Pemindai sidik jari menjadi teknologi keamanan smartphone yang cukup diandalkan akhir-akhir ini.
JEDA.ID – Teknologi keamanan smartphone dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Satu dekade belakangan, perusahaan teknologi membuat lompatan besar dengan menemukan sistem keamanan perangkat yang lebih mumpuni seperti pemindai sidik jari, retina, hingga wajah.
Sebelumnya teknologi yang paling diandalkan untuk keamanan smartphone adalah PIN, pola, atau password. Tapi di masa sekarang, telah ditemukan teknologi lain yang lebih modern dan canggih yaitu biometrik sidik jari yang juga dikenal dengan sebutan bio finger atau fingerprint.
Sejak teknologi pemindai sidik jari pertama kali muncul di smartphone pada 2011, teknologi itu kini menjadi tren.
Sebelumnya, hanya smartphone kelas menengah ke atas saja yang dilengkapi dengan teknologi ini. Namun seiring dengan kebutuhan yang meningkat, banyak vendor yang menyediakan fasilitas ini di smartphone dengan harga murah.
Mashable mengutip riset dari IHS Technology, lembaga peneliti pasar produk-produk elektronik, menyebut terjadi penigkatan drastis penggunaan teknologi pemindai sidiki jari pada kurun 2014 hingga 2015.
Pada tahun 2014 penggunaan teknologi fingerpring atau sidik jari pada smartphone, note book, dan tablet berada pada angka 316 juta unit. Kemudian pada tahun 2015, terjadi peningkatan dalam jumlah yang lumayan besar menjadi 499 juta unit.
Diprediksi pada tahun 2020, penerapan teknologi tersebut akan semakin meningkat lagi dan jumlahnya bisa mencapai angka 1,5 miliar unit.
Cara Kerja
Pemindai sidik jari dinilai lebih cepat, aman, dan nyaman. Meski begitu, pemindai sidik jari terdiri dari beberapa jenis. Beberapa pemindai bergantung pada cahaya, listrik, hingga suara untuk memetakan punggung dan lekukan jari-jari.
Teknologi optik dan ultrasonik memiliki keunggulan dalam pemindaian pada layar smartphone. Jenis pemindai sidik jari yang paling umum bekerja sama seperti kamera digital.
Pemindai akan menyinari cahaya terang ke jari menggunakan LED dan mengambil gambar. Jika nilai piksel rata-rata foto terlalu gelap atau terang, pemindai akan menyesuaikan eksposur dan mencoba lagi.
Teknologi itu juga memeriksa resolusi yang baik dalam mengambil gambar setiap garis pada jari. Jika gambarnya jelas, maka pemindai akan langsung memrosesnya.
Jenis pemindai ini paling umum ditemukan di kantor polisi, bandara, dan pintu masuk.
Tapi, pada smartphone yang memiliki pemindai sidik jari dalam layar, beberapa vendor menggunakan sensor optik atau ultrasonik di bawah layar untuk mendapatkan gambar sidik jari.
Pemindai Kapasitif
Berbeda dengan pemindai sidik jari optikal, pemindai sidik jari kapasitif menggunakan sejumlah kecil listrik untuk mengukur jarak antara berbagai bagian jari.
Di dalam pemindai sidik jari kapasitif terdapat deretan kapasitor kecil yang masing-masing membawa muatan listrik. Jika salah satu kapasitor berada di bawah salah satu ujung jari, kapasitor akan mendapatkan daya lebih besar karena bersentuhan dengan kulit.
Perangkat lunak yang ditanami pemindai sidik jari akan memeriksa apakah sidik tersebut cocok dengan pengguna.
Untuk mengetahui apakah jari tersebut asli dan bukan bentuk 3D, sistem biasanya mencari sesuatu yang disebut minutiae, yaitu titik-titik sidik jari di mana sesuatu khas yang ada pada jari seseorang, seperti tempat di mana ridgeline berakhir.
Perangkat lunak pemindai dapat membuat semacam peta yang bisa direpresentasikan sebagai angka. Angka itu pada dasarnya adalah sidik jari yang disandikan.
Dilansir laman Make Tech Easier, umumnya aplikasi atau situs apapun yang menggunakan sidik jari tidak akan benar-benar menerima data sidik jari pengguna.
Aplikasi atau situs itu hanya akan mendapat konfirmasi dari perangkat bahwa sidik jari yang dipindai cocok dengan yang ada di penyimpanan.