Dua pasien di Eropa dilaporkan mengalami reinfeksi virus corona. Laporan tersebut menyusul kasus reinfeksi virus corona di Hong Kong, baru-baru ini.
JEDA.ID-Dua pasien di Eropa dilaporkan mengalami reinfeksi virus corona. Laporan tersebut menyusul kasus reinfeksi virus corona pertama yang terkonfirmasi di Hong Kong, baru-baru ini.
Makin banyaknya laporan reinfeksi virus corona memunculkan kekhawatiran soal efektivitas vaksin yang kini tengah dikembangkan. Namun dikatakan, butuh lebih banyak kasus reinfeksi untuk bisa menjawab kekhawatiran tersebut.
Media Belanda NOS mengutip virolog Marion Koopmans yang mengatakan pasien yang dimaksud adalah lansia dengan sistem imun yang melemah. Koopmans yang merupakan penasihat pemerintah Belanda mengatakan kemungkinan pasien ini mengalami reinfeksi.
“Bahwa seseorang mengalami reinfeksi, ini tidak membuat saya cemas,” katanya, dikutip dari The Independent, Rabu (26/8/2020).
“Kita harus melihat apakah ini sering terjadi,” lanjutnya.
Sementara kasus di Belgia terjadi pada wanita yang terinfeksi Covid-19 kali pertama pada Maret silam. Setelah dinyatakan sembuh, ia terinfeksi lagi pada Juni.
Virolog Marc van Ranst mengatakan pada media Belgia bahwa wanita tersebut menunjukkan gejala ringan, mungkin tidak membetuk antibodi yang cukup untuk mencegah reinfeksi.
“Saya pikir dalam beberapa waktu ke depan kita akan mendengar cerita lain yang serupa. Mungkin ada perkecualian, tetapi ada dan mungkin tidak hanya satu. Ini bukan kabar baik,” bebernya.
6 Takhayul Makanan di Dunia, Percaya Atau Enggak Percaya?
Kasus reinfeksi virus corona kali pertama terkonfirmasi di Hong Kong baru-baru ini. Berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya yang diduga hanya false positive karena ada fragmen virus yang masih tersisa, pada kasus di Hong Kong pasien mengalami reinfeksi dengan dua strain virus yang berbeda.
Meskipun kasus reinfeksi pernah dilaporkan sebelumnya di Korea Selatan pada Mei lalu, kala itu dugaan yang muncul bahwa yang sebenarnya terjadi adalah kemungkinan false positive.
Namun, kasus reinfeksi yang baru-baru ini terjadi lebih bisa dipercaya kebenarannya, dan tentunya membuat khawatir beberapa ilmuwan. Dari kasus-kasus baru tersebut juga mengkonfirmasi adanya jenis virus yang sedikit berbeda.
Berikut 5 hal yang perlu diketahui tentang reinfeksi virus corona seperti dikutip dari New York Post dan ditulis detikcom, Kamis (27/8/2020).
1. Di mana saja kasus reinfeksi Covid-19 terkonfirmasi?
Kasus reinfeksi corona kali pertama dikonfirmasi di Hong Kong yang dialami pria berusia 33 tahun. Ia merupakan pasien pertama yang dipastikan mengalami reinfeksi virus Corona pasca sembuh 4 bulan sebelumnya.
Pria asal Hong Kong tersebut kali pertama terinfeksi dan mengalami beberapa gejala ringan pada Maret 2020. Para peneliti di University of Hong Kong mengatakan setelah pulih, pria itu kembali positif Covid-19 saat dites di bandara setelah kembali dari Spanyol.
Kasus reinfeksi yang baru diketahui selanjutnya terjadi di Belgia. Pasien tersebut terinfeksi Covid-19 untuk kali kedua pada pertengahan Juni 2020, setelah sembuh pada Maret lalu.
4 Menu Sarapan yang Bisa Bantu Menurunkan Berat Badan
Kasus reinfeksi ketiga dilaporkan terjadi terkonfirmasi di Belanda. Ini dialami oleh orang lanjut usia yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah, sehingga membuatnya terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya yang dikonfirmasi oleh pejabat kesehatan setempat, Selasa (25/8/2020).
2. Apakah reinfeksi berbahaya dan bisa mengembangkan kekebalan virus?
Dalam kasus pria asal Hong Kong yang mengalami reinfeksi, para ilmuwan mengatakan meskipun infeksi sebelumnya tidak mencegah dirinya terinfeksi virus corona untuk kedua kalinya, tetapi sistem kekebalannya mungkin menahan virus semakin memburuk.
“Infeksi kedua sama sekali tidak bergejala, respons kekebalannya mencegah penyakit menjadi lebih buruk,” kata ahli imunologi di Universitas Yale, Akiko Iwasaki.
“Infeksi alami menciptakan kekebalan yang bisa mencegah penyakit, tetapi bukan mencegah infeksi ulang terjadi,” imbuhnya.
Namun, adanya kasus ini membuat beberapa ilmuwan berharap bisa meningkatkan keprihatinan komunitas ilmiah terkait kekebalan tubuh terhadap penyakit.
“Saya pikir dalam beberapa hari mendatang kita akan melihat cerita serupa lainnya. Ini bisa menjadi pengecualian, tetapi memang ada,” ujar ahli virologi Belgia, Marc Van Ranst.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini tidak ada bukti bahwa orang yang sudah pulih dari Covid-19 dan memiliki antibodi bisa terlindungi dari infeksi kedua corona.
3. Berapa lama antibodi bisa bertahan?
Menurut para ilmuwan, virus corona ini masih terlalu baru bagi mereka, sehingga pertanyaan terkait berapa lama antibodi bisa bertahan masih belum diketahui pasti.
Tetapi, pria di Hong Kong kembali terinfeksi setelah empat bulan sembuh dari Covid-19, sedangkan pasien di Belgia tiga bulan. Menurut Van Ranst, mungkin akan ada banyak orang yang mengalami reinfeksi setelah 6-7 bulan sembuh.
Mitos Menstruasi Mulai dari Tidak Mungkin Hamil Hingga Tidak Boleh Berolahraga
Sebagai perbandingan, seseorang bisa mengalami reinfeksi flu biasa dalam waktu kurang dari setahun. Tapi, para ahli berharap bahwa virus Corona ini berperilaku seperti SARS dan MERS, yang menghasilkan antibodi yang bisa bertahan selama beberapa tahun.
4. Apa vaksin corona bisa menahan reinfeksi?
Para ilmuwan pun belum tahu pasti apa vaksin Corona nanti bisa menahan terjadinya reinfeksi ini. Jika virus Corona bermutasi lebih cepat daripada antisipasi yang kita lakukan, orang-orang mungkin perlu divaksinasi lebih sering.
5. Di mana reinfeksi corona kemungkinan bisa terjadi lagi?
Dokter melaporkan adanya beberapa kasus dugaan reinfeksi terjadi di Amerika Serikat, termasuk di Los Angeles dan New Jersey. Selain itu, Korea Selatan juga melaporkan adanya kasus dugaan serupa.
Namun, tidak ada satu pun dari kasus tersebut yang dikonfirmasi melalui pengujian genetik yang ketat.