• Fri, 22 November 2024

Breaking News :

Resesi Ekonomi Diramalkan Kian Dekat, Deretan Pekerjaan ini Tak Terpengaruh

Resesi ekonomi diramalkan kian dekat, menyusul melemahnya pertumbuhan ekonomi yang melemah di sejumlah negara baik maju maupun berkembang.

JEDA.ID— Resesi ekonomi diramalkan kian dekat, menyusul melemahnya pertumbuhan ekonomi yang melemah secara global.  Menurut organisasi PBB, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), perlambatan ekonomi bisa berujung pada resesi global di 2020.

Lembaga PBB yang bergerak pada bidang perdagangan dan pembangunan melihat tanda-tanda resesi muncul dari memanasnya tensi perdagangan, pergerakan mata uang dunia, utang korporasi, Brexit tanpa kesepakatan, dan kurva yield obligasi AS yang terbalik (inverted yield curves).

“Ini adalah salah satu sinyal bagi para pemangku kebijakan untuk mempersiapkan diri atas gejolak tersebut,” bunyi laporan UNCTAD dikutip dari The Guardian, Sabtu (28/9/2019) seperti dilansir detikcom.

Laporan itu menyerukan agar para pembuat kebijakan fokus pada peningkatan lapangan kerja, upah, dan investasi. Bahkan dengan mengabaikan risiko penurunan terburuk, laporan itu memproyeksikan pertumbuhan global turun menjadi 2,3% pada 2019 dibanding 2018 sebesar 3%.

Bahkan 10 tahun setelah krisis keuangan tahun 2009, ekonomi global dinilai masih sangat rapuh. Laporan itu juga mencatat bahwa utang telah menjadi pendorong dominan pertumbuhan global. Namun gagal mendorong investasi produktif, utang tinggi malah memicu spekulasi keuangan.

Jurang Resesi

Resesi merupakan kontraksi ekonomi yang ditandai dengan penurunan pertumbuhan yang signifikan setidaknya selama enam bulan atau dua kuartal berturut-turut. Resesi dapat menyebabkan menurunnya secara simultan di semua kegiatan ekonomi misalnya lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi biasanya diasosiasikan dengan turunnya harga (deflasi), atau kebalikannya, meningkatnya hagar secara drastis (inflasi) dalam proses yang disebut sebagai stagflasi.

Resesi ekonomi yang berjalan dalam waktu lama dinamakan dengan depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (seringkali karena sebab depresi parah, atau hiperinflasi) dinamakan dengan kebangkrutan (economy collapse)

Badai resesi ekonomi diramalkan kian nyata. Berikut sejumlah negara yang diramalkan kian dekat dengan juran resesi ekonomi seperti dilansir dari berbagi sumber.

1. Inggris

Perekonomian Inggris, pada kuartal II-2019 cuma tumbuh 1,2%, melambat 0,6% dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 1,8%. Hal ini juga menjadi angka terendah sejak awal 2018. Sementara untuk periode Mei-Juli, ekonomi Inggris tidak tumbuh alias 0%. Kondisi pun semakin pelik dengan adanya kisruh geopolitik Inggris yang membingungkan, terutama terkait dengan Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

2. Italia

Ekonomi Italia memasuki resesi setelah mencatat pertumbuhan -0,1% secara kuartalan atau quarter-on-quarter (QoQ) pada kuartal III dan IV 2018. Meski berhasil bangkit di 3 bulan pertama pada awal tahun dengan pertumbuhan 0,1% dari kuartal IV 2018, namun kembali lagi stagnan 0% di periode April-Juni.

Hal tersebut menunjukkan masih rapuhnya kondisi ekonomi Italia yang merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di zona euro.

3. Jerman

Jerman sebagai raksasa ekonomi Benua Biru, justru sedang menjadi sorotan. Sang raksasa kini sedang lesu, tidak lama lagi sepertinya akan mengalami resesi. Sebagai negara yang mengandalkan ekspor sebagai roda penggerak perekonomian, sektor manufaktur Jerman justru mengalami pelemahan selama sembilan bulan beruntun. Di bulan ini, pelemahan itu mencapai yang terparah dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal II 2019 pun melemah sebesar 0,1% dibanding kuartal sebelumnya. Di kuartal III-2019 Jerman diprediksi mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi lagi yang membuatnya terjun ke jurang resesi.

4. Singapura

Awan resesi tak hanya menghantui AS dan negara-negara Eropa. Negara di kawasan Asia Tenggara juga tak luput dari ancaman resesi, salah satu yang terindikasi resesi adalah Singapura. Melansir data Refinitiv, perekonomian Negeri Singa melemah sebesar 3,3% pada kuartal II-2019. Jika perekonomian di kuartal III-2019 terus mengalami pelemahan maka Singapura akan resmi mengalami resesi.

Bahkan, Monetary Authority of Singapore (MAS) selaku bank sentral Singapura memperkirakan perekonomian Singapura hanya tumbuh di kisaran 0-0,1% pada 2019. Jika terealisasi, maka akan jauh melambat dibandingkan pencapaian pada 2018 yaitu 3,1%.

5. Hong Kong

Hong Kong diramalkan juga berada di ujung jurang resesi. Pada kuartal II-2019, perekonomian Hong Kong melemah sebesar 0,4%. Kondisi ini sangat kontras dengan kuartal I-2019 kala perekonomian Negeri Jackie Chan mampu tumbuh hingga 1,3%. Jika perekonomian di kuartal III 2019 masih terkontraksi, Hong Kong akan resmi jatuh ke jurang resesi.

Kebal Terhadap Resesi

Seperti yang pernah terjadi, dampak resesi tentu memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Dengan melambatnya ekonomi, akan banyak orang yang mungkin kehilangan pekerjaan bila resesi ekonomi benar-benar terjadi. Namun di balik itu sejumlah prosesi ini diperkirakan akan tetap bertahan dalam badai resesi ekonomi bahkan diperkirakan akan meningkat.

1. Perawat tersertifikat meningkat 7,6%

2. Pembantu/perawat meningkat 4,4%

3. Analis manajemen meningkat 7,3%

4. Pengasuh anak meningkat 6%

5. Teknisi farmasi meningkat 10,5%

6. Panitera pengadilan meningkat 13%

7. Konsultan kesehatan mental meningkat 15%

8. Asisten dokter meningkat 21,2%

9. Pijat Terapi meningkat 30,8%

10. Guru kesehatan meningkat 26,9%

11. Koki restoran meningkat 2,5%

12. Paramedis meningkat 10,2%

13. Terapis meningkat 11,4%

14. Polisi meningkat 3%

15. Pemandu wisata meningkat 5,5%

16. Apoteker meningkat 5,9%

17. Bimbingan konseling meningkat 6,3%

18. Logistik meningkat 16%

Bagaimana dengan Anda, sudah siapkan menghadapi kemungkinan resesi ekonomi?

Ditulis oleh : Anik Sulistyawati

Sign up for the Newsletter

Join our newsletter and get updates in your inbox. We won’t spam you and we respect your privacy.