving.
Inilah yang kemudian menginspirasi munculnya istilah yang memiliki arti Jumat Hitam itu.
Philadelphia 1960
Sedangkan Ben Zimmer membeberkan fenomena lain. Di artikel berjudul The Origins of “Black Friday” diunggah VisualThesaurus.com, 25 November 2011, Ben Zimmer menyebut istilah ini pertama kali digunakan pada 1960-an oleh polisi Philadelphia untuk menggambarkan fenomena kemacetan panjang yang terjadi di sepanjang kota.
Kemacetan disebabkan sangat banyak orang yang berbondong-bondong antre di sekitar gerai. Suramnya hari itu tidak hanya dialami para polisi. Sudah jelas para pengunjung dan apalagi pegawai gerai merasakannya langsung.
Karena kehebohannya, setiap “Jumat Hitam”, ribuan orang rela mengantre di depan gerai. Alhasil, saat pintu gerbang gerai dibuka, terjadi dorong-dorongan, saling himpit, dan akhirnya terinjak-injak. Saling sikut dan pukul tidak lagi terhindarkan.
Di dalam gerai, mereka juga kerap (dan bahkan harus) berkelahi demi mendapat barang yang mereka mau. Pesta diskon besar-besaran ini tidak jarang menimbulkan korban jiwa.
Cerita masa lalu yang kelam ini tertutup oleh kegembiraan diskon besar-besaran oleh sejumlah ritel. Di mana di black friday para perusahaan ritel juga akan mengalami keuntungan besar.
Black friday ini bukan hanya menjadi budaya bagi orang Amerika, melainkan telah menjadi budaya global yang meramabah di beberapa negara termasuk Indonesia.